اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ:
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Kerdipan Mataku berIstighfar Astaghfirullah (أسْتَغْفِرُاللهَ)
Hatiku berdetik disetiap saat menyebut Subhanallah (سُبْحَانَ اللَّهِ)
Denyutan Nadiku dengan Alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ)
Degupan Jantongku bertasbih LA ILAHA ILLALLAH (لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)
Bayu Nafasku berzikir Allāhu akbar (اللَّهُ أَكْبَرُ)
الْحَمْدُ لِلَّهِ syukur kepada وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ...اللهَ
NABI NOH
PENCIPTA KAPAL PERTAMA
Kalau benarlah apa yang di
katakan oleh Hisyam bin Muhammad bin as-Saib al-Kalby, bahawa Adam dan Hawa
mula pertama diturunkan Allah ke permukaan bumi, di daerah pergunungan yang
paling subur bernama Gunung Nut, India. Sedang menurut Ahmad Zaky, Gunung Nut
itu nama aslinya adalah Gunung Rahun, dimana Adam pertama kali diturunkan. Di
sanalah Adam dan Hawa hidup dan berketurunan. Di antara keturunan Adam dan Hawa
ada yang hidup berpindah randah, tentu saja dengan tujuan mencari tempat yang
lebih baik, udara yang lebih nyaman, atau penghasilan yang lebih mudah
mendapatkannya. Dengan jalan begitu, manusia makin lama makin banyak jumlahnya,
dan daerah yang mereka tempati semakin luas pula, berkembang ke Timur dan ke
Barat, ke Utara atau ke Selatan. Beberapa abad kemudian, dunia ini menjadi
ramai dan semakin ramai. Pada abad pertama sampai kelima menurut Said yang
diambil dari perkataan Qatadah (Sahabat Rasulullah s.a.w.), mereka boleh
dikatakan hidup dalam keadaan aman dan tenteram, dengan kepercayaan yang benar
sesuai dengan ajaran Adam dan Hawa yang sangat giat menunjuki akan anak
turunan-nya agar jangan sampai tersesat dan celaka, seperti apa yang sudah
terjadi antara adik dan kakak yang bernama Qabil dan Habil. Tetapi dalam
abad-abad yang berikutnya, iaitu kira-kira pada turunan yang kelima atau keenam
dari Adam dan Hawa, mulailah timbul kerosakan dalam kepercayaan mereka. Ajaran
Adam dan Hawa nenek moyang mereka, sudah mereka lupakan. Lalu timbullah
berbagai-bagai kerosakan, kekacauan atau perselisihan antara mereka.
Diriwayatkan oleh Atiyah dari Ibnu Abbas r.a., bawah manusia di saat wafatnya
Adam semuanya baik dan beriman, tetapi kemudian hampir seluruhnya menjadi
seperti binatang binatang yang tidak mempunyai akal. Dan karena itulah Allah
lalu mengutus Nabi-nabi dan Rasul-rasul, untuk membimbing mereka, dengan
memberi khabar gembira dan ancaman. Nabi pertama yang diutus Allah, iaitu Nabi
Idris a.s. kira-kira dalam abad keenam sesudah Adam. Tetapi Nabi Idris ini
mereka dustakan, sampai Nabi Idris ini diangkatkan Allah ke Tempat Tinggi
(wafat). Sepeninggalan Nabi Idris a.s., di antara manusia yang hidup kafir dan
jahat seperti binatang itu, ada pula beberapa orang yang hidup secara baik,
sehingga mereka dicintai oleh kaum kerabat dan orang orang yang ada di sekitar
mereka. Di antara mereka itu ada lima orang yang amat masyhur, iaitu yang
bernama: Wad, Suwaa, Yaghuth, Yauuq dan Nasr. Menurut Hisyam, kelima-lima orang
yang baik ini mati serentak berturut turut dalam satu bulan, sehingga
menyebabkan kegemparan yang amat sangat bagi keluarga dan orang-orang yang
mencintai mereka itu. Kemudian salah seorang dari kerabat yang sangat cinta
mengusulkan kepada teman-teman dan kaum kerabat, agar bagi kelima orang baik
yang telah meninggal dunia itu, dibuatkan gambar berupa patung yang menyerupai
mereka, sekadar untuk kenang kenangan supaya melepaskan teragak atau rindu hati
terhadap masing-masing mereka. Usul ini diterima orang banyak dengan gembira.
Lalu di carilah orang-orang yang pandai menggambar dan mematungkannya. Mereka
buatlah lima patung (berhala) yang pertama di dunia ini, yang masing-masingnya
mereka beri nama dengan nama nama dari orang yang meninggal itu, iaitu Wad,
Suwaa, Yaghuth, Yauuq dan Nasr. Begitulah, patung-patung itu sering mereka
datangi untuk melihatnya, mereka hormati, kadang-kadang dengan upacara-upacara
tertentu. Demikianlah terjadi pada abad pertama.
bluemosque.jpg
Menurut at-Tabary,
nama-nama tersebut sesudah ditaarifkan, iaitu dibahasa-Arabkan, iaitu sesudah
dilbranikan dari bahasa aslinya. Pada abad kedua, cara membesarkan dan
menghormati patung-patung itu makin ditingkatkan. Dalam pada itu timbullah
berbagai bagai cerita dongeng tentang patung patung atau berhala berhala
tersebut, cerita-cerita yang sangat mempengaruhi jiwa manusia yang
mendengarkannya. Dalam abad ketiga, mulalah timbul dogma-dogma, mitos atau
kepercayaan-kepercayaan yang bersifat mistik.
Mereka katakan, bahawa
nenek-moyang kita sampai menghormati patung patung itu, karena dengan
penghormatan itu patung-patung tersebut dapat mendatangkan manfaat dan syafaat
bagi mereka. Lalu patung-patung itu mereka sembah, mereka puja-puja. Timbullah
kepercayaan menyembah patung-patung, dan patung-patung itulah tuhan, kata
mereka.
Berkata Ibnul Kalby dari
Ibnu Salih, bahawa menurut Ibnu Abbas r.a. antara Adam dan Noh adalah 12 abad
lamanya. Dan di abad kedua belas sesudah Adam ini, seluruh manusia sudah
menyembah patung-patung tersebut. Kerananya Allah lalu mengutus Nabi Noh a.s.
untuk memperbaiki keadaan mereka yang sudah rosak itu.
Menurut al-Quran, umur
Nabi Noh ini 950 tahun. Nabi Noh diutus Allah menjadi Nabi dan Rasul ketika
berumur 480 tahun, sampai wafatnya, iaitu dalam masa 500 tahun atau 5 abad
lamanya. Nabi Noh a.s. dengan segiat-giatnya, tanpa mengenal lelah, siang dan
malam, terus-menerus mencuba membelokkan kaumnya dari kekafiran menyembah
patung-patung tersebut. Tetapi amatlah sulitnya, terlalu sedikit hasilnya.
Dalam masa 5 abad itu, hanya berhasil mendapatkan pengikut 70 atau 80 orang
saja, yang semuanya terdiri dari orang-orang yang lemah dan melarat saja.
Nabi Noh itu adalah
seorang fasih berkata kata, tajam pemikiran atau akalnya, dapat menangkis kalau
berdebat, bersifat sabar dan tenang. Sungguhpun begitu, setiap kali Nabi Noh
membawa mereka kepada menyembah Allah, maka mereka menentangnya; setiap
diperingatkan akan azab dan seksa Tuhan, mereka menutup anak telinga
masing-masing; saban diberi khabar suka dengan Syurga Allah, bahkan mereka
menyombong dan mengejek serta mencuba membantah seruan Nabi Noh.
Dengan sabar dan tak putus
asa, Nabi Noh menghadapi mereka. Bukan sekali dua kali, bukan dalam waktu
sebulan-dua bulan, atau setahun-dua tahun, tetapi dalam waktu berpuluh, bahkan
beratus tahun. Hampir seluruh umur yang diberikan Allah kepada Nabi Noh yang
lamanya 950 tahun itu, dipakaikan dengan segiat giatnya untuk membelokkan
kekafiran kaumnya itu. Dengan kesabaran dan keterangan-keterangan yang terang
dan jelas elas, dengan kepandaian berkata dan berbicara, dengan membawakan
alasan-alasan yang lengkap. Langit dan bumi, siang dan malam, laut dan darat,
dipergunakan Nabi Noh sebagai alasan dan bukti atas keagungan Allah atas
kekuasaanNya, dan atas keesaan Allah.
Sedikit sekali mereka yang
percaya kepada Noh dan mengiakan pelajarannya. Tidak sesuai dengan jumlahnya
manusia, tidak cocok dengan kegiatan dan kebijaksanaan yang sudah diberikan
Nabi Noh. Tidak lebih jumlah mereka yang menurut ini daripada 80 orang saja.
Yang lain tetap engkar, tidak percaya, tetap mem-bantah dan membesarkan diri,
mengejek dan lain-lain sebagainya.
Reaksi dari mereka yang
engkar itu bukan semakin berkurang, malah bertambah hebat dan meningkat juga.
Mereka berkata ke-pada Nabi Noh: Bukankah engkau manusia biasa seperti kami
juga, buat apa kami mengikuti engkau. Kalau diutus kepada kami seorang
Malaikat, barangkali dapat kami mengikutnya, mengiakan katanya. Bukankah
orang-orang yang mengikuti engkau itu, orang-orang yang rendah dan bodoh
belaka. Sedangkan kami ini orang orang yang mulia, berkedudukan dan pekerjaan
yang tinggi-tinggi, tidak mengharapkan fikiran dan pertolongan orang lain,
cukup kepandaian dan kepintaran Engkau sendiri, ya Noh, bukan lebih dari kami
tentang harta, tentang akal dan fikiran, tentang pemandangan, bahkan engkau
kami pandang orang yang dusta.
Semua itu dijawab oleh
Nabi Noh dengan jawapan yang tegas tepat, dengan keterangan-keterangan yang
dapat melemahkan dan mengalahkan hujah mereka: Dapatkan gerangan kamu memutar
jalan matahari dengan kepandaianmu, atau mencapai bintang dengan tanganmu?
Dapatkah kamu beroleh terang kalau tidak karena matahari yang diciptakan Allah.
Dapatkah kamu hidup kalau tidak dengan udara yang dijadikan Allah?
Mereka menjawab lagi dengan
sanggahan yang baru dan dibuat-buat: Kalau engkau benar-benar orang yang
mencintai sesama manusia, cintailah orang-orang yang telah mengikutimu itu
saja, sedang kami biarkanlah saja, karena kami tidak akan dapat mengikuti jejak
mereka, kami tidak dapat menganut agama yang mereka anut yang engkau ajarkan
itu, dimana disamakan sang raja raja dengan rakyat murba, orang-orang yang
mulia dengan orang yang hina-dina, orang yang kaya dengan orang-orang yang
miskin.
Nabi Noh menjawab: Bahawa
agama ini buat kamu sekalian, dengan tidak mengecualikan yang pintar dan yang
bodoh, yang jadi raja dan yang jadi budak, yang berkuasa dan dikuasai, yang
kaya dan yang miskin.
Debat ini bertambah sengit
juga. Noh menghadapinya dengan sabar dan tenang saja, tetapi mereka rupanya
telah sempit dada, lalu berkata kepada Noh: Hai, Noh, engkau sudah debat kami,
dan telah lebih dari cukup banyaknya, datangkanlah kepada kami (seksa) yang
engkau katakan itu, kalau engkau orang yang benar.
Nabi Noh menambah lagi
dengan sabar: Sungguh kamu orang-orang yang bodoh sekali, kamu minta seksaan
Allah, bukan rahmat Allah yang kamu tuntut. Ketahuilah bahawa Allah kuasa atas
tiap-tiap sesuatu. Kalau Allah menghendaki akan diseksanya kamu, dan kalau
Allah suka datanglah seksaan itu selekas-lekasnya kepada kamu, dimana kamu
pasti menyesal nanti.
Sehabis perdebatan itu,
Nabi Noh selamanya bermunajat dan berdoa kepada Allah, mengemukakan perasaan
hati dan bermohon ampun atas kelemahannya, minta petunjuk petunjuk yang baru,
sambil mengeluh dan mengadu. Akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada Noh: Tidak
akan beriman kaummu itu selain orang-orang yang telah beriman itu, dan
janganlah kamu berputus asa atas apa apa yang mereka perbuat. Sehabis berjuang
dan berusaha, dengan kesabaran yang ada padanya, akhirnya Nabi Noh berdoa
kepada Allah:
Ya Allah, janganlah
dibiarkan tinggal di bumi ini orang-orang yang engkar seorang pun, sebab kalau
engkau biarkan mereka tinggal, mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan
mereka akan menurunkan turunan yang jahat dan engkar saja.
Doa Nabi Noh ini didengar
oleh Allah, dan dikabulkanNya, lalu berfirman: Engkau perbuatlah kapal dengan
pertolongan dan petunjuk-petunjuk Kami dan janganlah engkau pohonkan
pertolongan kepadaKu tentang nasib orang-orang yang zalim itu, mereka semuanya
akan tenggelam.
Nabi Noh mulai membina
kapal dengan mempergunakan kayu dan paku, di suatu tempat dekat kota. Dan tiap
orang yang lalu di tempat itu, selalu mengejek dan memperolok-olokkannya dengan
berbagai bagai kata dan bicara, Ada yang berkata: Engkau selama ini, hai Noh,
mendakwakan yang engkau Nabi dan Rasul; kenapa had ini kami lihat engkau
menjadi tukang kayu? Apa engkau sudah bosan menjadi Nabi dan ingin menjadi
tukang kayu?
Ada pula yang mengejek:
Apa gunanya kapal yang engkau buat itu, sedang di sini tidak ada laut dan
sungai? Apakah engkau akan tarik dengan lembu kapal itu atau akan engkau
terbangkan di udara?
Di bawah serangan ejekan
itu Nabi Noh terus bekerja dan hanya berkata: Bila kamu tetap mengejek kami,
kami akan mengejek kamu pula nanti sebagai kamu mengejek kami ini, dan akan
kamu ketahui sendiri nasibnya orang-orang yang kena seksa itu, sedang seksaan
itu akan terjadi.
Noh dan pengikutnya terus
bekerja, sehingga sempurnalah pembikinan kapal itu. Hanya sekarang menunggu
bagaimana perintah Allah selanjutnya. Dalam pada itu Tuhan telah mewajibkan
kepada Noh, agar bila seksa itu telah datang, Noh dan pengikut-pengikutnya
segera naik ke kapal itu, dengan membawa semua orang yang beriman dan binatang
ternaknya yang berpasang-pasangan.
Terbukalah pintu-pintu
langit, sehingga dari langit itu tercurah air sebesar-besarnya jatuh ke bumi,
sedang dari bumi terpancar sumber-sumber air yang besar-besar, sehingga dalam
sebentar waktu permukaan bumi digenangi air banjir yang luar-biasa hebatnya,
menggenangi tanah yang tinggi dan yang rendah. Air banjir semakin naik juga
sehingga telah mencapai rumah-rumah dan bukit-bukit, sedang Nabi Noh dan
pengikut-pengikut-nya sewaktu itu telah berada di atas kapal yang mereka
perbuat selama ini.
Dengan kegemparan yang
luar biasa, manusia manusia engkar itupun berlompatan ke sana-sini tidak keruan
tujunya sebagai se gerombolan keldai dikejuti singa, berteriak melolong lolong,
menghindarkan diri masing-masing dari bahaya maut, Ada yang naik ke atas atap
rumah rumah tetapi tercapai juga oleh air banjir, ada yang naik memanjat batang
kayu yang tinggi, tetapi akhirnya tenggelam juga, ada pula yang berenang menuju
ke bukit yang tinggi-tinggi yang menurut kiranya tidak akan tercapai oleh
banjir yang bagaimana hebatnya.
Ketika Nabi Noh berdiri di
tempat yang tertinggi di atas kapalnya, mata Nabi Noh terpandang kepada seorang
anaknya yang bernama Kanan, anak yang engkar yang tidak tunduk kepadanya sedang
berjuang dengan maut menggabai-gabai mencari tempat yang tinggi. Cinta kepada
anak memaksa Noh memanggil anaknya yang malang itu, panggilan yang penghabisan:
Hai, anakku! Mari bersama kami, janganlah engkau bersama orang-orang yang kafir
itu ! Seruan yang penghabisan di saat yang genting begitu rupa itupun tidak
dapat diterima oleh otak dan perasaan anak yang derhaka itu, karena ia masih
percaya akan dapat menghindarkan dirinya dari seksaan yang nyata itu dengan
kekuatan dan fikiran yang ada padanya. Seruan bapaknya itu dijawab dengan
sombong pula: Saya akan mencapai puncak gunung yang tinggi itu, sehingga saya
akan terlepas dari banjir ini.
Noh berkata lagi
kepadanya, ya karena cinta kepada anak sendiri: Hari ini tidak ada yang dapat
melindungi dari seksa, selain Tuhan Yang Maha Pengasih. Anak itupun lenyap
ditelan ombak yang sedang bergulung gulung, tinggallah Nabi Noh melihat dengan
sedih dan berkata: Ya Allah, bukankah anakku itu termasuk keluarga saya
sendiri?
Allah menurunkan ilham
kepada Noh, bahawa anak itu bukan ahlimu lagi dan tidaklah termasuk menjadi
keluargamu siapa saja yang kafir dan derhaka: Kami hanya berhak menolong orang
orang yang iman saja. Allah ilhamkan pula kepada Noh, agar Nabi Noh jangan
minta minta lagi kepada Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya dengan
berfirman: Aku ajari engkau (ya Noh) tentang apa yang engkau masih jahil.
Nabi Noh insaf akan ajaran
yang di terimanya dari Allah lalu menengadahkan kedua telapak tangannya
bersyukur kepada Allah yang telah memelihara kaumnya yang beriman terlepas dari
seksa, lalu Nabi Noh bermohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya:
Aku berlindung diri
kepadaMu, ya Tuhanku, atas apa-apa yang sudah saya mohon yang saya sendiri
tidak tahu betul, dan kalau Engkau tidak beri ampun atas saya, sungguh saya
akan tergolong orang orang yang merugi.
Banjir dahsyat dan
gelombangnya yang bergulung itu telah dapat menelan semua manusia yang engkar.
Langit mulai tertutup dan berhenti mencurahkan air, sedang bumi telah menghisap
semua air yang ada di atas datarannya. Kapal Nabi Noh terhenti di atas puncak
Gunung Judy yang sampai sekarang orang-orang pintar sedang mencari bekas
bekasnya. Nuh dan pengikutnya kembali ke kampung-halamannya menghirup udara
baru yang penuh dengan berkat dan pertolongan Allah.
No comments:
Post a Comment