اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ:
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Kerdipan Mataku berIstighfar Astaghfirullah (أسْتَغْفِرُاللهَ)
Hatiku berdetik disetiap saat menyebut Subhanallah (سُبْحَانَ اللَّهِ)
Denyutan Nadiku dengan Alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ)
Degupan Jantongku bertasbih LA ILAHA ILLALLAH (لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)
Bayu Nafasku berzikir Allāhu akbar (اللَّهُ أَكْبَرُ)
الْحَمْدُ لِلَّهِ syukur kepada وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ...اللهَ
Gerakan Pembakaran Al-Qur'an oleh Gereja Kristian AS
Astaghfirullah ... Sebagian Warga AS Berencana Membakar Alquran
Isnin, 16 Ogos 2010, 14:21 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -Provokasi dan pelecehan masyarakat Barat terhadap umat Islam tak jua berhenti. Majlis Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengungkap rencana gereja-geraja di Florida membakar Alquran dalam sebuah acara yang diberi judul: International Burn A Koran Day '. Acara yang diprakarsai World Dove Outreact Centre ini nantinya mengagendakan pembagian Aquran kepada setiap jamaah gereja, masyarakat umum, penegak hukum, dan pers. Setelah dibagikan, Alquran tersebut akan dibakar pada momen peringatan tragedi 11/9.
Perwakilan organisasi tersebut mengatakan akan membakar Alquran di luar gereja pada tanggal 11 September. Mereka juga meminta masyarakat AS untuk memasyarakatkan ide pembakaran Alquran tersebut. Tak semua gereja menyokong gerakan dan ide gila ini. Beberapa perwakilan gereja di sana secara tegas menolaknya.
Menanggapi rencana tersebut, CAIR meminta umat Islam mencegah ide gila yang dapat merusak hubungan baik antara dunia Barat dan Islam yang selama ini terjaga. "Masyarakat Muslim Amerika dan masyarakat AS seharusnya menyokong usaha untuk menghilangkan ketakutan terhadap Islam," kata Direktur Komunikasi Nasional CAIR, Ibrahim Hooper, seperti dikutip dari OrlandoSentinel pada Rabu (21/7).
Hooper menyebut hasil penyelidikan CAIR menunjukkan gerakan anti-Islam menurun ketika seseorang memiliki akses ke informasi yang akurat tentang Islam dan dapat dihubungkan secara pribadi dengan komunitas Muslim. terkait hal itu, CAIR mendesak semua pihak agar saling mendukung dan memberikan pengertian untuk melawan ide pembakaran buku tersebut dengan menyelenggarakan diskusi tentang Islam dan Alquran selama Ramadhan.
Transkrip Wawancara dengan Penggagas Hari Membakar Alquran
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Masih ingat dengan komuniti bukan Islam Florida untuk melancarkan Hari Membakar Alquran? Acara itu akan diselenggarakan pada 11 September mendatang. Penggagas idea menyimpang itu adalah World Dove Outreach Centre di Gainesville.
Salah satu blog bernama Friendlyatheist mengaku sempat mewawancarai tokoh di balik ide tersebut, Pastor Terry D Jones. Berikut ini adalah transkrip wawancaranya yang diterjemahkan secara bebas dari bahasa Inggeris.
Salah satu blog bernama Friendlyatheist mengaku sempat mewawancarai tokoh di balik ide tersebut, Pastor Terry D Jones. Berikut ini adalah transkrip wawancaranya yang diterjemahkan secara bebas dari bahasa Inggeris.
Siapa yang anda tuju dengan program Hari Membakar Alquran ?
Kami berharap dapat menjangkau kalangan Muslim dan bukan Islam untuk bangkit dan menyadari bahawa Alquran adalah buku penuh fikih dan hanya dalam iman Yesus Kristus yang sejati.
Kami berharap dapat menjangkau kalangan Muslim dan bukan Islam untuk bangkit dan menyadari bahawa Alquran adalah buku penuh fikih dan hanya dalam iman Yesus Kristus yang sejati.
Anda fikir Umat Islam akan pindah memeluk Krsiten dengan program ini?
Ini adalah harapan dan keinginan kami agar mereka mau mempertanyakan lagi kebenaran agama mereka. Kemudian mereka akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa Islam adalah setan dan hanya agama Kristen yang benar.
Ini adalah harapan dan keinginan kami agar mereka mau mempertanyakan lagi kebenaran agama mereka. Kemudian mereka akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa Islam adalah setan dan hanya agama Kristen yang benar.
Saat anda menyatakan bahwa Islam adalah duta, Anda pikir program ini adalah cara yang strategis untuk mencapai tujuan?
Ya, kami percaya ini cara yang cerdas sebab ini akan menarik perhatian ribuan orang. Semoga ini bisa mendorong mereka mempertanyakan kembali hubungannya dengan Tuhan.
Ya, kami percaya ini cara yang cerdas sebab ini akan menarik perhatian ribuan orang. Semoga ini bisa mendorong mereka mempertanyakan kembali hubungannya dengan Tuhan.
Anda khawatir dengan tuduhan menyebar kebencian? Adakah media yang mempublikasikannya dengan baik ?
Tidak, kami tidak khawatir soal tuduhan menyebar kebencian, karena ini sebenarnya menyebarkan kebenaran. Kebenaran adalah cinta dan harapan keselamatan.
Tidak, kami tidak khawatir soal tuduhan menyebar kebencian, karena ini sebenarnya menyebarkan kebenaran. Kebenaran adalah cinta dan harapan keselamatan.
Anda takut dengan pukulan balik dari komuniti Muslim ?
Pasti, kerana kita sudah membuktikan bahwa Islam adalah agama kekerasan dan Muhammad mendorong kekerasan dalam Alquran.
Pasti, kerana kita sudah membuktikan bahwa Islam adalah agama kekerasan dan Muhammad mendorong kekerasan dalam Alquran.
Adakah media yang melaporkan kejadian ini tidak betul? Akankah anda mengatur pemahaman terhadap sesuatu isu?
Kami telah dituduh rasis. Kami tidak menyerang kaum. Dengan kata lain, kami tidak menyerang Muslim. Kami menyukai Muslim dan berharap mereka bersedia bergabung dengan cara keselamatan sebenar. Yang kami serang adalah Islam, agama, dan sistem politik berdasar syariah Islam.
Kami telah dituduh rasis. Kami tidak menyerang kaum. Dengan kata lain, kami tidak menyerang Muslim. Kami menyukai Muslim dan berharap mereka bersedia bergabung dengan cara keselamatan sebenar. Yang kami serang adalah Islam, agama, dan sistem politik berdasar syariah Islam.
Anda sebut program ini sebagai bahkan antarabangsa. Adakah kumpulan atau gereja lain yang bergabung dengan anda?
Kami sudah mendapat tanggapan dari seluruh dunia. Ya, kami berharap ratusan orang boleh hadir.
Kami sudah mendapat tanggapan dari seluruh dunia. Ya, kami berharap ratusan orang boleh hadir.
Akankah anda menyokong jika kumpulan Muslim (atau atheis) yang merasa Kristen sebagai masalah dan berencana untuk membakar Injil ?
Sudah tentu, kami tidak akan menyokongnya. Tetapi kami akan menyokong hak mereka untuk memiliki kebebasan berekspresi.
Sudah tentu, kami tidak akan menyokongnya. Tetapi kami akan menyokong hak mereka untuk memiliki kebebasan berekspresi.
Adakah tanggapan anda jika ada umat Kristian yang merasa perayaan ini?
Ini adalah cara yang telah kami pilih. Bagi umat Kristian yang tidak setuju, kami menyokong mereka untuk menjalankan caranya dalam menyebarkan agama. (30 Julai 2010)
Ini adalah cara yang telah kami pilih. Bagi umat Kristian yang tidak setuju, kami menyokong mereka untuk menjalankan caranya dalam menyebarkan agama. (30 Julai 2010)
Para Tokoh Agama Kecam Aksi Pembakaran Al-Qur'an Sedunia
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Para tokoh agama di Indonesia yang tergabung dalam Gerakan Peduli Pluralisme mengecam rencana aksi pengakaran Al-Quran sedunia memperingati 9 tahun robohnnya World Trade Center pada 11 September 2001. "Kami mengutuk rencana aksi pengakaran Al-Quran sedunia, "Kata Ketua Bidang Kerukunan Antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Slamet Effendi Yusuf dalam jumpa pers, di Jakarta, Senin sore.
Rencana aksi pengakaran Al-Quran sedunia dilakukan oleh kelompok yang menamakannya dirinya Dove World Outreach Center berkantor di Florida, Amerika Serikat. Menurut Slamet, rencana pengakaran Al-Quran sedunia tidak mencerminkan mayoritas umat Kristian karena ia merupakan intinya dari kelompok kecil masyarakat saja.
Slamet mengungkapkan, umat Islam di seluruh negara agar tidak terprovokasi dan berdoa supaya rencana aksi ini tidak terjadi. "Jika tindakan pembakaran Al-Quran benar-benar terjadi akan terjadi konflik yang luar biasa di seluruh negeri," ungkap Slamet.
Selanjutnya, kata Slamet, seluruh umat manusia di dunia agar mentikapi rencana aksi ini dengan membuat langkah-langkah yang konstruktif. "Harus ada dialog antara peradaban untuk menghilangkan sikap eksklusif atau tidak peduli terhadap kebersamaan," ungkap Slamet.
Menurut Slamet, pemerintah dan pers di Amerika menanggapi pernyataan dari tokoh agama di Indonesia yang mengutuk rencana aksi pembakaran Al-Quran.
Ketua Gerakan Peduli Pluralisme Damien Dematra dalam kesempatan yang sama mengatakan, jika rencana aksi pengakaran Al-Quran benar terjadi dapat memicu terjadinya perang antar umat beragama. "Jika rencana aksi ini benar terjadi dampaknya akan sangat serius terhadap masyarakat di seluruh negeri," ungkap Damien.
Menurut Damien, saat ini di dunia maya melalui jejaring youtube dan facebook sekitar ratusan ribu orang telah menyatakan mendukung rencana aksi itu dan ini sangat berbahaya. "Saat ini tugas para pemimpin umat beragama di seluruh negeri agar menenangkan situasi masyarakat," ungkap Damien,
Menurut Damien, demi kebebasan hak asasi manusia (HAM) maka seluruh umat manusia di dunia harus melakukan sesuatu. (10 Ogos 2010)
Pimpinan Evangelis AS Kecam Seruan Hari Membakar Alquran
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Pemimpin gereja evangelis Amerika Syarikat mengecam seruan sebuah gereja di Florida yang ingin membakar Alquran pada 9 September sebagai peringatan tragedi runtuhnya WTC twin towers. Gerakan hari membakar Alquran itu diserukan oleh Pusat Dove World Outreach dalam akaun facebooknya.
"Dove World Outreach Centre, anda sangat memalukan," kata Angel Nuñez, wakil Presiden Konferensi Kepimpinan Nasional Kristen Hispanik.
"Sekiranya saya ingin memengaruhi seorang Muslim kepada Kristus, saya pasti tidak akan melakukannya dengan membakar Alqur'an di depan umum dan memprovokasi mereka untuk lebih membenci kita," tambah Nuñez. "Senjata terbesar seorang Kristen adalah dengan cinta kasih."
Asosiasi Nasional Evangelis mengeluarkan satu laporan mendesak pada Khamis lalu yang lalu mendesak supaya provokatif gerakan ditolak. "Kedengarannya, gerakan membakar Alquran seperti upaya membalas dendam," kritik Presiden Asosiasi, Nae Leith Anderson.
"Saya fikir ini mengerikan, menyengsarakan, dan bodoh," kata Richard Land, Pengarah Komisi Etika dan Agama Southern Baptist Convention. Land menambah, tindakan gereja itu menodai reputasi Yesus dan mengundang hujatan. "Para pengikut Kristus dan Amerika tidak membakar buku. Hanya Nazi yang membakar buku, "kata Chris Seiple, Institut Presiden untuk Penglibatan Global.
"Kristen diperintahkan untuk cinta kerana Allah lebih mengasihi kita," ujar Seiple. "Kebebasan beragama adalah inti dari Amerika. Pembakaran Alquran melanggar baik identitas kita sebagai Kristen dan bangsa Amerika. " (2 Ogos 2010)
"Dove World Outreach Centre, anda sangat memalukan," kata Angel Nuñez, wakil Presiden Konferensi Kepimpinan Nasional Kristen Hispanik.
"Sekiranya saya ingin memengaruhi seorang Muslim kepada Kristus, saya pasti tidak akan melakukannya dengan membakar Alqur'an di depan umum dan memprovokasi mereka untuk lebih membenci kita," tambah Nuñez. "Senjata terbesar seorang Kristen adalah dengan cinta kasih."
Asosiasi Nasional Evangelis mengeluarkan satu laporan mendesak pada Khamis lalu yang lalu mendesak supaya provokatif gerakan ditolak. "Kedengarannya, gerakan membakar Alquran seperti upaya membalas dendam," kritik Presiden Asosiasi, Nae Leith Anderson.
"Saya fikir ini mengerikan, menyengsarakan, dan bodoh," kata Richard Land, Pengarah Komisi Etika dan Agama Southern Baptist Convention. Land menambah, tindakan gereja itu menodai reputasi Yesus dan mengundang hujatan. "Para pengikut Kristus dan Amerika tidak membakar buku. Hanya Nazi yang membakar buku, "kata Chris Seiple, Institut Presiden untuk Penglibatan Global.
"Kristen diperintahkan untuk cinta kerana Allah lebih mengasihi kita," ujar Seiple. "Kebebasan beragama adalah inti dari Amerika. Pembakaran Alquran melanggar baik identitas kita sebagai Kristen dan bangsa Amerika. " (2 Ogos 2010)
Romo Franz Magnis Kecam Rencana Membakaran Alquran
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Tokoh Katolik Romo Franz Magnis Suseno mengecam rencana pembakaran kitab suci sebuah agama oleh kelompok nondenominasi `Dove World Outreach Center` pimpinan Pastor Senior Sylvia Jones yang berkantor di Florida, Amerika Serikat.
"Kepicikan luar biasa sangat memalukan komunitas itu, semacam fundamentalisme yang sebetulnya kita berantas. Paham agama seperti yang menemukan identitasnya dengan memusuhi dan menghina agama lain, "katanya di Jakarta, Kamis (5/8).
Ia mengatakan rencana itu adalah penghinaan terhadap agama dan para pemeluk agama. Selain itu, tindakan tersebut juga menunjukkan ketidakstabilan psikologis dalam melihat perbezaan. "Ketidakmampuan untuk membiarkan perbezaan setiap kitab agama dari hal-hal yang bagus dan penting," katanya.
Ia menambahkan, untuk mencegah dampak luas dari aksi pengakaran kitab suci itu sepantasnya tidak mendapat publikasi. Menurutnya, di masa kini internet, akses mudah terhadap semua hal termasuk informasi dan provokasi menjadi masalahnya. Dia mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak emosional.
Gereja Dove World Outreach Centre di Gainesville, Florida, Amerika Syarikat, berencana mengadakan kontroversi aksi dengan menyeru rakyat Amerika membakar kitab suci Alqur'an pada 11 September nanti. (5 Ogos 2010)
Muslim Kanada Sebar Alquran untuk Menjawab Hari Pembakaran Alquran
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH-Seorang Muslim di Kanada, Suhail Kapoor, akan membagikan Alquran secara percuma untuk menyebarkan mesej kedamaian Islam kepada masyarakat di Kanada dan Amerika Syarikat. Puluhan ribu Alquran itu akan dibagi-bagikan dengan dukungan dermawan Muslim di sana.
Kapoor yang merupakan ahli dari Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA) melakukan itu untuk menjawab 'Gerakan Hari Membakar Alquran' yang dicetuskan sebuah geraja di Gainesville, Florida, Amerika Syarikat. "Kita membuat langkah proaktif dan kami berharap ini akan memberi respon positif. Banyak orang memusuhi Islam kerana ketidaktahuan mereka tentang agama ini. Jika mereka mendapat kesempatan untuk membaca Alquran, yang merupakan keajaiban dari Allah SWT, pasti ini akan mengubah pikiran mereka, "kata Kapoor seperti dikutip Arab News.
Kapoor adalah seorang mualaf. Sejak menjadi Muslim pada tahun 1990 semasa bekerja di Arab Saudi, dia kini menjadi pendakwah yang menyebarkan Islam. Menurutnya, sebagai firman Allah, Alquran memiliki kekuatan hipnotis besar yang mampu menenangkan hati manusia. "Kamu tahu, Alquran yang mengubah pikiran Umar bin Khattab yang sebelum memeluk Islam, telah berjanji untuk membunuh Nabi Muhammad. Saya tahu bahwa ribuan orang menerima Islam setelah membaca buku ini suci ini, "jelasnya.
Kapoor telah membagi-bagikan ribuan Alquran selama 10 tahun terakhir. Dia mengecam kempen membakar Alquran yang dilancarkan geraja di Amerika itu. "Saya yakin kempen ini akan mendorong lebih banyak orang untuk belajar tentang Islam dan kitab suci nya," ujarnya.
Lahir sebagai seorang Hindu, Kapoor memeluk Islam setelah membaca terjemahan Alqur'an yang diberikan oleh salah seorang temannya di Arab Saudi 20 tahun lalu. "Saya menerima Islam setelah saya mendapati bahawa Alquran memberi jawaban atas semua pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan hidup. Dalam Islam orang bisa mendapatkan pengampunan tanpa perantara pendeta, bisa meminta maaf secara langsung kepada Allah dan tidak perlu penebusan dosa, "jelasnya.
Kapoor juga berharap usaha ini dapat mengubah pandangan pengambil kebijakan di Amerika Utara yang meliputi Kanada dan Amerika Syarikat, terhadap Islam dan umatnya. Dia yakin bahwa kebangkitan Islam akan datang dari Barat, dengan ratusan orang memeluk agama ini setiap hari. "Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi nirlaba, 150.000 hingga 200.000 orang memeluk Islam di Amerika Utara setiap tahun dan sekitar 200.000 di Eropa," katanya. (20 Ogos 2010)
MUI Imbau Umat Islam Tak Terprovokasi Hari Pembakaran Alquran
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amidhan mengatakan, masyarakat Indonesia tidak akan terprovokasi dengan rencana Hari Pembakaran Al Qur`an Sedunia yang akan diadakan pada 11 September 2010. "MUI tidak akan mengeluarkan fatwa atau kecaman terhadap hal itu karena bukan bahasa kami, melainkan melawan dengan sikap damai, "katanya saat acara pertemuan Gerakan Peduli Pluralisme (GPP) dengan MUI, di kantor MUI, Jakarta, Kamis.
Amidhan juga berkata, belajar dari permaslahan yang sudah lalu, sebaiknya jangan terpancing kerana nantinya akan terjadi kerusuhan-kerusuhan yang tidak perlu. "Yang merusak itu tidak menyelesaikan masalah," tandasnya.
Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal MUI, Ichwan Syam juga mengatakan, MUI tidak merespon hal itu karena menurutnya tindakan itu hanyalah refleksi dari kemarahan sebagian kecil kelompok saja. "Jika umat beragama dalam keadaan sehat batin dan rohani, maka pasti tidak akan melakukan hal itu, "Ujarnya.
Selain itu, pembicara lain, FABB Koordinator (Forum Anti Buddha Bar), Kevin Wu juga menghimbau masyarakat agar tidak melupakan identitas bangsa yang berlandaskan "bhinneka tunggal ika".
Kevin juga menyayangkan keresahan umat beberapa waktu lalu mengenai peletakan simbol-simbol dan lambang agama di tempat yang salah. "Jadi, provokasi pembakaran Al Qur`an itu jangan sampai merepotkan umat di Indonesia," katanya.
Selain Kevin, juga hadir wakil dari setiap agama di Indonesia, diantaranya GPP Koordinator, Damien Dematra, Sekretaris Komisi Hubungan Antar Agama Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Benny Susetyo, Sekretaris Umum Majelis Agama Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Uung Sendana, dan Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Nyoman Udayana Sangging.
Sebagai penutup acara tersebut, penyerahan buku mengenai perlawanan pada Hari Pembakaran Al Quran oleh Damien kepada Amidhan. (20 Ogos 2010)
Berkongsi ini:
Pembakaran Koran berubah menjadi selesai
Satu-satunya pengikut agama yang berani membakar kitab-kitab agama lain, mungkin sepanjang sejarah agama dunia !! Kehilangan akal membuat seseorang melakukan perkara yang paling bodoh walaupun di negara yang paling terkenal dan "bertamadun".
__________________
Liputan6.com, Springfiled: Pembakaran Al-Quran yang sebelum ini dijalankan oleh paderi Florida, Terry Jones, pada ulang tahun tragedi 11 September, bagaimanapun dilakukan kerana kritikan dari pelbagai pihak. Tetapi nampaknya oleh pastor Bob Old dan Danny Allen. Mereka membakar Al-Quran di halaman belakang sebuah rumah di Springfileld, Amerika Syarikat, Sabtu (11/9) yang lalu.
Bob Old dan rakannya Danny Allen berdiri bersama di belakang rumah lama. Mereka memanggil tindakan itu sebagai panggilan dari Tuhan. Mereka membakar dua salinan Quran dan satu lagi teks Islam di hadapan segelintir orang, kebanyakannya dari media.
Seperti yang dilaporkan oleh Berita Detroit, ternyata pembakaran Al-Quran juga berlaku di Michigan. Al-Quran dibakar di hadapan pusat ajaran Islam di bandar.
Ryanne Nason, seorang sarjana Amerika, seperti yang dilaporkan oleh akhbar tempatan, Mainecampus pada hari Khamis (15/9), mengatakan bahawa pembakaran oleh beberapa orang sangat sedih dan memalukan. Di Amerika Syarikat, sebuah negara yang dibentuk atas kepercayaan kebebasan beragama, setiap orang diberi hak untuk mengamalkan agama yang mereka percayai, seperti Judaisme, Islam, Kristian, atau agama yang tidak sama sekali. Dengan membakar Al-Quran atau kitab-kitab agama lain, bayang-bayang semua negara-negara lain menjadikan AS sebagai negara tanpa kelas dan tidak beretika.
Adalah ironis bahawa Terry Jones atau Bob Old merasakan mereka mempunyai perlindungan berdasarkan pindaan pertama untuk membakar kitab-kitab agama lain yang dia tidak percaya. Walaupun semua orang Islam di AS dilindungi oleh undang-undang perlembagaan yang sama. Ini akan memberi penolakan terhadap reputasi Amerika.
Menurut Ryanne, orang-orang agama menggunakan moral dan nilai-nilai yang kuat, tetapi sekarang orang menafikan kepercayaan mereka kerana mereka menghakimi dan tidak bertoleransi. Salah satu sebab mengapa kita mempunyai pasukan di Iraq dan Afghanistan adalah untuk memerangi penindasan dan penganiayaan agama terhadap penduduk negara. Walau bagaimanapun, kini ternyata bahawa warga Amerika sendiri mengganggu agama lain.
Di Chicago, Mohammed Kaiseruddin, Lembaga Pengarah Pusat Pengajaran Islam memberi gambaran pembakaran Al-Quran yang sangat berbeza dengan nilai-nilai yang dipegangnya. Dia memberitahu Huffington Post hari ini, "Kami rasa kami telah menjadi mangsa. Apabila kita memegang Al-Quran, kita memperlakukannya dengan penuh hormat. Kami tidak pernah meletakkan salinan Al-Quran di atas lantai. Sejak zaman kanak-kanak, kita sentiasa mengingatkan kanak-kanak untuk menghormati buku suci ini. Kami juga mengajar mereka apabila mereka selesai membaca Quran, mereka menutupnya dan menciumnya, kemudian selamatkannya ". (Huffington Post / Mainecampus / Detroitnews / DES / IAN)
__________________
Liputan6.com, Springfiled: Pembakaran Al-Quran yang sebelum ini dijalankan oleh paderi Florida, Terry Jones, pada ulang tahun tragedi 11 September, bagaimanapun dilakukan kerana kritikan dari pelbagai pihak. Tetapi nampaknya oleh pastor Bob Old dan Danny Allen. Mereka membakar Al-Quran di halaman belakang sebuah rumah di Springfileld, Amerika Syarikat, Sabtu (11/9) yang lalu.
Bob Old dan rakannya Danny Allen berdiri bersama di belakang rumah lama. Mereka memanggil tindakan itu sebagai panggilan dari Tuhan. Mereka membakar dua salinan Quran dan satu lagi teks Islam di hadapan segelintir orang, kebanyakannya dari media.
Seperti yang dilaporkan oleh Berita Detroit, ternyata pembakaran Al-Quran juga berlaku di Michigan. Al-Quran dibakar di hadapan pusat ajaran Islam di bandar.
Ryanne Nason, seorang sarjana Amerika, seperti yang dilaporkan oleh akhbar tempatan, Mainecampus pada hari Khamis (15/9), mengatakan bahawa pembakaran oleh beberapa orang sangat sedih dan memalukan. Di Amerika Syarikat, sebuah negara yang dibentuk atas kepercayaan kebebasan beragama, setiap orang diberi hak untuk mengamalkan agama yang mereka percayai, seperti Judaisme, Islam, Kristian, atau agama yang tidak sama sekali. Dengan membakar Al-Quran atau kitab-kitab agama lain, bayang-bayang semua negara-negara lain menjadikan AS sebagai negara tanpa kelas dan tidak beretika.
Adalah ironis bahawa Terry Jones atau Bob Old merasakan mereka mempunyai perlindungan berdasarkan pindaan pertama untuk membakar kitab-kitab agama lain yang dia tidak percaya. Walaupun semua orang Islam di AS dilindungi oleh undang-undang perlembagaan yang sama. Ini akan memberi penolakan terhadap reputasi Amerika.
Menurut Ryanne, orang-orang agama menggunakan moral dan nilai-nilai yang kuat, tetapi sekarang orang menafikan kepercayaan mereka kerana mereka menghakimi dan tidak bertoleransi. Salah satu sebab mengapa kita mempunyai pasukan di Iraq dan Afghanistan adalah untuk memerangi penindasan dan penganiayaan agama terhadap penduduk negara. Walau bagaimanapun, kini ternyata bahawa warga Amerika sendiri mengganggu agama lain.
Di Chicago, Mohammed Kaiseruddin, Lembaga Pengarah Pusat Pengajaran Islam memberi gambaran pembakaran Al-Quran yang sangat berbeza dengan nilai-nilai yang dipegangnya. Dia memberitahu Huffington Post hari ini, "Kami rasa kami telah menjadi mangsa. Apabila kita memegang Al-Quran, kita memperlakukannya dengan penuh hormat. Kami tidak pernah meletakkan salinan Al-Quran di atas lantai. Sejak zaman kanak-kanak, kita sentiasa mengingatkan kanak-kanak untuk menghormati buku suci ini. Kami juga mengajar mereka apabila mereka selesai membaca Quran, mereka menutupnya dan menciumnya, kemudian selamatkannya ". (Huffington Post / Mainecampus / Detroitnews / DES / IAN)
Kongsi ini:
Hana Tajima Simpson, Blasteran Jepang-Inggris, Mengagumi Kandungan Alquran
a
Ia menemukan fakta ternyata kitab suci umat Islam Alquran lebih sesuai dengan kondisi saat ini.
Akhir-akhir ini, nama Hana Tajima Simpson menjadi topik perbincangan di kalangan blogger Muslimah. Di kalangan para blogger, nama perempuan blasteran Jepang-Inggris itu dikenal karena gaya berjilbabnya yang unik dan lebih kasual. Sosok Hana pun telah menghias sejumlah media di Inggris dan Brazil. Hana yang dikenal sebagai seorang desainer membuat kejutan lewat produk berlabel Maysaa. Produk yang telah dilempar ke pasaran dunia itu berupa jilbab bergaya layers (bertumpuk). Melalui label itu, Hana mencoba memperkenalkan gaya berbusana yang trendi, namun tetap sesuai dengan syariat Islam di kalangan Muslimah.
Kini, produk busana Muslimah yang diciptakannya itu tengah menjadi tren dan digandrungi Muslimah di negara-negara Barat. Semua itu, tak lepas dari kegigihannya dalam mempromosikan Maysaa. Tak cuma itu, kini namanya menjadi ikon fesyen bagi para Muslimah di berbagai negara. Mengenai gaya berjilbab yang diusung Hana, skaisthenewblack.blogspot menulis, “Dia (Hana) memiliki gaya yang hebat. Sangat elegan dan chic, namun tetap terlihat sederhana”. Ternyata, busana Muslimah pun bila dikreasi secara kreatif dan inovatif bisa mewarnai dunia fesyen internasional.
Sejatinya, gaya berjilbab yang ditunjukkan perempuan berusia 23 tahun itu kepada para Muslimah di berbagai negara tercipta secara tidak sengaja. Hana yang saat itu baru memeluk Islam ingin sekali menggenakan jilbab. Ia memeluk Islam saat usianya baru menginjak 17 tahun. “Sebagai seorang desainer, awalnya saya merasa frustrasi melihat gaya berbusana sebagian besar Muslimah yang kurang bervariasi,” ungkapnya dalam sebuah wawancara khusus dengan HijabScraft.
Dengan maksud ingin menunjukkan kepada masyarakat Barat bahwa para perempuan Muslim pun dapat tampil di muka umum dengan gaya berbusana yang modis dan chic, serta mengikuti tren fesyen terkini, Hana mulai tergerak untuk mendesain gaya busana Muslimah lengkap dengan jilbabnya yang berbeda dengan yang sudah ada pada saat itu. Selain unik, gaya berbusana yang diusung Hana ini pada dasarnya tidak pernah benar-benar mengikuti tren fesyen yang pada saat itu tengah digandrungi di negara-negara Barat pada umumnya. “Suatu hari saya akan tampil dengan gaya glamor ala Hollywood dan (hari) berikutnya saya akan terobsesi dengan gaya rock/grunge di tahun 90-an,” paparnya.
Ia mengatakan cenderung menjaga hal-hal yang dianggap kecil dan sederhana dalam mendesain sebuah fesyen. Hana pun secara terus terang mengaku tertarik untuk mengkreasikan sesuatu, seperti memadankan jaket kulit vintage dengan gaun panjang bermotif bunga-bunga. Untuk mempopularkan gaya berbusananya, Hana memanfaatkan jaringan internet dengan membuat laman web pribadi yang diberi nama stylecovered.com. Saat itu, Hana belum sempat memberikan label untuk produk yang didesainnya itu.
Tanpa disangka, gaya berbusana yang ditampilkan dalam laman webnya itu menarik minat para blogger Muslimah di Inggris. Berawal dari situlah, Hana kemudian memutuskan untuk mendirikan Maysaa, sebuah rumah desain dan fesyen yang terinspirasi dari fesyen Barat namun tetap disesuaikan dengan kaidah Islam.
Kendati Maysaa ditujukan untuk para wanita Muslim, namun Hana tidak menampik hasil rancangannya ini juga bisa dikenakan oleh kalangan wanita non-Muslim. “Saya tidak bisa mengatakan pakaian yang saya buat hanya untuk wanita Muslim atau untuk wanita non-Muslim, karena kehidupan saya pada dasarnya juga merupakan percampuran dari keduanya. Karenanya, saya suka membuat rancangan dari perspektif yang sangat pribadi,” terang perempuan yang sudah mulai merancang sejak usia lima tahun itu.
Memeluk Islam
Sebelum mengucap dua kalimat syahadat, Hana adalah seorang pemeluk Kristen. Ia tumbuh di daerah pedesaan di pinggiran Devon yang terletak di sebelah barat daya Inggris. Kedua orang tuanya bukan termasuk orang yang religius, namun mereka sangat menghargai perbedaan. Di tempat tinggalnya itu tidak ada seorang pun warga yang memeluk Islam. Persentuhannya dengan Islam terjadi ketika Hana melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. “Saya berteman dengan beberapa Muslim saat di perguruan tinggi,” ujarnya.
Dalam pandangan Hana, saat itu teman-temannya yang beragama Islam terlihat berbeda. “Mereka terlihat menjaga jarak dengan beberapa mahasiswa tertentu. Mereka juga menolak ketika diajak untuk pergi ke pesta malam di sebuah klub,” tutur Hana. Bagi Hana, hal itu justru sangat menarik. Terlebih, teman-temannya yang Muslim dianggap sangat menyenangkan saat diajak berdiskusi membahas materi kuliah. Menurut dia, mahasiswa Muslim lebih banyak dihabiskan waktunya untuk membaca di perpustakaan ataupun berdiskusi.
Dari teman-teman Muslim itulah, secara perlahan Hana mulai tertarik dengan ilmu filsafat, khususnya filsafat Islam. Sejak saat itu pula, Hana mulai mempelajari filsafat Islam dari sumbernya langsung, yakni Alquran. Dalam Alquran yang dipelajarinya, ia menemukan fakta bahwa ternyata kitab suci umat Islam ini lebih sesuai dengan kondisi saat ini.
“Di dalamnya saya menemukan berbagai referensi seputar isu-isu hak perempuan. Semakin banyak saya membaca, semakin saya menemukan diriku setuju dengan ide-ide yang tertulis di belakangnya dan aku bisa melihat mengapa Islam mewarnai kehidupan mereka (teman-teman Muslimnya-Red),” ungkapnya.
Rasa kagumnya terhadap ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Alquran pada akhirnya membuat Hana memutuskan untuk memeluk Islam. Tanpa menemui hambatan, ia pun bersyahadat dengan hanya disaksikan oleh teman-teman Muslimahnya. “Yang paling sulit saat itu adalah memberitahukan kepada keluargaku, meskipun aku tahu mereka akan bahagia selama aku juga merasa bahagia.” ed; heri ruslan
Memilih Berjilbab
Tak semua Muslimah tergerak untuk menutup auratnya dengan jilbab. Namun bagi Hana Tajima, jilbab adalah identitas seorang Muslimah. Sebagai seorang mualaf, desainer busana Muslimah yang sedang menjadi pusat perhatian itu memilih untuk mengenakan jilbab. Seperti halnya saat memutuskan untuk memeluk Islam, keputusan hana untuk mengenakan jilbab juga datang tanpa paksaan. “Saya mulai mengenakan jilbab pada hari yang sama di saat saya mengucapkan syahadat. Ini merupakan cara yang terbaik untuk membedakan kehidupan saya di masa lalu dengan kehidupan di masa depan,” paparnya seperti dikutip dari hijabscarf.blogspot.com.
Keputusannya untuk mengenakan jilbab kontan memancing reaksi beragam dari orang-orang di sekitarnya, terutama teman dekatnya. Sebelum mengenakan jilbab, Hana paham betul dengan semua konotasi negatif yang disematkan kepada orang-orang berjilbab. “Saya tahu apa yang mereka pikirkan mengenai jilbab, tetapi saya akan bersikap pura-pura tidak mengetahuinya. Namun seiring waktu, orang-orang di sekitarku kini bisa bersikap lebih santai manakala melihatku dalam balutan jilbab,” papar Hana sumringah.
Dalam blog pribadinya Hana mengakui bahwa menjadi seorang Muslimah di sebuah negara Barat dapat sedikit menakutkan, terutama ketika para mata di sekitarnya menatap dengan tatapan aneh. Maklum saja, di negara-negara Barat, sebagian penduduknya telah terjangkit Islamofobia. Tak sedikit, Muslimah yang mengalami diskriminasi dan pelecehan saat mengenakan jilbab. Bahkan, di Jerman beberapa waktu lalu, seorang Muslimah dibunuh di pengadilan karena mempertahankan jilbab yang dikenakannya.
“Karena itu, mengapa saya ingin menciptakan sesuatu yang akan membantu para Muslimah di mana pun untuk terus termotivasi mengatasi rasa takut itu,” ujar Hana. Kini, dengan busana Muslimah yang dirancangnya, kaum Muslimah di negara-negara Barat bisa tampil dengan busana yang bisa diterima masyarakat tanpa meninggalkan aturan yang ditetapkan syariat Islam. (Nidia Zuraya, Republika Online, 9 Januari 2011).
a
Ia menemukan fakta ternyata kitab suci umat Islam Alquran lebih sesuai dengan kondisi saat ini.
Akhir-akhir ini, nama Hana Tajima Simpson menjadi topik perbincangan di kalangan blogger Muslimah. Di kalangan para blogger, nama perempuan blasteran Jepang-Inggris itu dikenal karena gaya berjilbabnya yang unik dan lebih kasual. Sosok Hana pun telah menghias sejumlah media di Inggris dan Brazil. Hana yang dikenal sebagai seorang desainer membuat kejutan lewat produk berlabel Maysaa. Produk yang telah dilempar ke pasaran dunia itu berupa jilbab bergaya layers (bertumpuk). Melalui label itu, Hana mencoba memperkenalkan gaya berbusana yang trendi, namun tetap sesuai dengan syariat Islam di kalangan Muslimah.
Kini, produk busana Muslimah yang diciptakannya itu tengah menjadi tren dan digandrungi Muslimah di negara-negara Barat. Semua itu, tak lepas dari kegigihannya dalam mempromosikan Maysaa. Tak cuma itu, kini namanya menjadi ikon fesyen bagi para Muslimah di berbagai negara. Mengenai gaya berjilbab yang diusung Hana, skaisthenewblack.blogspot menulis, “Dia (Hana) memiliki gaya yang hebat. Sangat elegan dan chic, namun tetap terlihat sederhana”. Ternyata, busana Muslimah pun bila dikreasi secara kreatif dan inovatif bisa mewarnai dunia fesyen internasional.
Sejatinya, gaya berjilbab yang ditunjukkan perempuan berusia 23 tahun itu kepada para Muslimah di berbagai negara tercipta secara tidak sengaja. Hana yang saat itu baru memeluk Islam ingin sekali menggenakan jilbab. Ia memeluk Islam saat usianya baru menginjak 17 tahun. “Sebagai seorang desainer, awalnya saya merasa frustrasi melihat gaya berbusana sebagian besar Muslimah yang kurang bervariasi,” ungkapnya dalam sebuah wawancara khusus dengan HijabScraft.
Dengan maksud ingin menunjukkan kepada masyarakat Barat bahwa para perempuan Muslim pun dapat tampil di muka umum dengan gaya berbusana yang modis dan chic, serta mengikuti tren fesyen terkini, Hana mulai tergerak untuk mendesain gaya busana Muslimah lengkap dengan jilbabnya yang berbeda dengan yang sudah ada pada saat itu. Selain unik, gaya berbusana yang diusung Hana ini pada dasarnya tidak pernah benar-benar mengikuti tren fesyen yang pada saat itu tengah digandrungi di negara-negara Barat pada umumnya. “Suatu hari saya akan tampil dengan gaya glamor ala Hollywood dan (hari) berikutnya saya akan terobsesi dengan gaya rock/grunge di tahun 90-an,” paparnya.
Ia mengatakan cenderung menjaga hal-hal yang dianggap kecil dan sederhana dalam mendesain sebuah fesyen. Hana pun secara terus terang mengaku tertarik untuk mengkreasikan sesuatu, seperti memadankan jaket kulit vintage dengan gaun panjang bermotif bunga-bunga. Untuk mempopularkan gaya berbusananya, Hana memanfaatkan jaringan internet dengan membuat laman web pribadi yang diberi nama stylecovered.com. Saat itu, Hana belum sempat memberikan label untuk produk yang didesainnya itu.
Tanpa disangka, gaya berbusana yang ditampilkan dalam laman webnya itu menarik minat para blogger Muslimah di Inggris. Berawal dari situlah, Hana kemudian memutuskan untuk mendirikan Maysaa, sebuah rumah desain dan fesyen yang terinspirasi dari fesyen Barat namun tetap disesuaikan dengan kaidah Islam.
Kendati Maysaa ditujukan untuk para wanita Muslim, namun Hana tidak menampik hasil rancangannya ini juga bisa dikenakan oleh kalangan wanita non-Muslim. “Saya tidak bisa mengatakan pakaian yang saya buat hanya untuk wanita Muslim atau untuk wanita non-Muslim, karena kehidupan saya pada dasarnya juga merupakan percampuran dari keduanya. Karenanya, saya suka membuat rancangan dari perspektif yang sangat pribadi,” terang perempuan yang sudah mulai merancang sejak usia lima tahun itu.
Memeluk Islam
Sebelum mengucap dua kalimat syahadat, Hana adalah seorang pemeluk Kristen. Ia tumbuh di daerah pedesaan di pinggiran Devon yang terletak di sebelah barat daya Inggris. Kedua orang tuanya bukan termasuk orang yang religius, namun mereka sangat menghargai perbedaan. Di tempat tinggalnya itu tidak ada seorang pun warga yang memeluk Islam. Persentuhannya dengan Islam terjadi ketika Hana melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. “Saya berteman dengan beberapa Muslim saat di perguruan tinggi,” ujarnya.
Dalam pandangan Hana, saat itu teman-temannya yang beragama Islam terlihat berbeda. “Mereka terlihat menjaga jarak dengan beberapa mahasiswa tertentu. Mereka juga menolak ketika diajak untuk pergi ke pesta malam di sebuah klub,” tutur Hana. Bagi Hana, hal itu justru sangat menarik. Terlebih, teman-temannya yang Muslim dianggap sangat menyenangkan saat diajak berdiskusi membahas materi kuliah. Menurut dia, mahasiswa Muslim lebih banyak dihabiskan waktunya untuk membaca di perpustakaan ataupun berdiskusi.
Dari teman-teman Muslim itulah, secara perlahan Hana mulai tertarik dengan ilmu filsafat, khususnya filsafat Islam. Sejak saat itu pula, Hana mulai mempelajari filsafat Islam dari sumbernya langsung, yakni Alquran. Dalam Alquran yang dipelajarinya, ia menemukan fakta bahwa ternyata kitab suci umat Islam ini lebih sesuai dengan kondisi saat ini.
“Di dalamnya saya menemukan berbagai referensi seputar isu-isu hak perempuan. Semakin banyak saya membaca, semakin saya menemukan diriku setuju dengan ide-ide yang tertulis di belakangnya dan aku bisa melihat mengapa Islam mewarnai kehidupan mereka (teman-teman Muslimnya-Red),” ungkapnya.
Rasa kagumnya terhadap ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Alquran pada akhirnya membuat Hana memutuskan untuk memeluk Islam. Tanpa menemui hambatan, ia pun bersyahadat dengan hanya disaksikan oleh teman-teman Muslimahnya. “Yang paling sulit saat itu adalah memberitahukan kepada keluargaku, meskipun aku tahu mereka akan bahagia selama aku juga merasa bahagia.” ed; heri ruslan
Memilih Berjilbab
Tak semua Muslimah tergerak untuk menutup auratnya dengan jilbab. Namun bagi Hana Tajima, jilbab adalah identitas seorang Muslimah. Sebagai seorang mualaf, desainer busana Muslimah yang sedang menjadi pusat perhatian itu memilih untuk mengenakan jilbab. Seperti halnya saat memutuskan untuk memeluk Islam, keputusan hana untuk mengenakan jilbab juga datang tanpa paksaan. “Saya mulai mengenakan jilbab pada hari yang sama di saat saya mengucapkan syahadat. Ini merupakan cara yang terbaik untuk membedakan kehidupan saya di masa lalu dengan kehidupan di masa depan,” paparnya seperti dikutip dari hijabscarf.blogspot.com.
Keputusannya untuk mengenakan jilbab kontan memancing reaksi beragam dari orang-orang di sekitarnya, terutama teman dekatnya. Sebelum mengenakan jilbab, Hana paham betul dengan semua konotasi negatif yang disematkan kepada orang-orang berjilbab. “Saya tahu apa yang mereka pikirkan mengenai jilbab, tetapi saya akan bersikap pura-pura tidak mengetahuinya. Namun seiring waktu, orang-orang di sekitarku kini bisa bersikap lebih santai manakala melihatku dalam balutan jilbab,” papar Hana sumringah.
Dalam blog pribadinya Hana mengakui bahwa menjadi seorang Muslimah di sebuah negara Barat dapat sedikit menakutkan, terutama ketika para mata di sekitarnya menatap dengan tatapan aneh. Maklum saja, di negara-negara Barat, sebagian penduduknya telah terjangkit Islamofobia. Tak sedikit, Muslimah yang mengalami diskriminasi dan pelecehan saat mengenakan jilbab. Bahkan, di Jerman beberapa waktu lalu, seorang Muslimah dibunuh di pengadilan karena mempertahankan jilbab yang dikenakannya.
“Karena itu, mengapa saya ingin menciptakan sesuatu yang akan membantu para Muslimah di mana pun untuk terus termotivasi mengatasi rasa takut itu,” ujar Hana. Kini, dengan busana Muslimah yang dirancangnya, kaum Muslimah di negara-negara Barat bisa tampil dengan busana yang bisa diterima masyarakat tanpa meninggalkan aturan yang ditetapkan syariat Islam. (Nidia Zuraya, Republika Online, 9 Januari 2011).
a
No comments:
Post a Comment