ZikirrulLlah
اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقَهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu kepada اللهَ
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Kerdipan Mataku berIstighfar Astaghfirullah (أسْتَغْفِرُاللهَ)
Hatiku berdetik disetiap saat menyebut Subhanallah (سُبْحَانَ اللَّهِ)
Denyutan Nadiku dengan Alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ)
Degupan Jantongku bertasbih LA ILAHA ILLALLAH (لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)
Hela Turun Naik Nafasku berzikir Allāhu akbar (اللَّهُ أَكْبَرُ)
الْحَمْدُ لِلَّهِ syukur kepada وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ...اللهَ
ALLAH ITU SANGAT DEKAT
Muslim
yang terbaik adalah yang dapat mencapai tingkatan Ihsan (muhsin).
Seorang
yang sampai pada tingkatan seolah-olah melihat Allah atau paling tidak seorang
yang yakin bahwa segala perbuatannya dilihat Allah maka tentu akan terdorong
melakukan perintahNya dan menjauhi laranganNya
Inilah
sesungguhnya bentuk ketaqwaan kepada Allah yang menentukan tingkat/ukuran
kemuliaan seorang muslim dihadapan Allah.
Sesuai
firman Allah, “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling taqwa” (QS. Al-Hujurat: 13).
Tingkatan
utama yakni “Seolah-olah melihat Allah”
bersifat aktif artinya dengan karunia Allah kita “melakukannya”/”merasakannya”
sedangkan tingkatan dibawahnya adalah “Segala perbuatan dilihat Allah” bersifat pasif.
“Seolah-olah
melihat Allah”, tentu tidak boleh diartikan secara harfiah atau secara fisik
atau tersurat. Namun pahami secara
hakekat adalah dengan menelisik apa yang tersembunyi / tersirat, mencari makna
spiritual (thariq al bathin), guna mensucikan bathin (thathhir al bathin).
Sesungguhnya
manusia tidak akan mampu “melihat” Allah ketika di dunia.
Peristiwa
ini diabadikan dalam surat Al A’raf (7) ayat 143,
“Dan
tatkala Musa tiba di miqat lalu berkata, ‘Tuhanku, tampakkanlah diri-Mu supaya
aku boleh melihat-Mu.’ Maka Tuhan pun berkata, ‘Kamu tidak akan boleh
melihat-Ku , tetapi pandang saja gunung di seberangmu, bila dia tetap di
tempatnya, maka kamu akan melihat-Ku’. Maka ketika Tuhannya menampakkan
cahaya-Nya ber-tajalli kepada gunung, jadilah gunung itu hancur lebur. Maka
Musa tersungkur pingsan. Dan setelah siuman dia berkata, ‘Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepada-Mu dan aku akan menjadi orang mukmin pertama’.”
Kisah
ini tercantum juga dalam kitab Qishashul Anbiya’ karangan Ibnu Katsir yang
mencoba menjelaskan bahwa Nabi Musa a.s. adalah Kalimullah, orang yang mampu
berbicara langsung dengan Allah. Namun dia hanya mendengar suara Allah dari
balik hijab. Ketika dia meminta hijab itu disingkapkan, Allah tidak menuruti,
tetapi Ia memberikan pelajaran telak kepada hamba-Nya sehingga pingsan dan
sadar kelemahan diri. Manusia memang tidak akan sanggup melihat Allah.
Jangankan cahaya Allah, memandang matahari pun mata manusia akan terbakar.
Tetapi
kelak di akhirat, melihat Allah merupakan puncak kenikmatan ahli surga. Lebih
mulia dari kenikmatan istana, kebun, buah-buahan, dan bidadari surgawi.
Ketika
para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, akankah kita kelak boleh memandang
Allah?” Beliau menjawab, “Kalian akan memandang-Nya sebagaimana kalian
memandang bulan purnama raya. Dan setelah itu para ahli surga tidak mau lagi
memalingkan wajah mereka dari memandang Allah.”
Subhanallah.
Sebagian
umat muslim memahami ihsan itu khususnya pada ketika ibadah saja, seperti
ketika Solat.
Maka
setiap melakukan ibadah khususnya pada waktu Solat, bila tidak disertai
perasaan, “seperti sungguh-sungguh” melihat Tuhan, maka ibadah itu tidak
tergolong dalam katagori ibadah yang ihsan (baik). Allah SWT. berfirman :
“Sesungguhnya
sembahyang (Solat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu yaitu
mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka
akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).
Sebagian
umat muslim lainnya memahami ihsan ibaratnya “melihat” dengan “mata hati”.
Sebagian
umat muslim lainnya memahami ihsan ibaratnya “merasakan” “kedekatannya” dengan
Allah disetiap saat kehidupan.
Sungguh
Allah itu dekat, sesuai dengan firman Allah yang artinya
“Dan
Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat” (QS
Al-Waqi’ah: 85).
“Dan Kami
lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaaf: 16)
Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang “Aku” maka (jawablah)
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a
apabila berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran ( Al Baqarah: 186).
Allah
swt berfirman kepada Nabi-Nya, “Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada
Tuhan)“. (QS Al-’Alaq [96]:19 )
Selalu
berada dalam kebenaran boleh diartikan selalu merasakan “bersama” Allah dalam
menjalani kehidupan di dunia.
Kedekatan
kita dengan Allah terhalang/terhijab dengan dosa. Untuk itulah langkah pertama
agar kita lebih dekat dengan Allah adalah bertaubat, salah satunya dengan
berzikir
Astaghfirullah.
“Ampunilah
hambamu ini ya Allah”.
Firman
Allah yang artinya
“dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika
kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan
memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa siksa hari kiamat.” (Al Hud : 3)
“dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang” (Al Hujurat : 12) .
Istighfar
diikuti dengan taubat, penyesalan atas dosa dan sekuat tenaga dan sepenuh
kesadaran untuk tidak mengulangi lagi.
Kemudian
perbaharuilah selalu kesaksian dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Asyhadu
anlaailaaha illallah Wa-asyhadu anna Muhammadar-rasulullah
Syahadat
berarti bersaksi dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi
Muhammad adalah utusan Allah.
Membaca
dua kaliamat Syahadat merupakan cara untuk mengislamkan kembali atau untuk
mengembalikan iman seorang muslim yang telah murtad, kerana melakukan perbuatan
syirik kepada Allah atau lainnya baik disengaja ataupun tidak disengaja.
Seorang
yang kafir bila beramal shaleh maka tidak akan diterima dan bila berdoa maka
akan terhijab ( tertutup ). Semua amal dan doa mereka sia-sia dan ditolak oleh
Allah, kecuali jika mereka beriman dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat.
“Dan
doa ( ibadah ) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka ” ( Arra’d : 14
).
Selanjutnya
biasakan Zikir Hauqolah agar kita
didekatkan dengan Allah atas pertolonganNya.
Laahaulaa
walaaquw-wata il-laabillahil ‘aliy-yil ‘adziim.
”Tiada
daya upaya dan kekuatan selain atas izin/pertolongan Allah”
Yakinlah
bahwa kita sebagai manusia adalah “lemah”
dan upaya kita mendekatkan diri kepada Allah semata-mata atas karunia /
izin Allah.
Tentang
karunia Allah. Allah telah berfiman yang artinya,
“Demikianlah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
mempunyai karunia yang besar” ( Al-Jumu’ah : 4)
Bershalawat
kepada Nabi Muhammad adalah salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada
Allah.
“Allahumma
sholli alaa Muhammad wa alaa ali Muhammad“
Membaca
shalawat atas Nabi merupakan perintah Allah dan anjuran dari Nabi Muhammad.
Firman
Allah yang artinya ” Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya ” ( Al Ahzab:56 ) ]
Membaca
shalawat merupakan salah satu kunci diterimanya doa, kerana tanpa diawali
dengan shalawat maka doa tidak diterima oleh Allah.
” Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan untuk
mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan “ ( Al Maidah:35 ).
Selanjutnya
adalah upaya yang sering dilakukan oleh
muslim agar terjaga dekat dengan Allah yakni dengan berdoa sebelum melakukan
perbuatan/kegiatan atau minimal dengan membaca basmalah.
Bismillahirohmanirohim
“Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih
Maha Penyayang”
Dalam
Hadits Rasulullah saw bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai
dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan
terputus (dari keberkahan Allah)”.
Sebagaimana
dalam kehidupan kita ,secara naluri jika ingin keberhasilan perbuatan atau
permohonan biasanya kita menyebut nama orang yang berkuasa.
Misalnya,
- Zaman orde baru, tingkat keberasilan
menjadi besar, jika kita menyebut (mengenalkan/mereferensi) nama pa Harto yang
berkuasa kala itu.
- Memberikan perintah kepada bawahan
atau ajakan kepada sesama staff akan “lebih segera” dilaksanakan/diikuti jika
menyebut nama yang lebih berkuasa
seperti nama direktur atau manajer sebagai sumber perintah atau bentuk
izin.
Begitu
pula dalam mengarungi kehidupan kita di dunia, sebelum melakukan
perbuatan/tindakan upayakan selalu diawali menyebut nama Allah, mengingat
Allah. Sehingga Allah yang Maha Kuasa akan mengizinkan dan menolong
perbuatan/tindakan tersebut akan terlaksana. Seberapa dekat dengan Allah akan
memperbesar kemungkinan terkabulkannya.
Perbedaannya,
kalau kita menyebut nama manusia, manusia yang kita sebutkan tidak mendengar
dan bukan pula dia yang menolong. Namun kalau kita menyebut nama Allah, Allah
Maha Mendengar dan berkenan menolong kita
Kita
sangat ingin untuk taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya.
Dari
Abu Hurairah RA disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah bersabda, ‘Aku
menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku.
Kalau ia mengingat-Ku dalam hati, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Kalau ia
mengingat-Ku di tengah kerumunan orang, Aku pun akan mengingatnya di tengah kerumunan
yang lebih baik daripada mereka. Kalau ia mendekat diri kepada-Ku sejengkal,
Aku pun mendekatkan diri kepadanya sehasta. Kalau ia mendekatkan diri pada-Ku
sehasta. Aku pun akan mendekatkan diri padanya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku
dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil”.
Waktu-waktu
di keseharian kita, perbanyaklah dzikir kepada Allah.
Rasulullah
SAW bersabda, “Siapa yang duduk dalam suatu tempat, lalu di situ ia tak
berdzikir kepada Allah, maka kelak ia akan mendapat kerugian dan penyesalan”
(HR Abu Dawud).
Nabi
Muhammad SAW bersabda: “Berlaku zuhudlah di dunia, pasti dicintai Allah SWT dan
berlaku zuhudlah terhadap milik orang lain, pasti dicintai oleh sesama
manusia.”
Manakala
sifat zuhud di kalangan muqarrabin (orang yang sentiasa berusaha mendekatkan
diri kepada Allah SWT) pula adalah dengan terus meninggalkan kenikmatan dunia;
segala-galanya adalah tidak penting bagi mereka melainkan mendekati Allah SWT
semata-mata.
Suatu
saat terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan Hudzaifah Ra. Rasulullah
bertanya kepada HUdzaifah, ” Ya Hudzaifah, bagaimana keadaanmu saat ini?”
Jawab
Hudzaifah, ” Saat ini saya bener-bener beriman ya Rasulullah.” Rasulullah
kemudian mengatakan, “ setiap kebenaran itu ada hakikatnya, maka apa hakikat
keimananmu wahai Hudzaifah?”
Jawab
Hudzaifah, ” Ada dua, Ya Rasulullah.
Pertama
saya sudah hilangkan unsur dunia dari kehidupan saya, sehingga bagi saya debu
dan emas itu sama saja. Dalam pengertian, saya akan cari kenikmatan dunia,
lantas andaikata saya dapatkan maka saya akan menikmatinya dan bersyukur pada
Allah SWT.
Tapi
kalau suatu saat kenikmatan dunia itu hilang dari tangan saya, maka saya
tinggal bersabar sebab dunia bukanlah tujuan. Bila ia datang maka Alhamdulillah
dan bila ia pergi maka Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Yang
kedua Hudzaifah mengatakan, ” Setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya
bayangkan seakan-akan syurga dan neraka itu ada di depan saya. Lantas saya
bayangkan bagaimana ahli syurga itu menikmati kenikmatan syurga, dan sebaliknya
bagaimana pula ahli neraka itu merasakan azab neraka jahanam. Sehingga
terdoronglah bagi saya untuk melakukan yang di perintahkan dan meninggalkan
yang dilarang Nya.“
.................................................................................
No comments:
Post a Comment