اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ:
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Kerdipan Mataku berIstighfar Astaghfirullah (أسْتَغْفِرُاللهَ)
Hatiku berdetik disetiap saat menyebut Subhanallah (سُبْحَانَ اللَّهِ)
Denyutan Nadiku dengan Alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ)
Degupan Jantongku bertasbih LA ILAHA ILLALLAH (لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)
Bayu Nafasku berzikir Allāhu akbar (اللَّهُ أَكْبَرُ)
الْحَمْدُ لِلَّهِ syukur kepada وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ...اللهَ
NABI YUNUS
Sebuah negeri Ninuwi namanya, dimana setiap rumah penuh
dengan berhala yang disembah dan hampir setiap penduduknya hidup dalam
kejahilan, kegelapan, kesesatan dan berbagai hal yang jauh dari kebenaran.
Kepada mereka itulah Nabi Yunus diutus Tuhan untuk
menyingkapkan kegelapan dan membawa cahaya terang. Untuk membimbing akal dan
fikiran mereka, agar dapat memikirkan alam yang luas bukan hanya alam yang
sempit, agar dapatlah mereka menginsafi bahawa berhala itu adalah barang buatan
yang tidak ada gunanya disembah, yang harus disembah adalah Allah yang
menjadikan bumi dan langit, bulan, matahari dan segalanya.
Mereka terkejut mendengar keterangan baru itu, yang memang
bertentangan dengan apa yang sudah menjadi tradisi kehidupan mereka turun
temurun; iaitu menyembah dan memuja batu batu yang berupakan patung atau
berhala.
Mereka bukan hanya terkejut saja, tetapi kerana sudah
menjadi tabiat pula bagi mereka, bahawa mereka tidak akan tunduk menurutkan
kata seseorang yang dianggapnya bukan raja dan bukan bangsawan, tidak mempunyai
kekayaan dan kekuasaan apa apa, tetapi hanya orang biasa saja.
Sebagaimana nasibnya semua Nabi dan Rasul, demikian pulalah
nasib dan pengalaman yang dialami oleh Nabi Yunus. Dia ditentang dan didebat
orang dengan berbagai bagai tentangan dan debatan. Dengan sabar dan tahan hati,
dengan lunak dan budi yang tinggi, Nabi Yunus menghadapi mereka. Bukan sebulan
dua, tetapi sampai bertahun tahun pula, namun mereka tetap mengengkari akan
ajakan Nabi Yunus.
Kerana keengkaran yang tidak boleh ditawar tawar ini, Nabi
Yunus mulai khuatir, kalau kalau mereka itu akan mengalami pula seksa dan azab
Tuhan, sebagaimana yang telah dialami oleh bangsa bangsa yang terdahulu dari
mereka. Hal ini dikemukakan Nabi Yunus kepada mereka: Saya khuatir kalau
seksaan Allah turun atas kamu sekalian, kerana keengkaran kamu yang tidak boleh
ditawar tawar ini dan tidak seorang juga yang dapat menghindarkan dirinya dan
seksaan Allah itu, selain orang yang dikehendaki Allah yaitu orang orang
beriman dan tunduk kepada ajaran Allah.
Lucu dalam pendengaran telinga mereka peringatan Nabi Yunus
yang demikian itu. Kerana semua itu mereka anggap hanya omong kosong belaka.
Mereka menjawab peringatan ini dengan kesombongan: Kami tidak akan tunduk
kepadamu, kami tidak takut akan seksa Tuhanmu itu. Datangkanlah siksa itu kalau
engkau memang benar.
Nabi Yunus tidak dapat menahan sabarnya lagi. Hatinya marah
tidak terhingga, harapannya putus samasekali. Nabi Yunus berjanji tidak akan
berhubungan dan berkata lagi di hadapan mereka.
Nabi Yunus lalu berjalan, bertolak meninggalkan kampung dan
bangsa yang engkar itu. Dia pergi merantau ke negeri lain, dengan hati yang
kesal dan putusasa.
Tidak lama dan belum jauh perjalanan Nabi Yunus dari negeri
itu, turunlah seksa Tuhan atas penduduk negeri yang sombong dan bongkak itu.
Mula mula hawa panas meningkat tinggi kerananya warna kulit mereka berobah
seketika itu juga, menjadi jelek serta banyak cacat cacatnya. Derita hawa panas
semakin meningkat tinggi lagi, sehingga mereka merasakan benar pedihnya seksaan
itu. Mulai timbul di hatinya, rasa takut dan mereka mulai percaya akan kata
kata Nabi Yunus itu memang benar. Sekarang mereka menjerit jerit mencari Yunus,
ingin taubat serta ingin menurut perintahnya. Mereka teringat akan azab dan
seksa yang pernah diturunkan terhadap kaumnya Nabi Nuh, terhadap bangsa Ad dan
Tsamud. Mereka ingin bertaubat dan menurut akan segala ajaran Nabi Yunus.
Tetapi sayang, Nabi Yunus sudah pergi dan tidak seorang pun mengetahui ke mana
perginya.
Hawa makin meningkat juga panasnya. Kaum ibu sudah tak
menghiraukan lagi anak anak bayi mereka sendiri, begitu pula keadaan kambing
dan biri biri sama sama tidak diladeni lagi, lembu dan unta pun demikian pula
keadaannya. Baik manusia mahupun binatang, masing masing memikirkan nasibnya
sendiri.
Di kala itulah mereka minta taubat dan ampun sehebat
hebatnya kepada Allah yang pernah diajarkan Nabi Yunus kepada mereka yang pada
waktu itu mereka tolak. Karena taubat dan
kehendaknya itu benar benar keluar dan hati mereka, taubat
yang ikhlas seikhlas ikhlasnya, segera Allah menghentikan seksaan yang telah
diturunkan itu.
Mereka kembali hidup dalam keadaan biasa, aman dan
tenteram. Mereka menginginkan agar Nabi Yunus segera kembali kerana mereka
merasa rindu kepada Yunus dan pelajaran Nabi dan Rasul, sebagai guru dan kalau
perlu akan mereka angkat menjadi raja mereka.
Tetapi Yunus tidak kembali. Dia berjalan terus-menerus
dengan hatinya yang kesal dan.........
Sesudah lama berjalan, akhirnya Yunus tiba di pinggir laut,
di tepi sebuah pantai. Tampaklah olehnya sekelompok manusia yang sedang bersiap
untuk belayar menyeberangi lautan luas itu dengan sebuah perahu. Yunus minta
agar diizinkan turut menumpang dan bersama sama belayar. Sebagai tamu, Nabi
Yunus mereka sambut dengan penghormatan dan kemuliaan. Permintaan Yunus mereka
kabulkan, apalagi setelah terbukti Yunus adalah seorang yang baik budi serta
halus tuturbahasanya. Penghormatan-nya terhadap Yunus semakin bertambah
sehingga Yunus benar-benar menjadi tamu yang paling terhormat di kalangan
mereka.
Perahu belayar dengan lancarnya mengarungi samudera luas
akhirnya hilanglah tepi pantai dan pandangan mata. Mereka tiba di tengah tengah
samudera luas yang tak berpinggir.
Dengan takdir Allah, di tengah tengah samudera yang luas
itu, perahu tersebut menjumpai gelombang yang sangat tinggi, gulung menggulung,
sebagai gunung gunung yang sedang
berkejar kejaran, seolah olah hendak menyerang bahtera
kecil yang sedang mereka kayuh. Hati para penumpang berdebar hebat, bahaya maut
menghadang mereka. Tidak ada jalan lain yang dapat menghindarkan diri dan
bahaya samudera itu selain dengan mengurangi muatan perahunya. Semua barang
muatan pun segera dilemparkan ke luar perahu, tetapi perahu masih dalam bahaya,
sehingga terpaksa harus mengurangi muatan lainnya, iaitu muatan yang berupakan
manusia.
Tetapi siapakah di antara mereka yang harus dilemparkan ke
laut, untuk menjaga keselamatan jiwa orang yang banyak itu? Untuk ini, tidak dapat
hanya dengan cara ditunjuk belaka. Akhirnya mereka tetapkan mengadakan undian
saja, untuk menentukan siapa yang harus berkorban demi keselamatan jiwa
lainnya. Mereka rela menjalankan korban jiwa dilemparkan ke laut, bila takdir
menentukan demikian dengan undian itu.
Setelah undian dilangsungkan, maka jatuhlah pada nama Nabi
Yunus. Tetapi kerana Yunus adalah tamu yang terhormat yang harus mereka
pelihara dan menjaganya bersama sama, maka mereka tidak sudi menjalankan
putusan undian terhadap diri Yunus di kala itu. Mereka tetapkan mengadakan
undian yang kedua kalinya. Tetapi kali yang kedua ini pun, undian itu jatuh
pada din Nabi Yunus pula. Timbul keyakinan dalam hati Yunus, bahawa jatuhnya
undian yang berulang dua kali atas dirinya itu, adalah hal yang sangat
luarbiasa dan mungkin ini mengandung rahsia yang luarbiasa pula.
Dengan demikian, Nabi Yunus tidak suka undian itu diulang
ketiga kalinya. Dia minta supaya ketetapan undian yang sudah berlangsung dua
kali itu dijalankan. Dia sendiri bersiap untuk dilemparkan ke dalam laut, sedia
untuk ditelan oleh gelombang yang datang mengganas itu. Mungkin ini sebagai
peringatan Allah atas dirinya, yang telah meninggalkan kewajibannya sendiri
menghadapi kaumnya dengan berputusasa dan hijrah sebelum ada perintah Allah
untuk berhijrah.
Sesudah mengucapkan selamat tinggal dan selamat jalan
kepada semua penumpang dan kawan kawan seperahu, Nabi Yunus lalu melompat
ketengah tengah gelombang besar itu, menyerahkan nasibnya kepada Allah s.w.t.
Ikan besar yang sedang melewati dekat tempat itu, mendapat
wahyu dan Allah untuk menelan Nabi Yunus dengan syarat, bahawa ikan itu tidak
akan memakan daging Nabi Yunus dan tidak akan merusak tulang belulangnya,
kerana dia itu adalah Nabi Allah yang mulia, seorang Nabi yang terburu mengambil
keputusan dan diserang putusasa. Hal itu dijalankan Nabi Yunus untuk menebus
kesalahan dan keputusasaannya sendiri.
Nabi Yunus ditelan oleh ikan besar itu, masuk ke dalam
perutnya dengan selamat, tidak kurang suatu apa. Kemudian ikan besar itu berenang
ke sana ke mari ditengah gelombang yang besar, kadang kadang ke permukaan
samudera dan kadang kadang pula sampai ke dasar laut yang jauh di bawah.
Gelap di bilik gelap, dengan perasaan yang tidak dapat
dibayangkan dengan pena. Tetapi dia rela, dia sabar dan tabah untuk menebus
kesalahan keslahannya dan selalu berdoa, mudah mudahan Allah mengampuninya dan
kesalahan itu dan Allah sudi menurunkan rahmat yang lebih besar atas diri dan
bangsanya.
Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, ya
Tuhanku, dan sungguh saya ini orang yang sudah aniaya terhadap diriku sendiri.
Demikianlah ucapan Nabi Yunus di dalam perut ikan yang
gelap gelita itu. Doa dan permohonan Nabi Yunus itu didengar oleh Allah, kerana
Tuhan Maha Mendengar akan doa hambaNya, di mana saja hambaNya itu berdoa
kepadaNya. Ikan diwahyukan Allah untuk memuntahkan tamu yang ada dalam perutnya
itu ke atas daratan di tepi pantai. Keadaan Nabi Yunus sekeluar dan kapal selam
yang berjiwa itu sangat luarbiasa, badannya kurus kering lemah longlai dan tidak
mempunyai daya lagi.
Dengan rahmat Allah atas din Nabi Yunus, di tempat dia
terdampar itu, lalu tumbuh sepohon yaqtin yang berbuah dan berdaun rimbun.
Buahnya lalu dimakan oleh Nabi Yunus dan di bawah naungan daunnya yang rimbun
itulah Nabi Yunus ber-lindung dad terikan panas matahari.
Berhubung dengan kejadian atas din Nabi Yunus mi, Allah
dengan tegas membukakan rahsianya dengan firmanNya Surah as-Saffat, ayat i~ dan
144:
Kalau bukanlah dia (Yunus), yang sebelumnya banyak menyebut
nama Allah (ibadat), nescaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai
hari kiamat.
Jadi nyatalah bahawa yang menyebabkan dia dapat tetap hidup
dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, tanpa udara, makanan dan minuman
itu, adalah lantaran zikir dan ibadat yang banyak dilakukannya sebelum kejadian
itu. Zikir dan ibadat itulah yang dapat menjadi udara, makanan dan minumannya.
Sungguh beruntunglah manusia yang dalam hidupnya banyak
melakukan zikir dan ibadat terhadap Allah, Tuhan Rabbul Alamin.
Lama kelamaan Nabi Yunus menjadi sihat dan kuat kembali dan
mulai merasakan keenakan hidup di tengah udara yang cukup.
Baru saja Nabi Yunus dapat duduk dan berdiri, perintah
Allah datang berupa wahyu kepadanya: Kembalilah engkau sekarang juga ke kampung
halamanmu karena bangsamu sedang menunggu pinpinanmu. Mereka sudah beriman
semuanya dengan keimanan yang suci murni. Mereka sudah membuang segala berhala
dan patung yang selama ini mereka puja dan sembah. Mereka sedang bersusah payah
mencari engkau, tetapi tidak bertemu.
Nabi Yunus kembali ke kampung halamannya, bertemu dengan
sanak saudaranya dan bangsanya. Nabi Yunus lalu sujud bersimpuh memuji dan
menyembah Allah, diikuti oleh seluruh keluarga dan bangsanya yang sudah taubat
dan sedar itu.
Dengan merekalah Nabi Yunus hidup dalam keadaan yang aman
dan tenteram, merupakan suatu masyarakat manusia makmur dan diredhai Allah.
No comments:
Post a Comment