اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ:
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Kerdipan Mataku berIstighfar Astaghfirullah (أسْتَغْفِرُاللهَ)
Hatiku berdetik disetiap saat menyebut Subhanallah (سُبْحَانَ اللَّهِ)
Denyutan Nadiku dengan Alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ)
Degupan Jantongku bertasbih LA ILAHA ILLALLAH (لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)
Bayu Nafasku berzikir Allāhu akbar (اللَّهُ أَكْبَرُ)
الْحَمْدُ لِلَّهِ syukur kepada وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ...اللهَ
HAKIKAT BATIN
Wujud Zat Allah adalah Hakikat Batin segala yang maujud
sehingga semua dan segala yang ada di Alam Maya ini sekalipun sebutir atom
tidak sunyi dari wujud ini.
Dari segi hakikatnya ( kunhi ) Wujud tersebut tidak mungkin
dikenal oleh sesiapapun . Dan Wujud itu ujud dengan penuh sempurna. Ada dua
kesempurnaan :-
Pertama : KESEMPURNAAN ZAT ( Al-Kamal Adz Zati )
Yaitu Penampajan Tuhan atas DIRINYA dengan DIRINYA dalam
DiriNya untuk DiriNya yang tidak memerlukan Alam Semesta ini
Kedua : KESEMPURNAAN NAMA ( Al-Kamal Al-Asma’i )
Yaitu Penampakan Tuhan atas DiriNya memandang ZatNya dalam
penampakan penampakan LAHIR ( Ta’ayyunat Kharijah ) yakni Alam Semesta dan
segala isinya. Kesempurnaan ini bergantung kepada Alam Semesta.
HURAIAN
Gagasan ( perkara-perkara ) diatas merupakan TITIK SENTRAL
Ajaran MERTABAT TUJUH – Ibnu Arabi dimana manusia dikatakan KENYATAAN ALLAH
YANG KEMUDIAN SEKALI.
Enam Mertabat yaitu Mertabat Kedua hingga Mertabat Ketujuh
adalah MERTABAT NYATA atau Mertabat DHUHUR.
Pada Mertabat Wahdah & Wahidiyyah Tuhan telah
menampakkan DiriNya dalam RUPA HAKIKAT MUHAMMAD & HAKIKAT INSAN.
Pada Mertabat Alam Arwah, Mertabat Alam Ajsam & Mertabat
Insan, Allah telah menampakkan DiriNya dalam rupa ALAM LAHIR.
Ajaran diatas adalah AJARAN ASAS IBNU ARABI.
Menurut Syeikh Abdus Samad Palimbani ajaran diatas (
Mertabat Tujuh ) juga merupakan Intisari Ajaran Tauhid Peringkat Tertinggi Imam
Al -Ghazali yang umumnya dirujuk sebagai Tasauf Sunni Al-Ghazali.
Saudara pembaca yang di-Rahmati Allah,
Ajaran Mertabat Tujuh boleh juga dilihat dari segi makam
makam atau tingkatan tingkatan Nafsu jika kita mahu melihatnya dari sudut
perlaksanaan dan penghayatan Syariat Islam.
Mengikut Imam Al-Ghazali kemuliaan manusia terletak pada
kemampuannya Mengenal Allah dengan HATI atau QALBUNYA.
Marilah kita mulakan dengan memahami apakah yang dimaksudkan
dengan kalimah HATI atau QALBU itu.
HATI atau QALBU itu ialah JISIM yang halus yang dibangsakan
kepada Allah , yang mengetahui akan Allah. Ianya ialah sejenis wujud immaterial
yang merupakan landasan bagi DIRI SADAR manusia yang mengenal hakikat hakikat
diluar imajinasi dan cakupan akal.
HATI atau QALBU juga disebut sebagai RUH – JIWA – NAFS –
AKAL yakni wujud spiritual.
Ruh Manusia telah memilikki wujudnya yang lebih “real” disisi
Allah dan telah Mengenal Allah sebelum ditiupkan kejasad seseorang manusia itu.
Sementara itu harus kita ingat seseorang itu memilikki
ruhnya sendiri. Ini disebut sebagai RUH PERSAORANGAN. Ianya ( Ruh Persaorangan
itu ) adalah DIFERENSIASI dari IBU RUH ( Nur Muhammad ). Ianya juga dikenali
sebagai Ruh Manusia yaitu RUH SUCI dari PERCIKAN NUR ALLAH YANG AZALI.
Asalnya dari Allah dan kembalinya juga kepada Allah. Asalnya
SUCI dan kembalinya wajarlah satelah disucikan. Proses menyucikan ruh ini
adalah aktiviti utama Ilmu Tarekat atau Ilmu Jalan Menuju Allah dengan melalui
proses penyucian tingkat demi tingkat hingga mencapai tingkat NAFSU
MUTHMAINNAH.
Tingkat Tingkat Nafsu yang bermula dari Tingkat Nafsu
Ammarah hingga Tingkat Nafsu Al-Kamilah inilah yang akan dibicarakan seterusnya
didalam entri akan datang InsyaAllah.
.............................
No comments:
Post a Comment