اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ:
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Kerdipan Mataku berIstighfar Astaghfirullah (أسْتَغْفِرُاللهَ)
Hatiku berdetik disetiap saat menyebut Subhanallah (سُبْحَانَ اللَّهِ)
Denyutan Nadiku dengan Alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ)
Degupan Jantongku bertasbih LA ILAHA ILLALLAH (لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)
Bayu Nafasku berzikir Allāhu akbar (اللَّهُ أَكْبَرُ)
الْحَمْدُ لِلَّهِ syukur kepada وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ...اللهَ
AKU
Badan
yang dzahir
Badan
kita yang dzahir ini adalah pendzahiran diri kita yang batin. Diri kita yang
batin itu gaib dari pandangan mata kasar.
Untuk
melihat yang batin itu diperlukan bayangannya yaitu diri kita yang dzahir ini.
Maka itulah dikatakan badan kasar itu hanya ‘sarung’ atau ‘tunggangan’ atau
‘sangkar’ bagi badan yang gaib itu.
Apabila
nyawa berpisah dari badan, maka tinggallah badan itu dan lama kelamaan
jadi hancur kecuali dengan kehendak
Allah, ada juga badan yang tidak hancur setelah lama nyawa meninggalkannya.
Tetapi pada umumnya badan akan hancur binasa. Itulah dikatakan dari tanah
kembali semula ke tanah.
Ada
juga orang melihat dalam dunia ini ‘bayangan’ atau ‘badan’ orang yang telah
lama meninggal dunia muncul berlakon dan beraksi sebagaimana hidupnya dalam
dunia dahulu. Itu bukanlah badan orang itu sebenarnya.
Badannya
telah hancur binasa. ‘bayangan’ atau ‘badan’ itu adalah dari unsur alam mithal.
Alam
mithal adalah alam yang halus, yang penghuninya atau kandungannya tidak hancur.
Ia bukan Roh semata-mata dan bukan pula badan semata-mata. Ia adalah antara
kedua unsur itu.
Bahwa
Diri kita terdiri dari tiga unsur yaitu unsur badan yang akan hancur kecuali
yang dikehendaki Allah untuk tidak hancur, unsur mithal yang tidak hancur
tetapi tersimpan dalam ‘alam mithal’ dan unsur ketiga ialah roh dan ini
selama-lamanya hidup, tidak hancur dan tidak kembali lagi ke dunia nyata ini.
‘Badan’
atau ‘bayangan’ orang yang telah mati yang kelihatan oleh orang dalam dunia ini
dan berlaku seperti mana ia hidup di dunia dahulu, sebenarnya adalah berunsur
mithaliyyah (mithal). Sesekali ia kelihatan oleh orang yang hidup dalam dunia
ini persis sebagaimana hidupnya dahulu, bahkan berkata-kata dengan orang yang
berada dalam dunia ini. Ini telah banyak terjadi di mana saja dalam dunia ini,
baik di Barat atau di Timur.
Setelah
kita faham alam yang tiga itu, maka tidaklah kita heran kenapa ada orang
yang melihat si anu dan si anu padahal
orang itu telah meninggal dunia. Alam mithal ini ada tetapi tidak kelihatan
kecuali mereka yang dibukakan hijab untuk melihat alam itu dan para
penghuninya.
Setiap
orang hendaklah mengenal akan dirinya yang sebenar-benarnya, yaitu yang
berunsur rohaniah, agar dia tidak mensia-siakan hidupnya di dunia fana ini.
Hidup
kita bukan di dunia ini saja. Hidup kita berkelanjutan, kekal abadi tiada
ujungnya. Nilai buruk atau baik bukan dilihat dari segi kekayaan harta, pangkat
atau jabatan yang diperoleh di dunia ini. Melainkan nilai baik dan buruk
seseorang bergantung kepada iman dan amal soleh seseorang itu.
Dengan
kenalnya kita kepada diri yang sebenar itu, maka kita tidak akan putus asa,
tidak takut, tidak bimbang dalam mengarungi bahtera hidup kita ini.
Hal
ini karena kita tahu diri kita adalah kekasih Allah.
Sebenarnya
Allah mengasih diri kita lebih dari ibu mengasihi anak kesayangannya.
Ia
Maha Kasih Sayang terhadap hamba-hambanya.
Dengan
mengenal diri kita, maka tidaklah kita takabur, sombong, congkak, dengki, iri
hati, khianat karena kita tahu siapa diri kita sebenarnya.
Jika
dinisbahkan dengan Allah swt, kita tiada apa-apa, hanya ayat-ayatNya saja.
Jika
dinisbahkan dengan makhlukNya, diri kita adalah penguasa dan pengurus.
Allah
menjadikan alam dan makhluk untuk kita, dan menjadikan kita untuk Dia.
Siri
Aku 01 sampai 03
DUA UNSUR DIRI AKU
Ada
juga orang yang berpendapat bahwa Diri manusia itu terbagi menjadi 2 unsur saja
yaitu rohaniah dan jasmaniah.
Unsur
rohaniah termasuklah nyawa atau jiwa, dan juga pikiran, mind, khayalan, akal,
dan sejenisnya yang berunsur rohaniah atau kejiwaan.
Yang
berunsur kejasmanian adalah anggota badan kasar seperti kepala, badan, kaki,
tangan, telinga, mata, dan sebagainya yang terdiri dari unsur-unsur api, angin,
tanah dan air.
Kedua
unsur kejiwaan dan lahiriyah ini saling berhubungan antara satu dengan yang lain,
saling pengaruh mempengaruhi antara satu dengan yang lain.
Kalau
seseorang itu hatinya susah, atau duka, perasaan ini langsung mempengaruhi
jasmaninya seperti tidak nafsu makan dan minum dan akibatnya badan jadi kurus
dan tidak sehat. Sebaliknya pula kalau badan sakit, pikiran pun rungsing dan
ini menyusahkan hati dan jiwa.
Demikianlah
adanya pengaruh mempengaruhi antara jasmani dan rohani.
2.
TIGA UNSUR DIRI AKU
AKU
itu diri. Diri insan terbagi menjadi 3 bagian menurut pendapat sebagian Ahli
Sufi, yaitu bagian jasmani, bagian mithali dan bagian ruhani.
Unsur
ROH itu adalah diri yang sebenarnya, itulah diri yang tidak akan ‘mati’ menurut
istilah biasa. Diri ini berpindah alam saja dari satu alam ke satu alam yang
lain. Diri inilah yang Mulia dan menjadi ‘Ayat’ atau ‘Nur Allah’
Kejadiannya
Mulia dan Agung.
Unsur
Mithali adalah unsur antara jasmani dengan rohani.
Ia
adalah diri lapisan yang kedua.
Yang
termasuk didalamnya adalah : pikiran, mind dan tubuh halus yang bukan jasmani
dan bukan pula roh yang sebenarnya.
Diri
inilah yang biasa mengembara dalam alam mimpi takkala kita tidur.
Di
lapisan yang ketiga ada diri jasmani yaitu badan kasar kita yang terdiri dari
empat unsur antara lain : unsur air, unsur angin, unsur api dan unsur tanah.
Diri
ini memerlukan unsur-unsur yang empat itu untuk dapat hidup. Kehidupannya hanya
akan wujud setelah empat unsur itu tersedia.
Itulah
tiga bahagian diri manusia. walau bagaimanapun, unsur Roh itulah yang paling
penting. Roh itu hidup. walau ‘hidup’ lapisan yang dua lagi tidak berfungsi.
Dengan
adannya ROH barulah diri kita dapat berfikir, berkomunikasi, makan, minum,
bermain, bergerak dan sebagainya.
Tanpa
Roh segalanya akan kaku, mati, dan tiada berguna lagi.
3. AKU INSAN SAGHIR
Menurut
Falsafah Kesufian, AKU itu adalah Insan Saghir yakni Manusia Kecil.
Alam
semesta raya yang gaib dan yang nyata, adalah Insan Kabir atau manusia besar.
Insan Saghir itu adalah Alam Saghir yaitu Alam keil dan Insan Kabir itu adalah
Alam besar.
Dikatakan
demikian karena hakekat-hakekat dalam Insan Kabir atau manusia besar itu ada
dalam Insan Saghir.
Apa
yang ada pada Insan Kabir itu ada terbayang dalam Insan Saghir atau Alam Kecil
yaitu Manusia.
Alam
Kabir itu pula mengandung alam ruh, alam mithal dan alam jasmaniah atau alam
fizikal. Alam-alam ini juga ada pada Insan Saghir atau manusia.
Manusia
terdiri dari unsur-unsur roh, mithal, tubuh, sebagaimana Alam Besar ini terdiri
juga dari unsur-unsur roh, mithal dan fisikal.
ROH
itu nyawa yang ‘hidup’. Fizikal itu jisim atau tubuh. Mithal itu antara Roh dan
Tubuh yang disebut ‘jiwa’ atau mental atau khayal atau mind.
Yang
ada di Alam Kabir (Semesta alam) ada dalam Alam Saghir (Diri manusia).
Hakekat
Insan Kabir (Alam Besar) ada dalam Insan Saghir yaitu Manusia. Unsur-unsur alam
kabir itu ada juga pada Alam kecil atau manusia itu.
Oleh
karena itulah dikatakan AKU ini bayangan atau gambaran dari Alam Kabir.
AKU
juga adalah bayangan atau gambaran Insan Kabir.
SEMESTA PADA DIRI SEMESTA PADA DIRI
BumiGunungTambang
Sungai
Tanah
Pohon
Timur
Barat
Selatan
Utara
JasadSusu/anggotaOtak
Keringat
Daging
Rambut
Muka
Belakang
Kanan
Kiri
AnginKilatGuruh
Hujan
Mega/Awan
Mati
Hidup
Panas
Dingin
…….
NafasPerkataanTertawa
Tangis
Marah/Sedih
Tidur
Bangun
Muda
Tua
………
Siri
Aku 04 sampai 9
4.
ILMU AKU MELIPUTI
AKU
yang hakiki ini mempunyai ilmu.
Ilmunya
adalah limpahan dari ilmu Allah.
Seluruh
alam ini ada dalam ilmu AKU.
Dalam
ilmu AKU ada surga, neraka, dunia, akhirat, malaikat, iblis bahkan seluruh
ciptaan Allah. Semua ini ada dalam ilmu AKU karena AKU tahu semua itu.
AKU
telah diberitahu melalui ayat-ayat Allah, yang tersurat dan tersirat, bahwa
semua perkara tersebut ada, dan AKU ‘merasai’ adanya.
Oleh
karena itulah AKU ini mempunyai ilmu yang meliputi segala-galanya.
Semua
itu adalah limpahan karunia Allah jua..
5. AKU
TETAP MENGAGUNGKAN ALLAH
AKU
sebenarnya hanya mengagungkan dan memuja Allah saja.
AKU
tidak mengagungkan apa-apa pun jua selain Allah.
Pada
pandangan AKU tidak ada yang kuat dan gagah melainkan Allah.
Tidak
ada yang bijaksana melainkan Allah.
Tidak
ada yang kaya melainkan Allah.
Semua
kekayaan, kegagahan, kebijaksanaan, keindahan adalah ‘ghairullah’ melainkan
limpahan karunia Allah semata-mata.
Oleh
karena itu, AKU tetap dengan puja dan puji hanya kepada Allah saja.
6. AKU
MENGISBATKAN ALLAH
AKU
tetap mengisbatkan Allah dalam segala hal dan tindak tanduk-ku.
Maksudnya
AKU tetap melihat Allah di balik segala yang maujud atau perkara yang ada.
Apapun
yang “nampak” perbuatan dan kelakuan dan
arah mana memandang disana “nampak” Allah.
Oleh
karena cara memandang yang demikian, maka AKU akan berkata,
”
Tiada maujud melainkan Allah”.
Ini
adalah kata-kata dari orang yang sudah “tenggelam” dalam lautan Ketuhanan yang
berada dalam pandangan keruhanian semata-mata.
Inilah
orang-orang sufi yang telah mencapai maqam Fana Fillah (lenyap dalam Allah) dan
seterusnya Baqa Billah (kekal dengan Allah).
7.
HUBUNGAN AKU DENGAN ALLAH
Hubungan
AKU dengan Allah ibarat hubungan matahari dengan cahayanya, ibarat ombak dengan
laut, ibarat gula dengan manisnya.
Semua
ini menunjukkan betapa rapat perasaan AKU itu dengan Khaliknya.
Kalau
mau di ibaratkan lagi ialah seperti pelukis dengan lukisan, pengukir dengan
ukiran, pengarang dengan karangan, pencipta dengan ciptaannya.
Ini
adalah ibarat untuk menunjukkan bahwa AKU dengan alam semesta raya ini adalah
tanda-tanda atau manifestasi Wujud Yang Maha Esa itu.
8. AKU
SUCI HAKEKATNYA
AKU
ini memang suci hakekatnya, karena AKU limpahan Nur Allah Yang Maha Suci.
Yang
mengotori AKU ini ialah syirik yaitu menyekutukan dengan apa dan siapa jua
Untuk
membersihkan kotoran ‘syirik’ itu dari hati ialah dengan Tauhid.
Tauhid
ibarat air yang menyucikan najis syirik dari hati.
Jiwa
yang bersih ialah jiwa yang tauhid.
Dengan
Tauhid ini menjadikan jiwa seseorang itu berani, tawadhu’, sabar, kuat dan
gagah karena jiwa Tauhid ini betul-betul mengesakan Allah dan menyerah
bulat-bulat kepada Allah Yang Maha Agung.
Dengan
berzikir hati akan jadi tenang dan damai, dan akan menimbulkan semangat tauhid
dalam diri penzikir itu.
9. AKU
TUNDUK KEPADA ALLAH
AKU
yang sebenarnya hanya tunduk kepada Allah saja.
AKU
tidak dikuasai oleh siapapun jua.
Alam
ini tunduk kepada AKU.
Semua
makhluk tunduk kepada AKU dengan perintah Allah Yang Maha Perintah.
AKU
adalah Khalifah Allah atau wakil Allah yang mengurus makhluk dengan isinya.
Segala
yang ada di langit dan di bumi semua untuk AKU.
Kalau
dunia ini ladang, AKU pengurusnya dan Allah yang empunya ladang itu.
Namun
Allah tidak perlu apa-apa.
Hanya
AKU yang memerlukan Dia.
Hanya
AKU yang memerlukan dunia.
Makhluk
yang ada di dunia adalah untuk AKU .
Semuanya
adalah karunia dari Tuhan AKU
Allah
jadikan semua makhluk untuk AKU.
Demikian
mulianya AKU.
Siri
Aku 10 sampai 20
10.
AKU BERILMU
AKU
itu berilmu.
Ilmunya
adalah limpahan ilmu Allah.
Ilmu
itu meliputi yang diketahui.
Apa
yang diketahui itu adalah kandungan ilmu.
Oleh
karena AKU adalah ilmunya, dan yang diketahuinya adalah sebenarnya ‘bersatu’,
‘bersama’, dan tiada bercerai.
AKU
itu tahu. Apa yang AKU tahu itulah kandungan ilmu AKU.
Bermacam-macam
yang diketahui oleh AKU.
Semua
itu kandungan ilmu AKU.
Semua
itu tiada terpisahkan dari AKU.
11.
AKU TIDAK MEMILIK SIFAT TERCELA
AKU
tidak megah dan tidak bangga.
Orang
yang telah kenal AKUnya tidak memiliki sifat-sifat yang tercela seperti
takabbur, congkak, sombong, kikir, dengki, khianat, mengumpat, takut kepada
ghairullah dan sebagainya.
Sifat-sifat
tercela itu tidak perlu baginya.
Segala
sifat tercela itu dengan sendirinya hilang dan diganti dengan sifat-sifat
terpuji.
Apa
yang hendak dimegah-megahkan, dikhawatirkan, ditakutkan?, karena AKU ini
sebenarnya tiada apa-apa.
AKU
itu kosong belaka.
Yang
ada hanya Allah pada hakekatnya.
Allah
memiliki segala-galanya.
Dia
yang patut dipuji dan dipuja.
12.
AKU TETAP KAYA JIWA
Walaupun
dari segi kehidupan dunia ini seseorang itu miskin harta, tetapi kalau jiwanya
kenal diri dengan Tuhannya, ia tetap kaya.
Kaya
pada perasaannya.
Walaupun
susah kehidupan dunianya,
AKUnya
tetap merasa senang.
Walaupun
badannya lemah,
AKUnya
tetap merasa kuat.
Walaupun
kesunyian tanpa rekan, namun tetap merasa ramai.
AKU
yang telah ‘menyerap’ dalam Yang Maha AKU,
atau
jiwa yang ‘menyerap’ dalam Jiwa Semesta
atau
perasaan yang ‘menyerap’ dalam Perasaan Sejagat Raya,
atau
diri yang ‘menyerap’ dalam Diri Semesta Raya,
Maka
tidak akan merasa lemah, tidak akan merasa susah, tidak akan merasa jatuh,
tidak akan merasa duka, dan tidak akan merasa sunyi.
13.
TUJUAN AKU
Tujuan
AKU ialah ALLAH.
Yang
diharapnya ialah keredhaan Allah.
Yang
diminta ialah keampunan Allah.
Pada
pandangan AKU kehidupan akhirat itulah yang utama.
Kembali
ke hadirat Allah itulah yang diidamkannya.
AKU
tidak takut berpisah nyawa dari badan karena ‘mati’ sebenarnya berpindah alam,
dari alam dunia ke alam barzakh.
AKU
tetap AKU juga.
Walaupun
badan hancur tetapi AKU tidak hancur.
AKU
akan kembali sadar ketika hijab-hijab pada jasad telah hilang.
14.
AKU TIDAK MERASA HINA
AKU
tidak merasa hina karena miskin papa atau buruk rupa atau cacat tubuh atau
tidak berpangkat atau tidak banyak kawan atau tiada harta benda sedikitpun jua
Semua
itu berkaitan dengan keduniaan dan kebendaan, tidak ada sangkut paut dengan AKU
yang bersifat kerohanian.
AKU
hina jika kufur dengan Allah.
AKU
hina jika jauh dengan Allah,
AKU
hina jika tidak beriman dan tidak bertakwa,
itulah
kehinaan pada AKU yang sebenar-benarnya.
15.
AKU APA ADANYA
AKU
tidak megah dengan harta benda, uang, pangkat jabatan, kekuasaan, sanak saudara
yang banyak dan segala ghairullah (selain Allah).
AKU
tidak iri hati dengan orang kaya. tidak dengki dengan orang-orang berpangkat
tinggi.
Pada
pandangan AKU segala harta benda, uang, pangkat jabatan, istri, anak pinak, saudara
dan sebagainya itu adalah milik Allah yang dianugerahkanNya kepada siapa saja
yang dikehendakiNya.
Dia
yang menentukan siapa yang patut diberi harta banyak dan siapa yang patut
diberiNya harta yang sedikit.
Semua
itu Allah yang menentukan.
KetentuanNya
tidak dapat disanggah dan dipermasaalahkan.
Kenapa
AKU mesti gusar dan iri hati dengan ketentuanNya.
Dia
yang AKU puji dan puja tentulah AKU redha dengan ketentuanNya.
16.
ASAL AKU
AKU
itu diri.
Diri
manusia itu banyak tetapi berasal dari Diri Yang Satu.
Diri
itu ROH.
ROH
itu banyak tetapi berasal dari Satu ROH yaitu AL ROH.
Al Roh
itu diberi gelar oleh orang-orang Sufi sebagai Hakekatul Muhammadiyah atau juga
digelar Insan Kamil atau Insan Kabir.
AL ROH
itu juga digelar Al Roh Ul Kulliyah (Roh semesta).
Dari
ROH Semesta inilah didzahirkan ROH-ROH yang banyak itu.
Allah
dzahirkan Al Roh dan dari Al Roh didzahirkan sekalian ROH.
ROH
seseorang itu pancaran dari Al Roh dan Al Roh berasal dari Allah jua
17.
AKU TIDAK HERAN
AKU
tidak kagum dengan kemajuan manusia.
Tidak
kagum dengan kemajuan sains dan teknologi, kemajuan perniagaan dan
perindustrian.
Bahkan
AKU tidak heran dengan segala urusan keduniaan.
Yang
diherankan oleh AKU ialah Allah Yang Maha Bijaksana yang melimpahkan segala
ilham kemajuan itu.
Sebenarnya
Dialah yang maju dan Dialah yang bijaksana.
Dia
yang memiliki segala ilham.
Sumber
ilham kemajuan itu dari Yang Memiliki Ilham itu sendiri yaitu Allah jua.
18.
TEMPAT ASAL AKU
AKU
sebenarnya berasal dari tempat yang tinggi dan mulia yaitu di hadirat Allah
Ta’ala
Kemudian
datang sebentar ke alam bumi dan di-jasad-kan dengan badan jasmani untuk waktu
yang ditentukan seperti merantau sebentar di alam bumi ini.
Apabila
sudah cukup waktunya berada di perantauan,
AKU
pun kembali pulang menuju ke tempat asal.
Ibarat
perantau kembali ke kampung halaman. Tidaklah terkira hati berasa nyaman.
Tetapi
jika diperdalam, direnung dan dikaji,
AKU
tetap berada di tempat sendiri.
Bukan
dari mana dan ke mana pergi.
Kapan
dan di manapun juga AKU tetap di tempat sendiri jua.
AKU
datang dari Ilahi, tidak bercerai walaupun seinci dan sesaat.
AKU
tetap bersama setiap masa dengan Allah swt.
Dulu
AKU bersama denganNya, sekarang pun bersama denganNya, akan datang pun bersama
denganNya. Senantiasa AKU terus bersama-sama denganNya.
AKU
ini tetap AKU jua, bersama Allah senantiasa.
Hanya
alam-alam yang ditempuh saja berbeda , dari satu alam ke satu alam yang lain..
AKU
senantiasa kekal dengan Allah, walaupun di alam mana pun AKU berada.
19.
PENYERAHAN BULAT AKU PADA ALLAH
AKU
senantiasa menyerahkan diri kepada Allah swt.
Penyerahan
total, bulat sepenuhnya.
AKU
menyerahkan diri kepada Allah ibarat bayi menyerahkan dirinya kepada ibunya,
ibarat mayat menyerahkan dirinya kepada pemandi mayat, ibarat ombak
mem-fana-kan atau melenyapkan dirinya kedalam lautan.
Bahkan
lebih dari itu lagi. Tidak dapat digambarkan lagi.
20.
AKU JUGA ADA KALA SANGSI
Adakalanya
AKU itu sangsi dan ragu atau perasaan tidak menentu terhadap kasih sayang Yang
Maha Penyayang.
Mungkin
setan berbisik kedalam kalbu supaya ragu-ragu dan tidak percaya dengan kasih
sayang Yang Maha Pengasih.
Oleh
karena itu, AKU senantiasa memohon perlindungan Allah dari bisikan setan.
Setiap
saat AKU berjuang melawan bisikan setan itu dan mengharapkan bantuan dari Yang
Maha Gagah Allah swt.
Siri
Aku 21 sampai 30
21.
KESADARAN AKU
Dalam
kesadaran AKU, semua makhluk ini dan diri AKU juga adalah semata-mata ayatollah
(tanda-tanda Allah).
Tanda-tanda
adanya Allah, tanda-tanda kesempurnaanNya, keagunganNya dan keindahanNya.
Apabila
dilihat tanda, tergambarlah yang ditanda.
Apabila
dilihat gambar, terbayanglah yang digambar.
Apabila
dilihat daun yang bergoyang, nampaklah angin yang bertiup.
Apabila
nampak bayang, nampaklah yang empunya bayang.
AKU
dan alam semesta raya ini adalah ayat-ayat Allah belaka.
22.
PENGEMBARAAN AKU
Orang
yang memasuki jalan kesufian adalah sebenarnya memasuki pengembaraan yaitu
pengembaraan AKUnya menuju Allah swt.
Pengembaraan
ini bukan dari tempat ke tempat atau dari masa ke masa, tetapi pengembaraan ini
adalah pengembaraan dalam kesadaran AKU, beredar dalam pengalaman kerohanian
atau kejiwaan.
Hanya
jiwa yang merasainya, tidak kelihatan oleh mata kasar.
Tetapi
setelah sampai ke tempat dituju yaitu kesadaran bahwa AKU ini fana dalam Allah
dan Baqa (kekal) denganNya, barulah AKU itu sadar bahwa pengembaraan itu hanya
dari tidak sadar kepada sadar.
Sadar
betapa AKU memang berada di destinasi sejak awal hingga akhir.
Apakah
destinasi itu?
Itulah
kesadaran dan pengenalan tentang Allah atau dalam istilah kesufian disebut
MAKRIFAT.
Pada
hakekatnya AKU itu memang berada ‘dalam’ Allah dan ‘kekal’ dengan Allah sejak
awal dari dulu, sekarang, dan akan datang.
AKU
memang bersama dan ‘menyatu’ dengan Tuhanku.
AKU
itu memang diliputi oleh lautan Wujud Ketuhanan.
23.
AKU PALING MULIA PADA KENYATAANNYA
Badan
kita ini amat kerdil, ibarat sebutir pasir di padang gurun, setitik air di
lautan luas, sebiji bintang di cakrawala, ibarat “melukut di tepi gantang,
masuk tidak bertambah dan keluar tidak mengurang”
Betapa
kecil dan kerdilnya badan kita. Itulah wajah dzahir AKU.
Tetapi
kalau kita merenung ke wajah batin kita, Dia paling Mulia, paling Agung
martabatnya, mengatasi segala makhluk dan malaikat.
AKU
itu suci dan bersih, sangat dekat dengan Illahi.
Dialah
cahaya Allah, Dialah ayat-ayat Allah, Dialah ROH Allah, Dialah bayangan dan
pendzahiran Allah.
AKU
yang hakiki itu sangat Mulia, tiada tertandingi oleh sekalian makhluk.
Dia
bertasbih setiap saat, memandang Allah dengan kasihnya, rindu dendam tiada
terkira. Itulah AKU yang sebenarnya.
24.
AKU TIDAK MEMILIKI APA-APA
Dari
pandangan ROH atau AKU yang hakiki, AKU tidak memiliki apa-apa tetapi AKU
dimiliki oleh Yang Maha Kaya yaitu Allah swt.
AKU
dijasadkan untuk menjalani hidup di dunia fana ini.
AKU
juga diberi nafsu.
Kalau
AKU tunduk kepada jasad dan nafsu, maka binasalah AKU ini, tetapi jika AKU yang
menakluki jasad dan nafsu, maka selamatlah AKU ini.
AKU
membawa kita menuju Allah dan menyadari hakekat dirinya dan Tuhannya.
Nafsu
serakah membawa kita jauh dari Allah dan lupa akan hakekat diri kita.
Lantaran
itu hanyutlah ia dalam lautan kelupaan dan kesesatan dan akhirnya ia akan
menyesal setelah ia meninggalkan badannya.
Setelah
ROH berpisah dari badan, maka sadarlah AKU itu kembali akan keadaan diri yang
sebenarnya.
25.
AKU SENANTIASA CINTA DIA
AKU
senantiasa cinta kepada DIA (Allah).
Tidak
mau berpisah dan berjauhan dengan DIA.
AKU
senantiasa ingat akan DIA.
Terasa
azab jika tidak mengingatiNya. Puja dan puji hanya untuk DIA semata. Perasaan
cinta ini tidak akan ada pada AKU jika tidak dengan anugerahNya juga.
Alangkah
kerdilnya AKU berada dalam majlis DIA.
26.
AKU MEMANG ADA KESADARAN
AKU
memang ada kesadaran, limpahan Yang Maha Sadar Allah swt.
Kesadaran
AKU meliputi alam nyata dan alam gaib, alam dunia dan alam akhirat.
AKU
sadar semua itu.
Semua
perkara itu adalah ilmuku.
Allah
ada dalam kesadaran AKU.
Begitu
juga makhluk ada dalam kesadaran AKU.
Segala
yang ada dalam kesadaran AKU itulah ilmu AKU.
Surga,
neraka, malaikat dan iblis ada dalam kesadaran AKU.
Semua
yang ada dalam ilmu atau kesadaran AKU itu adalah pen-dzahiran Allah dalam
kesadaran dan ilmu AKU.
27.
WUJUD AKU
AKU
wujud dalam lautan Yang Maha Wujud. AKU senantiasa berada dalam lautan itu.
Dalam lautan itulah AKU bermastautin. Itulah lautan wujud.
28 AKU
SEBENARNYA DHAIF
AKU
bodoh.
Dialah
yang membuat AKU pandai.
AKU
lemah Dialah yang menguatkan AKU.
AKU
tidak tahu, Dialah yang memberiku tahu.
AKU
papa kelana, Dialah yang memperkayakan AKU.
AKU
bertanya, memohon, berharap kepadaNya saja. Seolah-olah AKU dan DIA berpadu dan
bersatu di mana dan kapan saja.
Dan
DIA ada dalam kesadaran AKU.
Renunglah
ke dalam AKU.
Dia
berada dalam kesadaran AKU.
Maha
Halus dan Maha lembut.
AKU
mendengar bisikanNya.
Dalam
waktu sunyi sepi, paling baik mendengar bisikan hati nurani.
Tanpa
huruf, tanpa suara, tetapi AKU faham segala-galanya.
AKU
kenal Dia dalam kesadaran batinku karena AKU berhubungan dengan Dia tanpa
menyekutukanNya. Inilah satu hasil Zikrullah.
29.
AKU BESERTA ALLAH
AKU
memang berserta dengan Allah, sejak dari dahulu hingga akan datang atau sejak
awal hingga akhir.
Tidak
pernah bercerai dan berpisah dengan Yang Maha Aku yaitu Allah.
Sejak
dari dalam ilmu Allah hingga sampai ke alam akhirat yang tidak ada ujungnya,
AKU tetap bersama Allah.
AKU
tidak keluar dan tidak masuk dalam lengkungan Allah. AKU itu memang berada dalam
lengkungan Allah saja.
Kalau
Allah itu diibaratkan sebagai lautan, maka AKU itu ikannya. Ikan itu senantiasa
dalam lautan dan tidak akan hidup tanpa air lautan itu.
‘Masuk’
dan ‘Keluar’, ‘berpisah’ dan ‘bersatu’, tidak termasuk dalam kamus AKU.
AKU bukan
seperti badan kasar yang takluk kepada ruang dan waktu.
AKU
menyerahkan diri dan nasib kepada Yang Maha AKU.
Cukuplah
Dia mengawal dan memelihara AKU.
AKU
tidak perlu pada yang lain lagi.
Tidak
perlu pertolongan dari ghairullah (selain Allah), bahkan tidak ada ghairullah
pada pandangan AKU
Cukup
Allah saja bagi AKU.
30.
AKU ITU HIDUP
Dalam
alam dunia ini kita katakan si anu itu orang kota dan si anu itu orang desa,
ataupun si anu itu pejabat atau si anu itu berada di rumah mewah.
Semua
itu menunjukkan tempat dalam alam nyata ini.
Tetapi
bagi ROH itu semua tidak ada.
Ia
bebas dari tempat atau arah atau masa atau waktu.
ROH
itu hidup. Ia tidak takluk kepada alam nyata atau alam kebendaan.
ROH
itu hidup dengan limpahan Yang Maha Hidup.
Demikianlah
AKU.
Siri
Aku 31 sampai 40
31.
AKU TAJALLI ALLAH
AKU
yang hakiki itu adalah Nurullah.
Sesuatu
yang menampakkan sesuatu yang lain adalah cahaya.
Tanpa
cahaya gelap gulita segala-galanya
.
AKU
juga ayatollah (tanda-tanda Allah) karena ROH itu tanda daripada adanya Allah.
AKU
juga digelar Rohullah karena ROH itu adalah hembusan dari Roh Allah.
Itulah
AKU yang hakiki.
AKU
dan alam semesta adalah pendzahiran atau Tajalli Allah.
AKU
ini adalah alam kecil karena semua perkara yang ada dalam alam besar ini ada
gambarannya atau pendzahirannya dalam alam kecil.
Alam
semesta ini juga digelar Insan Kabir (manusia besar) karena semua yang ada
dalam alam kecil ini pada kenyataannya ada dalam alam besar.
Insan
Saghir (manusia kecil) ini adalah diri (ROH) manusia itu dan Insan Kabir itu
adalah alam semesta raya yang gaib dan yang nyata.
Alam
kecil adalah Insan Saghir yaitu Manusia dan Alam Besar adalah Insan Kabir yaitu
Alam Semesta Raya.
32.
AKU HANYA WAYANG
AKU
ini pada hakekatnya adalah wayang yang dimainkan oleh dalang yaitu Allah.
AKU
ini ibarat keris yang dihunus oleh pendekar.
AKU
tidak berdaya upaya, gerak dan diam AKU adalah digerakkan dan didiamkan oleh
Allah.
Adanya
AKU adalah limpahan dari adanya Allah.
Allah
itu hakiki. AKU ini majazi atau relatif saja. Kalau dipahami dan diselidiki
secara mendalam, akan terasa bahwa yang gaib dan yang dzahir dan yang awal dan
yang akhir adalah Allah jua
Singkatnya
pada pandangan orang yang sangat dekat dengan Allah, alam dan dirinya lenyap
sama sekali dan tinggallah Allah semata-mata. Ini dipandang oleh ROH yang
bersih dan suci dan mentauhidkan diri kepada Allah semata-mata.
33.
AKU BERASAL DARI TEMPAT MULIA
AKU
yang hakiki itu tidak tertakluk kepada warna kulit dan bangsa.
AKU
itu bukan putih, hitam manis, kuning langsat dan sebagainya. Sebagaimana adanya
warna kulit pada badan. AKU tidak ada warna dan tidak berbangsa-bangsa seperti
bangsa Cina, India, Indonesia, Arab dan sebagainya.
Badan
kita berasal dari unsur-unsur tanah, air, api, dan udara tetapi ROH kita bukan
dari unsur-unsur dunia nyata ini.
AKU
gaib dari pandangan mata kasar namun AKU tetap wujud.
AKU
berasal dari tempat yang paling mulia. AKU berasal dari Yang Maha AKU
AKU
berasal dari ilmu Allah masuk ke alam jasad ini dan kemudian kembali kepadaNya.
Jadilah ROH itu sebagai Nur Allah saja. Ia pun kembali ke tempat asalnya yaitu
ke hadirat Allah swt.
34.
AKU PERLU DIBERSIHKAN
AKU
tidak terkotorkan oleh kencing dan tahi.
Tidak
ada najis secara fisik yang dapat mengotori-ku
Ibarat
cahaya matahari, cahaya itu menyinari najis dan benda-benda kotor, namun cahaya
itu tidak akan kotor. Ia menyinari tempat bersih dan tempat busuk, tetapi
cahaya tidak akan wangi dan busuk, kotor atau bersih.
Najis
pada AKU itu ialah Syirik, menyekutukan Allah, menduakan Allah dengan yang
lain. Itulah najis bagi AKU.
AKU
yang bertauhid adalah ROH yang suci. ROH itu pada hakekatnya senantiasa percaya
dengan adanya Allah dan mengesakanNya.
Hanya
setelah sampai ke alam dunia barulah ROH itu tercemar oleh pengaruh keduniaan,
pengaruh iblis dan setan, pengaruh kebendaan, pengaruh nafsu serakah, syahwat
dan sebagainya.
Kita
perlu membersihkan jiwa atau AKU kita kembali sebagaimana aslinya dengan
zikrullah (mengingat Allah) dengan lisan, hati dan perbuatan.
Zikrullah
itu ibarat air mutlak yang membasuh dan menyucikan najis syirik dari AKU itu.
Bersihkanlah AKU itu hingga ‘fana’ (terasa diri kosong, tiada apa-apa) dan
kemudian naik mencapai setingkat lagi ke peringkat ‘baqa’ (terasa diri sentiasa
bersama Allah). Terasa Allah ada dimana saja kita berada.
AKU
yang bersih atau diri yang suci adalah diri yang meng-Esa-kan Allah hingga
tidak terasa adanya diri. Yang ada hanya DIRI YANG BERDIRI SENDIRINYA yaitu
ALLAH SWT.
35.
AKU TIDAK TERTAKLUKAN
AKU
ini adalah ROH. Itulah yang dinamakan diri.
ROH
ini tidak tertaklukan oleh ruang dan waktu. ROH tidak tua dan tidak muda. Tua dan muda itu hanya bagi jasmani dan
keadaan dunia ini saja. Semua ROH adalah sebaya saja. Nabi Adam as sebaya
dengan Nabi Muhammad saw. Kita sebaya dengan moyang kita. Anak kita sebaya
dengan kita, Begitulah seterusnyanya. Tiada tua dan muda bagi ROH. ROH tercipta
serentak dan sekaligus saja.
Kemudian
ROH itu dilahirkan ke dunia melalui rahim ibu dengan badan kita sebagai sangkar
atau sarungnya. ROH dilahirkan ke dunia menurut masa yang telah ditentukan.
Siapa yang ditakdirkan lahir dahulu dialah yang tua dan siapa yang lahir
kemudian dialah yang muda.
Dari
segi Jasmaniah atau kebadanan ada tua dan ada yang muda, tetapi dari segi ROH
sebaya saja.
AKU
juga tidak takluk kepada tempat. AKU bukan Barat dan bukan juga Timur. Bukan
juga dari Utara dan bukan juga dari Selatan. AKU tidak tertakluk kepada arah
dan tempat.
AKU
juga bukan takluk kepada bangsa. AKU atau ROH bukan berbangsa itu dan bukan
berbangsa ini. Bangsa-bangsa itu hanya wujud dalam dunia nyata ini. Di alam AKU
tidak ada bangsa-bangsa.
AKU
adalah ma’lum dalam ilmu Allah, wujud dalam wujud-NYA. AKU adalah pendzahiran
sifatNya. Demikian AKU tenggelam dalam Yang Maha Aku.
36.
AKU TETAP KEMBALI
AKU
miskin papa, lemah, tidak berdaya dan tidak punya apa-apa. Yang Kaya Raya, Yang
Gagah Perkasa, Yang Kuat dan Berdaya dan memiliki segala-galanya adalah Yang
Maha Kaya dan Maha Kuat itu juga. yaitu Allah swt.
Hidup
AKU kembali ke hidupNya. Gerak AKU kembali kepada gerakNya. Diam AKU kembali
kepada diamNya. Sifat AKU kembali ke sifatNya. Nama AKU kembali ke namaNya.
Amalan AKU kembali ke amalanNya. Wujud AKU kembali ke wujudNya.
Memang
benar, AKU itu akan kembali kepadaNya, laksana cahaya kembali ke matahari,
seperti ombak kembali ke laut. Tempat kembali itulah tempat AKU sebenarnya.
37.
AKU HANYA
AKU
itu sebenarnya bebas merdeka. AKU hanya bergantung kepada Yang Maha AKU.
AKU
tidak memiliki apa-apa. AKU hanya menerima limpahan wujud dari Yang Maha Wujud.
AKU
tidak patut dipuji kerana AKU “kosong”.
Yang
Maha Wujud Hakiki hanya Allah.
AKU
tidak memuji Ghairullah (selain Allah) karena Ghairullah itu pun kosong juga.
Yang patut dipuja dan dipuji hanya yang Wujud Hakiki itu saja.
AKU
hanya ‘satu pancaran’ dari sinar Matahari Ketuhanan. AKU hanya ‘satu ombak’
dari lautan Ar-Rahman. AKU hanya ‘satu ayat’ dalam karangan Al-Haq (yang benar)
yaitu Allah. AKU hanya ‘satu butir’ pasir dalam padang pasir Wujud Yang Maha
Meliputi dan Maha Luas. AKU hanya ‘satu bayangan’ dari bayangan Dia Yang Maha
Ada. Itulah AKU yang tidak terpisah dengan Tuhanku.
38. PERJALANAN AKU
AKU
datang dari Allah. AKU adalah ma’lum (yang diketahui) dalam ilmu (pengetahuan)
Allah.
Kemudian
AKU berada di alam ROH.
Bila
sampai masanya hendak lahir ke dunia AKU dihembuskan ke bakal bayi dalam rahim
ibu. Cukup masanya dalam rahim ibu itu, AKU pun lahir ke dunia bersama badan
fisikal yang berbentuk bayi.
AKU
akan berada di dalam alam dunia sampai ajal datang menjemput. Kemudian AKU
masuk ke alam Barzakh. Setelah berada sekian lama, maka akan dipertimbangkan di
Hari Pengadilan. AKU akan masuk surga atau neraka ?
Kemanapun
AKU masuk, hendaknya AKU kembalilah ke hadirat Allah swt.
Dari
Allah AKU datang kepada Allah AKU kembali. Di sana kekallah hidup bersama
dengan Yang Maha Hidup selama-lamanya. Itulah perjalanan AKU. Mengembara dari
satu alam ke satu alam.yang lain.
39.
PENCAPAIAN AKU
Setelah
mencapai tahap pandangan ROH yang tinggi, maka kemana saja ROH itu menghadap di
sana terdzahir wajah Allah seolah-olah Ia berada dimana-mana jua.
.
Maha
dekat Allah tidak terkira
Bersatu
bersama sehati sejiwa
Maha
jauh namun dekat jua
Gerakku
gerak Dia
Diamku
diam Dia
Tindak-tandukku
tindak-tanduk Dia
.
Hidupku
pancaran hidupNya
Diriku
bayangan diriNya
Sifatku
gambaran sifatNya
.
Kalau
Dia matahari akulah cahayaNya
Kalau
Dia lautan akulah ombakNya
Kalau
Dia asin akulah garamNya
Kalau
dia manis akulah gulaNya
Aku
seorang berdua denganNya
Tapi
aku berpadu denganNya
Maha
dekat disamping maha jauhNya
Oh!
Alangkah hebat wujudNya
Wujudku
tenggelam dalam wujudNya
Fana
dan Baqa dalam adaNya.
Demikian
pandangan orang-orang Kesufian yang telah mencapai peringkat serasa seolah-olah
berserta dengan Wujud Yang Maha Esa itu. Mereka mencapai tahap demikian karena
mereka menumpukan seluruh pandangannya terhadap Yang Maha Wujud itu dan penuh
cinta denganNya.
Orang
yang tidak pernah menjalani latihan rohaniah dan tidak tahu hal-hal kerohanian
yang mendalam dan tidak pernah menempuh jalan kerohanian, mereka jangan
coba-coba mentafsirkan sendiri pendapat mereka itu takut nanti tersesat pula.
40.
AKU BUKAN ALLAH
Sungguhpun
AKU itu berpandangan seperti yang tersebut dalam Penjelasan-penjelasan ‘Siri
Aku sebelumnya’, namun AKU tidak akan menjadi DIA.
AKU
tetap AKU, DIA tetap DIA.
AKU
dan DIA “bersatu” dan “berpadu” menjadi
SATU tidak terpisahkan.
Ibarat
bersatunya ombak dengan lautan, bersaatunya gula dengan manisnya.
Perdalam
pandangan ini dengan Zikrullah dan bimbingan guru Mursyid yang berpengalaman
dalam bidang Kerohanian dan Ketuhanan.
Siri
Aku 41 sampai 48
AKU
BERSIFAT ROHANIAH
AKU
yang bersifat rohaniah semata-mata itu terasa cukup bagi-ku Allah saja. Allah
itulah segala-galanya bagi AKU. Kepada Allah itulah AKU mengadu dan berharap.
Pandangannya
tertumpu pada Allah. Tenggelamlah AKU itu dalam lautan Ketuhanan Allah Yang
Maha Luas dan Dalam.
Dalam
keadaan perasaan menyerap dalam Lautan Ketuhanan Yang Maha Luas dan Dalam itu,
AKU tidak merasa takut, tidak merasa dengki, tidak merasa kecil hati sesama
makhluk.
Pada
pandangan AKU itu, makhluk itu hakekatnya tiada apa-apa. Wujud makhluk bukan
hakiki, hanya bayangan saja yaitu bayangan wujudnya Allah. Hanya Allah jua yang
wujud. Demikian pandangan AKU.
42.
SIFAT-SIFAT AKU
AKU
ini ada sifatnya yaitu hayat atau hidup, ilmu atau pengetahuan, pendengaran, penglihatan,
kudrat atau kuasa, iradat atau berkehendak, dan berkata-kata. Semua sifat-sifat
ini adalah limpahan dari sifat-sifat Allah semata.
AKU
yang hakiki itu tiada bercerai dan tiada terpisah dengan sifat-sifat Allah dan
Allah itu sendiri. Wujud AKU itu sebenarnya diserapi oleh Wujud Semesta Raya
itu. Inilah pandangan AKU yang bersifat rohaniah.
43.
WUJUD AKU
Memang
AKU itu ada (wujud). Wujudnya dengan limpahan Wujud Yang Maha Agung. Hidup AKU limpahan hidupNya. AKU berdaya
limpahan dayaNya. Berkuasanya dan berupayanya AKU adalah limpahan kuasa dan
upayaNya. Aku berkehendak dan Diapun berkehendak. Kehendak AKU tertakluk kepada
kehendakNya.
“Limpahan”
disini berarti karuniah atau anugrah atau pendzahiran atau keluaran ataupun
kesan.
Yang
Maha Wujud itu Allah. AKU dan alam semesta raya adalah limpahan nama-nama dan
sifat-sifat Yang Maha Wujud itu. Setiap nama dan sifat Allah terdzahir pada AKU
dan alam semesta raya ini.
Itulah
pandangan AKU yang bersifat kerohanian.
44.
AKU DZAHIR AKU BATIN
AKU
atau ROH atau DIRI, wujud AKU “bersatu” dan “berpadu” dengan Wujud Yang Esa dan
Semesta itu. Kelihatan pada AKU bahwa Allah itu batin dan AKU itu Dzahirnya.
Allah itu hakekat dan AKU itu bayanganNya. Dia Matahari dan AKU cahayaNya. Dia
elektrik dan AKU lampu. Dia dalang dan AKU wayang. Gerak AKU digerakkan
olehNya.Ini adalah pandangan kerohanian yang paling dalam.
45.
AKU AMAT DEKAT DENGAN ALLAH
AKU
ini memang dekat dengan Allah. AKU dan Allah tidak bercerai-berai dari dulu,
sekarang dan selamanya. Ibarat ombak tidak bercerai dengan laut. Dari sudut
manapun Wujud Semesta Raya itu tetap mengelilingi AKU. Ia meliputi AKU dari
kiri, kanan, atas, bawah, depan, belakang, luar, dalam bahkan dari mana saja. ”
dekat”, “rapat” dan “Mengelilingi” itu bukanlah dari segi ruang dan waktu yang
boleh diukur dengan panjang, lebar, dalam, atau dari segi masa dan waktu.
Dekat, Rapat dan Mengelilingi itu adalah dari segi pandangan rohaniah atau
kerohanian. Hanya orang yang berada dalam pengalaman rohaniah saja yang faham
akan maksudnya.
Wujud
semesta itu “meliputi”, “merangkumi”, “berpadu”, dan “bersatu” dengan AKU.
AKU
terserap dalam Wujud Semesta ini.
46.
MENGENAL ALLAH
AKU
atau ROH itulah yang dapat mengenal Allah swt, bukan badan kasar ini yang
mengenalNya. Melalui ROH itu kita mengenal Allah. Wadah atau bekas tempat Allah
mentajallikan (mendzahirkan) dirinya kepada kita ialah ROH kita
ROH
itu digelar juga Hati. Bukan hati secara fisikal tetapi hati yang bersifat
kerohanian. ROH itu memiliki kesadaran. Kesadaran tentang wujudnya Allah dan
sifat-sifatNya yang terdzahir dalam alam semesta raya ini. Yang melihat
pendzahiran atau tajalli itu ialah ROH kita.
47.
AKU ADALAH AYATOLLAH
Sekali
lagi diulangi bahwa AKU anda itu adalah ROH anda dan itulah juga diri anda
sebenarnya.
AKU
itu juga adalah ayatollah (tanda-tanda Allah)
karena seluruh alam raya, yang ghaib dan yang nyata, adalah tanda-tanda
wujudnya Allah swt
AKU
itu juga digelar ROHULLAH (ROH ALLAH) karena ROH itu adalah hembusan dari ROH
ALLAH atau limpahan dari ROH ALLAH.
AKU
itu juga digelar Nurullah ( cahaya ALLAH) karena setiap roh itu adalah cahaya.
Digelar cahaya karena setiap yang menampakkan sesuatu digelar cahaya . Nabi-Nabi
itu cahaya Allah karena melalui Nabi-nabi itu kita dapat mengenal Allah melalui
ajaran dan didikan mereka. ROH itu cahaya karena melalui ROH itu kita kenal dan
‘nampak’ Allah.
AKU
itu juga digelar Ma’lum dalam ilmuNya. Ma’lum artinya ‘yang diketahui’. Allah
itu ‘Alim ( yang mengetahui). Setiap yang mengetahui tentu berpengetahuan
(berilmu). Allah itu berilmu, sebab itulah Ia ‘Alim. Setiap yang ‘Alim tentu
ada ilmu dan ada perkara yang diketahuinya. Perkara yang diketahui itu digelar
Ma’lum (yang diketahui). Allah itu ada ilmu dan dalam ilmuNya ada Ma’lum. ROH
kita ini termasuk dalam ilmu Allah. Maka ROH kita itu Ma’lum Allah. Maka itulah
dikatakan ROH itu Ma’lum dalam ilmu Allah.
48.
PANDANGAN AKU
AKU
yang paling dalam itu bersifat kerohanian. Jika AKU itu dibersihkan
pandangannya melalui zikrullah dan latihan kerohanian maka AKU itu akan
mencapai satu tahap pandangan dimana rasa wujud ini adalah Esa juga.
Menurut
pandangan ini, wujud itu ada bertingkat-tingkat, bertahap-tahap, dan berbagai
macam aspek, namun ia tetap satu, bahwa segala yang ada dan kelihatan, baik
yang dzahir mahupun yang batin, semuanya pada hakekatnya satu wujud saja.
No comments:
Post a Comment