Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Subhanallah 100X سبحان الله
Alhamdulillah 100X الحمد لله
LA ILAHA ILLALLAH 100X لا إله إلا الله
Allāhu akbar 100X الله أكبر
Alhamdulillah syukur kepada ALLAH
ILMU SYAHADAH - TINGKATAN ILMU TERTINGGI ANUGERAH ALLAH
Ilmu syahadah adalah suatu ilmu yang paling tinggi didalam
tingkatan pelajaran ilmu Allah yang dapat dikuasi oleh manusia. Ia merupakan
martabat ilmu yang tertinggi. Ilmu ini adalah suatu ilmu makrifat dan syahadah
secara sebenar-benar kepada Allah swt. Ilmu ini, Tuhan sendiri akan mengajar
manusia mengenai diriNya. Dengan lain perkataan bolehlah ditegaskan disini
bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri. Hanya
orang-orang yang mencapai martabat ilmu ghaib yang paling tinggi saja yang
dapat menguasai ilmu syahadah ini.
Sedangkan Ilmu Ghaib dan Ilmu Syahadah tidak mungkin bisa
dikuasai oleh orang-orang yang non muslim, ilmu ini hanya bisa dikuasai oleh
orang Islam tapi mengapa orang Islam di zaman ini ketinggalan sekali disemua
bidang ? pastilah ada penyebabnya………….!!!!!
Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor penyebab
kelemahan umat Islam di zaman ini untuk menguasai thecnologi dan Ilmu Allah
yang tinggi ini antara lain :
1. Jatuhnya beberapa kerajaan Islam termasyur di dunia
misalnya : Kerajaan
Islam di Bakdad yang diserang oleh tentara Monghul yang
menyebabkan :
• Banyak beberapa ulama tasauf dibunuh dan berkorban dalam
peperangan
• Banyak kitab tasauf yang dibakar
• Banyak bangunan-bangunan/ gedung-gedung yang bertechnologi
Islam tinggi dibakar dan dimusnahkan.
2. Timbulnya pertentangan antara ahli syari’at dengan ahli
tasauf yang
menyebabkan ;
• Banyak para ahli tasauf yang dibunuh oleh golongan
syari’at antara lain ahli tasauf termasyur bernama Khalat.
• Banyak ahli-ahli tasauf yang difitnah dan dikatakan membawa
ajaran sesat
• Para ahli syari’at mendakwa dan menyebarkan isu bahwa ilmu
tasauf, ilmu para wali dan orang awam tidak perlu mempelajarinya, orang awam
cukup belajar masalah dosa dan pahala saja.
3. Banyak dikalangan ahli tasauf bersikap pengecut, malu
untuk berterus
terang dan membuka ilmunya kepada masyarakat dengan dalih
rahasia sehingga masyarakat dan generasi muda banyak yang awam atau buta
tentang ilmu ini
4. Kurangnya minat umat islam untuk mempelajari. Mendalami
ilmu tasauf
karena dianggap sulit dan yang mempelajarinya bisa gila,
karena masyarakat menganggap ilmu ini aneh.
Empat faktor inilah yang menyebabkan ilmu tasauf dizaman
sekarang ini tidak dapat dikuasai oleh umat islam.
Beruntunglah orang yang dapat menguasai ilmu ini sesuai dengan
firman Allah dalam surat Al-Hasyr : 22
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S.
Al- Hasyr : 22)
Jika ilmu qalam diajar guru zahir dan ilmu ghaib diajar oleh
guru-guru ghaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja
yaitu diri batin kita sendiri yang telah mencapai makrifat kepada Allah. Dengan
lain perkataan Tuhan sajalah yang mengajar diri kita akan rahasia ilmu ini.
Memang hanya orang-orang pilihanNYA yang dapat mencapai
tingkat penguasaan ilmu yang demikian. Sebab untuk dapat menguasai ilmu-ilmu
tersebut (ilmu ghaib) seseorang perlu menyucikan jiwanya dengan mengamalkan
kaedah-kaedah tarekat. Yaitu jalan menuju kepada Allah SWT dan dengan cara
jalan mengenal diri mengikut kaedah-kaedah tasawuf atau jalan-jalan orang sufi.
Orang yang mencapai tingkat ilmu seperti itu terlebih dahulu
telah membersihkan diri dan jiwa raganya. Makin suci hati seseorang itu dengan
Allah semakin tinggilah tahap penerimaan ilmu ghaib ini.
Firman Allah dalam AlQuran, Surah Attaghaabun ayat 11 yang
bermaksud: “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui setiap sesuatu”.
Penguasaan ilmu yang sedemikian luas dan mendalam tersebut
InsyaAllah terjadi bagi siapapun yang telah sampai makrifah kepada Allah.
Sebagaimana perkataan Arifin Billah:
“Barang siapa yang telah mengenal Allah, maka tidak ada
sesuatu apapun yang tersembunyi baginya”.
Allah akan memberikan anugerah kepada mereka Ilmu Ladunni,
yaitu ilmu yang diilhamkan oleh Allah kedalam hati hambanya dengan tanpa
perantaraan. Ilmu ini akan tetap bersemayam, tidak akan hilang dan tidak akan
lupa.
Menurut Abu Yazid Al Busthami dan para masayikh lainnya,
orang yang mempunyai ilmu yang demikian itu adalah orang yang alim sebenarnya.
Bukannya orang yang alim itu adalah orang yang proses mendapatkan ilmunya
dengan cara menghafal dari kitab-kitab, apabila yang dihafalkan lupa, maka dia
bodoh dan tidak mengerti.
Sesungguhnya orang yang alim adalah orang yang mengambil
ilmunya langsung dari Tuhannya, pada waktu yang dikehendaki dengan tiada sebab
menghafalkan dan belajar, maka orang yang demikian itu di sebut Al-Alim
Al-Robbany. Sebagaimana telah diisyaratkan didalam firman Allah dalam Al
Qur’an:
“Kami telah memberikan pengetahuan (kepadanya) berupa ilmu
dari sisi-Ku”
Maksudnya adalah tanpa wasitoh (perantaraan) apapun dalam
mendapatkan ilmu. Apabila dalam mendapatkan ilmu dengan proses belajar kepada
makhluk, maka tidak disebut ilmu ladunni. Karena ilmu ladunni itu terbuka di
dalam sir hati tanpa ada sebab yang menghasilkan dalam kenyataannya.
Adapun pada maqam ini, akan melihat segala hal baik yang
dlahir maupun yang batin, dan akan terbuka segala hakikat sesuatu dengan cahaya
yang nyata yang telah dianugerahkan Allah, tiada terlindung seberat zarrah pun
segala alam ini dengan sesuatu yang sesuai dengan keadaannya, dan sesuai
anugerah Allah yang diberikan kepadanya. Yang demikian itu, tidak dapat dicari
dan tidak dapat dikehendaki oleh siapapun, seperti penjelasan dalam Al Qur’an:
“Sekalian kami anugerahi mereka dan mereka mendapatkan dari
pemberian Tuhanmu, dan pemberian Tuhanmu tiada terhalang”
Dan pada maqam ini, mereka mendengar akan segala perintah,
baik melalui lidah batin maupun lahir, yaitu khatir di dalam hatinya, baik itu
dari tempat yang jauh maupun di balik gunung qaf sekalipun, semua seruan atau
perintah dapat didengarnya, karena pendengarannya meliputi alam semesta. Dan
diterangkan dalam hadits bahwasanya alam semesta ini ada pada genggaman para
Auliya’ seperti telapak kaki jua dengan semata-mata anugerah Allah dan
Rahmat-Nya.
Sesungguhnya ilmu hakekat dan ilmu makrifat adalah ilmu
rasa..
Setakat hendak rasa saja belum cukup…
Mesti nak kena ada rasa dalam rasa itu…
Dan sebenarnya manusia itu tiada rasa…
Hanya Allah lah yang memberi rasa...
Kerana DIA yang punya rasa…
Sabda Nabi saw
Sampaikan ajaranku walaupun satu ayat. (At-Termize)
“Insan adalah rahsia-Ku dan Aku rahsianya. Pengetahuan batin
tentang hakikat roh adalah rahsia kepada rahsia-rahsia-Ku. Aku campakkan ke
dalam hati hamba-hamba-Ku yang baik-baik dan tiada siapa tahu Keadaannya
melainkan Aku.” “Aku adalah sebagaimana hamba-Ku mengenali Daku. Bila dia
mencari-Ku dan ingat kepada-Ku, Aku besertanya. Jika dia mencari-Ku di dalam,
Aku mendapatkannya dengan Zat-Ku. Jika dia ingat dan menyebut-Ku di dalam
jemaah yang baik, Aku ingat dan menyebutnya di dalam jemaah yang lebih baik”.
Syeikh Zainal Abidin bin Muhammad al-Fatani
Telah berkata al-Allamah al-Alimah al-Fahimah Syeikh Zainal
Abidin bin Muhammad al-Fatani dalam kitab Aqidatun Najin Fi Ilmi Usuluddin pada
m/s 85-86,
“Faidatun, ini suatu faedah, adalah setengah daripada negeri
Jawi banyak kedatangan bala’ dan fitnah amat besar pada membinasakan agama
Islam dan beberapa manusia yang sudah murtad, masuk agama kafir, istimewa pula
kebanyakkan orang yang jahil yang mendakwa dirinya alim lagi sufi yang mengajar
ia akan manusia akan ilmu batin (keyakinan ghaib atau tauhid), maka yang
benarnya tiada yang dinamakan dia sufi, hanya dinamakan dia kafir dan mulhid.
Maka murad (yang dikehendaki) daripada jahil itu orang yang
tiada mengenal ia akan iktiqad yang sebenar seperti tiada dapat dibezakan
akannya iktiqad Ahlusunnah dan antara iktiqad Jabariyah dan Qadariah, istimewa
pula jahil ia akan barang yang wajib bagi Allah dan barang yang mustahil
atas-Nya dan barang yang harus bagi-Nya.
Dan jika tiada mengenal akan sifat Ketuhanan, maka betapa
boleh ia tawajjih (mengenal) kepada Tuhan yang ia tiada kenal-Nya sekali-kali.
Maka setengah daripada mereka itu yang mendakwa akan sekalian makhluk ini sifat
Allah, maka tiadakah ia masuk kepada kafir dan meninggalkan yang sebenarnya dan
jikalau benar pada ta’wil mereka itu sekalipun, tiada sunyi daripada jatuh
didalam bida’ah yang haram lagi dosa besar kerana perkataan yang demikian itu
syubahat dan banyaklah pengajaran yang mengkhilaf/bersalahan dengan syariat
Muhammadiyah (yakni syariat ummat Muhammad saw, bukan Muhammadiyyah Wahabi”.
Syeikh Zainal Abidin bin Muhammad al-Fatani juga menyatakan
pada kitab yang sama, pada m/s 13, 14 baris daripada atas,
“Syahdan, telah berkata ulama’: “Haram belajar ilmu
usuluddin daripada orang yang tiada mahir ilmunya dan tiada mengambil daripada
gurunya, maka adalah pada zaman sekarang ini beberapa daripada manusia yang
mendakwa dirinya alim yang mengajar ia akan manusia yang awam dengan pengajaran
yang menyesatkan hamba Allah.
Dan setengah daripada mereka itu yang berpegang dengan ayat
al-Quran yang mutasyabihat/samar atau sunnah yang mutasyabihat, pada hal tiada
dilintangkan dengan quwati’ aqliyah (pemutus hukum akal) dan naqliyah yang
muhkamat/terang, tetapi mengambil mereka itu dengan zahir ayat yang
mutasyabihat.
Maka jadi jahat mereka itu pada laut kafir. Maka sesat
mereka itu dan menyesatkan mereka itu akan manusia yang awam, A’uzubillah min
zalik. Maka adalah mereka itu seperti dajjal atau terlebih jahat lagi daripada
dajjal”.
Posted by SAYYID PENDITA at 11:52 PM
No comments:
Post a Comment