Pendahuluan

Posted: 18 Maret 2014 in Pendahuluan
2
ISLAM BUKAN AGAMA dan BUKAN NAMA SEBUAH AGAMA

MAKNA AGAMA
Kata “agama“, आगम, igama, atau ugama, adalah satu kata yang berasal dari bahasa Sansekerta Hindustani. Hal ini digunakan oleh para wali dan muballigh atau penyampai selama penyebaran Islam di Nusantara [sekarang, Indonesia], ketika pada saat itu kebanyakan mayarakat atau kelompok adalah penganut Hinduisme, sebagai pengganti lafazh “diyn“, دين, untuk penyampaian Islam agar diterima dalam bahasa mereka. Demikian juga, kata “sembahyang” [berarti, sembah sang hyang] disosialisasikan sebagai pengganti lafazh “shalat” [berarti, pensejahteraan-diri].

Secara harfiyah atau literal, kata “agama” dalam bahasa Sansekerta memiliki banyak arti. Tapi makna utama adalah penyembahan dewa.
आगम = Agama =
  • [1]tantra atau mencoba untuk menanamkan penyembahan dewa
  • [2]cara, jalan, lintasan
  • [3]cara, metoda, azas, prinsip, doktrin, paham, teori, pengajaran, pembelajaran
  • [4] tradisi, adat, budaya
  • [5] ilmu, pengetahuan, studi
  • [6] asal, awal
  • [7] datang, datang dekat, penghampiran, pendekatan
Dalam bahasa Sansekerta, jika kata “Agama” yang terbentuk dari kata “a” + “gamma”, artinya sebagai berikut:
  • a = tidak, tidak
  • gama = pergi, bergerak, mengubah
  • agama = tidak dapat pergi, tak dapat bergerak, tak bisa diubah
Dalam konteks ini, “Agama” berarti tinggal atau tetap pada jalan yang lurus, tidak mengambil jalan lain, atau bisa juga berarti tidak kacau, yang berarti teratur.
Dalam Hinduisme dan Buddhisme, “agama” juga merupakan nama suatu aliran atau sekte dalam Yoga.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah sistem yang mengatur keimanan atau kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan tananan yang berkaitan dengan pergaulan manusia, dan antara manusia dengan lingkungannya.
Dalam Kamus Sansekerta―Inggris Monier―Williams [edisi pertama 1899], “agama” adalah doktrin tradisional, ajaran, atau pengajaran, koleksi doktrin tersebut, atau perbuatan suci.
Dalam Kamus Melayu―Inggris Wilkinson CMG Dictionary [cetakan 1950an], “agama” adalah pergi, cara, atau jalan.
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan bahasa Arabiyan, “agama” berarti kurang-lebih sama dengan madzhab = beranjak, berangkat, bertolak, pergi atau meninggalkan atau lepas landas, syariy’at = kriteria atau cara, atau thariyqat = jalur atau jalan.
Kata lain untuk mengungkapkan konsep ini adalah “religi” yang berasal dari bahasa Inggris, “religion”, dari bahasa Latin, “religio“, dengan kata kerja li-gare, yang berarti “mengikat-kembali”. Dengan demikian,
religi = pengikatan-diri atau pengembalian-diri [kepada Tuhan].
__________

MAKNA ISLAM  PENYERAHAN-DIRI
Islam berasal dari kata dalam bahasa Arabiyan, `islaamun, إسلام, silmun, yang berasal dari akar, “s − l − m [siyn − laam − miym], sama dengan salaamun [jantan, mudzakar] atausalaamatun [betina, mu `annats).
Jika `islaamun berarti penyerahan-diri, ketundukan, atau kepatuhan, maka salaamun atausalaamatun berarti keselamatan.
Antar-hubungan atau hubungan timbal-balik dua kata ini adalah bahwa “siapa saja yang ia ingin diselamatkan [Alláh menyelamatkan dia], maka hendaklah ia menyerah atau berserah-diri kepada Alláh” atau “siapa-saja-yang ia berserah-diri kepada `Alláh, maka ia akan diselamatkan oleh `Alláh”.
Lafazh “musliymun” [maskulin, jama’: musliymuwna] atau musliymatun [feminin, jama’:musliymaat] berarti “orang yang berserah-diri atau menyerahkan-dirinya secara penuh atau secara keseluruhan hanya kepada Alláh sebagai Maha Penyelamat, dan membiaskan keselamatan kepada lingkungan.
Dalam teks Arabiyan atau mushhaf dari `Al Qur`án, kata-kata yang terbentuk dari kata dasar “b>s − l − m” diulang 157 kali, dengan 7 kali termasuk kata `Islam, dan 18 kali termasuk dengan imbuhan.
[Q 2:208]
yaa `ayyu-haa `alladziyna `aamanuw,`udkhuwlu fiy`al silmi kaaffatan.
Hai yang-manakah-dia para-orang-yang mereka-telah-beriman, kalian-masuklah kedalam peserahan-diri secara-penuh [keseluruhan, tak separuh-separuh, tak tanggung-tanggung].
__________

KHAZANAH LAFAZH
  • `islaamun = islam, penyerahan-diri, ketundukan, kepatuhan
  • silmun [jama’:`aslum] = peserahan-diri
  • `aslama ― yaslimu= berserah-diri, tunduk, patuh
  • musliymun,muslimatun = muslim, peserah-diri
  • musallamun = yang-diserahkan, yang-diterima
  • salaamun, salaamatun = salam, keselamatan, kesejahteraaan, kedamaian
  • salima ― yaslamu= memberi-salam, menyelamatkan
  • salmun [jama’:silaam] = selamat, sejahtera, damai
  • saliymun [jama’:sulamaa`i] = yang-diselamatkan
  • salaamun = penyelamat
__________

MAKNA DIYN
Kata atau lafazh “diynدين, dalam bahasa Arabiyan berarti pembalasan, dengan akar kata “d − y − n [daal − yaa − nuwn].
Lafazh “diyn” memiliki arti berkebalikan dengan lafazh “daan“, yang merupakan asal dari kata, “dana” “donasi“, dan “donatur” atau penyandang dana, dan berasal dari akar kata sama, “d − y − n“.
Berdasarkan pada asal katanya, “daan” bermakna, pemberian piutang”, dan sebaliknya “diyn” bermakna, pengembalian hutang, pembayaran hutang, pelunasan hutang, atau pengembalian-dana. Dalam terminologi akuntansi, “diyn − daan” sepadan dengan “hutang − piutang” dan “debit − kredit“, seperti dijelaskan dalam Al Qur`án, dalam kalimah ayat, sebagai berikut:
[Q 2:282]
tadaayantum bi daynin.
Kalian-telah-saling-berhutang-piutang dengan dana.
Dalam Al Qur`án, lafazh yang dibentuk oleh kata dasar “d − y − n“, diulangi sebanyak 101 kali.
Dalam kata majemuk diynu `al `islaami, دين الإسلام , konteksnya adalah dalam arti pengembalian diperbuat oleh para manusia, untuk segala sesuatu telah mereka terima dari Alláh, dengan menyerahan diri mereka, dalam pengabdian secara penuh, hanya untuk dan hanya kepada Alláh.
[Q 1:4]
maaliki yawmi`ald diyni.
Penguasa hari pembalasan.
__________

KOSAKATA ― KHAZANAH LAFAZH
  • daanun,daynin = donasi, pendanaan, penyediaan-dana, pemberian-dana, piutang, atau kredit
  • diynun = pembalasan, pengembalian-dana, hutang, atau debit
  • tadaayan= saling-berhutang-putang
  • diynu`al` islaami = diynul islam, pembalasan dengan penyerahan-diri = cara pembalasan atas rahmat dan barkat dan ni’mat Alláh dengan penyerahan-diri (`islaam) manusia secara-penuh (kaaffah) kepada Alláh melalui pengabdiaan-diri (‘ibadaah) secara-penuh kepada Alláh..
__________

ISLAM BUKAN AGAMA, DAN BUKAN NAMA AGAMA

Dari uraian diatas sudah jelas dinyatakan secara lugas dan tegas bahwa islam bukan agama, melainkan “diynدين, lengkapnya, diynu `al` islaamiدين الإسلام.
 [Q 3:19]
`inna `ald diyna ‘inda `allaahi `al `islaamu.
Sesungguhnya sang pembalasan dihadapan Alláh adalah sang penyerahan-diri.
[Q 3:85]
wa man yyabtaghi ghayra `al `islaami diynan, fa lan yughbala min hu.
Dan siapa saja-yang ia-mencari selain sang penyerahan-diri sebagai-cara-pembalasan, maka tak-akan-pernah ia-diterima dari dia.
[Q 5:3]
wa radhiytu la kumu `al `islaama diynan.
Dan Aku-telah-meridhai bagi kalian sang penyerahan-diri sebagai-cara-pembalasan.

Alláh telah menyatakan seracara jelas, lugas, dan tegas, bahwa, cara apa pun, selain penyerahan-diri, tak diridhai dan tak akan pernah diterima alias ditolak oleh Alláh.
 diynu `al` islaami, دين الإسلام = diynul islam, pembalasan melalui penyerahan diri = cara pembalasan atas rahmat dan barkat dan ni’mat dari Alláh dengan penyerahan diri manusia di-penuh (kaaffah) kepada Alláh melalui pengabdian-diri (‘ibadaah) di-penuh atau benar-benar kepada Alláh.
Alláh memberi kita hidup, makan, minum, pakaian, kendaraan, kediaman, uang, dlsb. Lalu apa balasan kita? Ibarat Alláh adalah majikan, kita adalah pelayan. Ibarat Alláh adalah juragan, kita adalah karyawan, atau jika Alláh adalah pemekerja, maka kita adalah pekerja. Dia menggaji kita untuk bekerja untuk Dia. Dalam kenyataan. berdasarkan pada Al Qur` án, Alláh adalah “rabb” atau pengasuh, dan kita adalah “‘ibaadi” [sendiri: ‘abd], pengabdi atau dedikator. Jadi cara pembalasan dalam penyerahan diri, alias diynul `islam, adalah “‘ibadaah“, pengabdian atau dedikasi, dalam arti pengbadian-diri secara-penuh atau keseluruhan hanya untuk dan hanya kepada Alláh.

[Q 51:56]
wa maa khalaqtu`al jinna wa`al `insa, `illaa li yabu’duni.
Dan tak Aku-telah-ciptakan sang ras-jin dan sang ras-manusia, kecuali untuk mereka-mengabdi-kepada-Ku.

Dalam satu hadiyts qudsiy, Alláh, subhaanu hu wa ta’aala, ‘azza wa jalla, tersanjunglah Dia dan tertinggikan, perkasa dan digjaya, telah berkata:

yaa ’ibaadi–y, tafarraghw li ’ibaadati–y,
Wahai para-abdi–Ku, kamu-tuntaskanlah untuk mengabdi-kepada–Ku,

Dari hadiyts diriwayatkan oleh imam Bukhariy dan Imam Musliym, nabiyullaah Muhammad rasuwlullaah shalla llaahu ’alay hi wa sallama, telah menyatakan tentang rukun Islam sebagai berikut:

`al `islaamu `an ta’buda`allaaha
sang penyerahan-diri adalah bahwasanya kamu-mengabdi-kepada Alláh

Ibadah, pengabdian, atau dedikasi, mengandung arti berkerja hanya kepada dan hanya untuk satu, yang dalam
konteks ini adalah hanya kepada dan hanya untuk Alláh yang ditinggikan, li llaahi ta’aalaa.
Dengan demikian, Islam tak membenarkan pertentangan kepentingan. Artinya, selama kita bekerja untuk Dia, kita tak boleh bekerja juga untuk pihak lain. Tindkan mana menimbulkan dualisme, yang disebut “syirik“, memperserikatkan atau mempersekutukan Alláh dengan yang lain, alias mengadakan tandingan, kompetitor, atau rival bagi Dia. Sehingga syirik ‘ibadah adalah dosa terbesar dalam diynul islam.
. . .

Seluruh pembahasan, uraian, dan penjelasan diatas telah diupayakan secara optimum jauh dari kesalahan. Tapi, penulis sebagai manusia biasa tentu juga tak bisa luput dari kesalahan dan kealpaan. Bisa saja semua pemaparan diatas mengandung kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, data, referensi, dan informasi penulis miliki, termasuk kealpaan dan kesalahan ketik atau cetak.

Untuk segala kesalahan, keliruan, kekurangan, dan kealpaan ini, bila ada, penulis mohon maaf sebesarnya, dan untuk tiap koreksi, saran, dan kritik, penulis terima dengan lapang dada. Jika ada yang sedemikian, maka semua yang salah tentulah dari penulis, dan yang benar dari Alláh, karena hanya Alláh sajalah yang Maha-Benar dan Maha-Mengetahui segalanya.
`al hamdu li llaahi rabbi `al ‘aalamiyna.
Maha pujian untuk  Alláh Pengasuh sang sekalian-alam [semesta, universe].
shaddaaqa `allaahu `al ‘azhiymu,
wa `allaahu `a‘lama bi `al sh shawaabi.
Maha-Benarlah Alláh Maha Agung,
dan Alláh Dia-telah-mengetahui dengan betul.
taqabbal–`allaahu min–naa wa min–kum,
wa bi llaahi `alt tawfiqiy wa `al hidayaati,
wa `als salaamu ‘alay–kum wa rahmatu–`allaahi wa barakaatu–huu.
Semoga-mengabulkan–Alláh dari–kami dan dari–kalian,
dan dengan–Alláh adalah sang petunjuk dan sang panduan,
dan sang salam atas–kalian dan rahmat–Alláh dan berkah–Nya.