27 January 2020

MUTIARA ILMU MAKRIFAT



 ‏اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ‎
3X سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقَهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu kepada اللهَ
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Kerdipan Mataku berIstighfar Astaghfirullah (أسْتَغْفِرُاللهَ)‎  
Hatiku berdetik disetiap saat menyebut Subhanallah (سُبْحَانَ اللَّهِ)‎
Denyutan Nadiku dengan  Alhamdulillah  (الْحَمْدُ لِلَّهِ)‎
Degupan Jantongku bertasbih LA ILAHA ILLALLAH  (لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)‎
Hela Turun Naik Nafasku berzikir Allāhu akbar   (اللَّهُ أَكْبَرُ)‎
الْحَمْدُ لِلَّهِ syukur kepada وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ    ...اللهَ 


MUTIARA ILMU MAKRIFAT


sujud-tahajud



MUTIARA ILMU MAKRIFAT

 Kanjeng Nabi Khidir berhenti sejenak, lalu berkata “matahari berbeda dengan bulan, perbedaannya terdapat pada cahaya yang dipancarkannya. Sudahkah hidayah iman terasa dalam dirimu? Tauhid adalah pengetahuan penting untuk menyembah pada Allah, juga makrifat harus kita miliki untuk mengetahui kejelasan yang terlihat, ya ru’yat (melihat dengan mata telanjang) sebagai saksi adanya yang terlihat dengan nyata. Maka dari itu kita dalami sifat dari Allah, sifat Allah yang sesungguhnya, Yang Asli, asli dari  Allah. Sesungguhnya Allah itu, allah yang hidup. Segala afalnya (perbuatanya) adalah bersal dari Allah. Itulah yang demaksud dengan ru’yati. Kalau hidupmu senantiasa kamu gunakan ru’yat, maka itu namanya khairat (kebajikan hidup). Makrifat itu hanya ada di dunia. Jauhar awal khairat (mutiara awal kebajikan hidup), sudah berhasil kau dapatkan. Untuk itu secara tidak langsung sudah kamu sudah mendapatkan pengawasan kamil (penglihatan yang sempurna). Insan Kamil (manusia yang sempurna) berasal dari Dzatullah (Dzatnya Allah). Sesungguhnya ketentuan ghaib yang tersurat, adalah kehendak Dzat yang sebenarnya. Sifat Allah berasal dari Dzat Allah. Dinamakan Insan Kamil kalau mengetahui keberadaan Allah itu. Bilamana tidak tertulis namamu, di dalam nuked ghaib insan kamil, itu bukan berarti tidak tersurat. Ya, itulah yang dinamakan puji budi (usaha yang terpuji). Berusaha memperbaiki hidup, akan menjadikan kehidupan nyawamu semakin baik. Serta badannya, akan disebut badan Muhammad, yang mendapat kesempurnaan hidup”.
Syekh Malaya berkata lemah lembut, “mengapa sampai ada orang mati yang dimasukkan neraka? Mohon penjelasan yang sebenarnya”.
Kanjeng Nabi Khidir berkata dengan tersemyum manis, “Wahai Malaya! Maksudnya begini. Neraka jasmani juga berada di dalam dirimu sendiri, dan yang diperuntukkan bagi siapa saya yang belum mengenal dan meniru laku Nabiyullah. Hanya ruh yang tidak mati. Hidupnya ruh jasmani itu sama dengan sifat hewan, maka akan dimasukkan ke dalam neraka. Juga yang mengikuti bujuk rayu iblis, atau yang mengikuti nafsu yang merajalela seenaknya tanpa terkendali, tidak mengikuti petunjuk Gusti Allah SWT. Mengandalkan ilmu saja, tanpa memperdulikan sesama manusia keturunan Nabi Adam, itu disebut iman tadlot. Ketahuilah bahwa umat manusia itu termasuk badan jasmanimu. Pengetahuan tanpa guru itu, ibarat orang menyembah tanpa mengetahui yang disembah. Dapat menjadi kafir tanpa diketahui, karena yang disembah kayu dan batu, tidak mengerti apa hukumnya, itulah kafir yang bakal masuk neraka jahanam.
Adapun yang dimaksudkan Rud Idhafi adalah sesuatu yang kelak tetap kekal sampai akhir nanti kiamat dan tetap berbentuk ruh yang berasal dari ruh Allah. Yang dimaksud dengan cahaya adalah yang memancar terang serta tidak berwarna, yang senantiasa meserangi hati penuh kewaspadaan yang selalu mawas diri atau introspeksi mencari kekurangan diri sendiri serta mempersiapkan akhir kematian nanti. Merasa sebagai anak Adam yang harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan. Ruh Idhafi seudah ada sebelum tercipta. Syirik itu dapat terjadi, tergantung saat menerima sesuatu yang ada, itulah yang disebut Jauhar Ning. keenamnya jauhar awal. Jauhar awal adalah mutiara ibaratnya. Mutiara yang indah penghias raga agra nampak menarik. Mutiara akan tampak indah menawan. Bermula dari ibarat ketujuh, dikala mendengarkan sabda Allah, maka Ruh Idhafi akan menyesuaikan, yang terdapat di dalam Dzat Allah Yang Mutlak. Ruh serba psrah kepada Dzatullah, itullah yang dimaksudkan Ruh Idhafi. Jauhar awal itu pula, yang menimbulkan Shalat Daim. Shalat Daim tidak perlu mengunakan air wudhu, untuk membersihkan khadas tidak disyaratkan. Itulah shalat batin yang sebenarnya, diperbolehkan makan tidur syahwat maupun buang kotoran. Demikianlah tadi cara shalat Daim. Perbuatan itu termasuk hal terpuji, yang sekaligus merupakan perwujudan syukur kepada Allah. Jauhar tadi bersatu padu menghilangkan sesuatu yang menutupi atau mempersulit mengetahui keberadaan Allah Yang Terpilih. Adanya itu menujukkan adanya Allah, yang mustahil kalau tidak berwujud sebelumnya.
Kehidupan itu seperti layar dengan wayangnya, sedang wayang itu tidak tahu warna dirinya. Akibat junub sudah bersatu erat tetap bersih badan jisimmu. Adapun Muhammad badan Allah. Nama Muhammad tidak pernah pisah dengan nama Allah. Bukakah hidayah itu perlu diyakini? Sebagai pengganti Allah? Dapat pula disebut utusan Allah. Nabi Muhammad juga termasuk badan mukmin atau orang yang beriman. Ruh mukmin identik pula dengan Ruh Idhafi dalam keyakinanmu. Disebut iman maksum, kalau sudah mendapat ketetapan sebagai panutan jati. Bukankah demikian itu pengetahuanmu? Kalau tidak hidup begitu, berarti itu sama dengan hewan yang tidak tahu adanya sesuatu di masa yang telah lewat. Kelak, karena tidak mengetahui ke-Islaman, maka matinya tersesat, kufur serta kafir badannya. Namun bagi yang telah mendapatkan pelajaran ini, segala permasalahan dipahamilebih seksama baru dikerjakan, Allah itu tidak berjumlah tiga. Yang menjadi suri tauladan adalah Nabi Muhammad. Bukankah sebenarnya orang kufur itu, mengingkari empat masalah prinsip. Di antaranya bingung karena tiada pedoman manusia yang dapat diteladani. Kekafiran mendekatkan pada kufur kafir. Fakhir dekat dengan kafir. Sebabnya karena kafir itu, buta dan tuli tidak mengerti tentang surga dan neraka. Fakhir tidak akan mendekatkan pada Tuhan. Tidak mungkin terwujud pendekatan ini, tidak menyembah dan memuji, karena kekafirannya. Seperti itulah kalau fakhir terhadap Dzatullah. Dan sesungguhnya Gusti Allah, mematikan kefakhiran manusia, kepastianny ada di tanga Allah semata-mata. Adapun wujud Dzatullah itu, tidak ada stu makhluk pun yang mengetahui kecuali Allah sendiri. Ruh Idhafi menimbulkan iman. Ruh Idhafi berasal dari Allah Yang Maha Esa, itulah yang disebut iman tauhid. Meyakini adanya Allah juga adanya Muhammad sebagai Rasulullah. Tauhid hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan Yang Terpilih. Menyatu dengan Gusti Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kamu harus menyatu bahwa Gusti Allah itu ada dalam dirimu. Ruh Idhafi ada di dalam dirimu. Makrifat itu sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat, hidup tunggal didalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan Tuhan Pilihan. Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal tidak akan terjadi padamu, jangan takut menghadapi sakaratil maut. Jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat.
Ruh Idhafi tidak akan mati. Hidup mati, mati hidup. Akuilah sedalam-dalamnya bahwa keberadaanmu itu, terjadi karena Allah itu hidup dan menghidupi dirimu, dan menghidupi segala yang hidup. Sastra Alif (huruf alif) harus dimintakan penjelasannya pada guru. Jabar jer-nya pun harus berani susah payah mendalaminya. Terlebih lagi poengetahuan tentang kafir dan syirik! Sesungguhnya semua itu, tidak dapat dijelaskan dengan tepat maksud sesungguhnya. Orang yang menjelaskan syariat itu berarti sudah mendapatkan anugrah sifat Gusti Allah. Sebagai sarana pengabdian hamba kepada Gusti Allah. Yang menjalankan shalat sesungguhnya raga. Raga yang shalat itu terdorong oleh adanya iman yang hidup pada diri orang yang menjalankannya. Seandainya nyawa tidak hidup, maka Lam Tamsyur (maka tidak akan menolong) semua perbuatan yang dijalankan. Secara yang tersurat, shalat itu adalah perbuatan dan kehendak orang yang menjalankan, namun sebenarnya Allah-lah yang berkehendak atas hambanya. Itulah hakikat dari Tuhan penciptanya. Ruh Idhafi berada di tangan orang mukmin. Semua ruh berada di tangan-Nya. Yaitu terdapat pada Ruh Idhafi. Ruh Idhafi adalah sifat jamal (sifat yang bagus atau indah) keindahan yang berasal Dzatullah. Ruh Idhafi nama sebuah tingkatan (maqom), yang tersimpan pada diri utusan Allah (Rasulullah). Syarat jisim lathif (jasad halus0 itu, harus tetap hidup dan tidak boleh mati.
Cahayanya berasal dari ruh itu, yang terus menerus meliputi jasad. Yang mengisayaratkan sifat jalal (sifat yang perkasa) dan sekaligus mengisyaratkat adanya sifat jamal (sifat keindahan). Jauhar awal mayit (mutiara awal kematian) itu, memberi isyarat hilangnya diri ini. Setelah semua menemui kematian di dunia, maka akan berganti hidup di akherat. Kurang lebih tiga hari perubahan hidup itu pasti terjadi. Asal mula manusia terlahir, dari adanya Ayah, Ibu serta Tuhan Yang Maha Pencipta. Satu kelahiran berasal dari tiga asal lahir. Ya, itulah isyarat dari tiga hari. Setelah dititipkan selama tujuh hari, maka dikembalikan kepada yang meninipkan (yang memberi amanat). Titipan itu harus seperti sedia kala. Bukankah tauhid itu sebagai srana untuk makrifat? Titipan yang ketiga puluh hari, itu juga termasuk juga titipan, yang ada hanya kemiripan  dengan yang tujuh hari. Kalau menangis mengeluarkan air mata karena menyesali sewaktu masih hidup. Seperti teringat semasa kehidupan itu berasal dari Nur. Yang mana cahayanya mewujudkan dirimu. Hal itulah yang menimbulkan kesedihan dan penyesalan yang berkepanjangan. Tak terkecuali siapun yang merasakan itu semua, sebagaimana kamu mati, saya merasa kehilangan.
Mati atau hilang bertepatan hari kematian yang keempat puluh hari. Bagaimanakah yang lebih tepat untuk melukiskan persamaan sesama makhluk hidup secara keseluruhannya? Allah dan Muhammad semuannya berjumlah satu. Seratuspun dapat dilukiskan seperti satu bentuk, seperti diibaratkan dengan adanya cahaya yang bersember dari cahaya Muhammad yang sesungguhnya. Sama hal pada saat kamu memohon sesuatu. Ruh jasad hilang di dalamnya, kehadirat Tuhan Yang Maha Pemberi. Tepat pada hari keseribu, tidak ada yang tertinggal. Kembalinya pada allah sudah dalam keaadaan yang sempurna. Sempurna seperti mula pertama dalam keadaan yang sempurna. Sempurna seperti mula pertama diciptakan”.
Syekh Malaya terang hatinya, mendengarkan pelajaran yang baru diterima dari gurunya Syekh Mahyuningrat Kanjeng Nabi Khidir. Syekh Malaya senang hatinya sehingga beliu belum mau keluar dari dalam tubuh Kanjeng Nabi Khidir. Syekh Malaya menghaturkan sembah, sambil berkata manis seperti gula madu. “Kalau begitu hamba tidak mau keluar dari raga dalam tuan. Lebih nyaman di sini saja yang bebas dari sengsara derita, tiada selera makan tidur, tidak merasa ngantuk dan lapar, tidak harus bersusah payah dan bebas dari rasa pegal dan nyeri. Yang terasa hanyalah rasa nikmat dan manfaat”. Kanjeng Nabi Khidir memperingatkan, “yang demikian tidak boleh kalau tanpa kematian”.
Kanjeng Nabi Khidir semakin iba kepada pemohon yang meruntuhkan hatinya. Kata Kanjeng nabi Khidir, “kalau begitu yang awas sajalah terhadap hambatan upaya. Jangan sampai kau kembali. Memohonlah yang benar dan waspada. Anggaplah kalau sudah kau kuasai, jangan hanya digunakan dengan dasar bila ingat saja, karena hal itu sebagai rahasia Allah. Tidak diperkenankan mengobrol kepada sesama manusia, kalau tanpa seizin-Nya! Sekiranya akan ada yang mempersolakan, memperbincangkan masalah ini! Jangan sampai terlanjur! Jangan sampai membanggakan diri! Jangan peduli terhadap gangguan, cobaan hidup! Tapi justru terimalah dengan sabar! Cobaan hidup yang menuju kematian, ditimbulkan akibat buah pikir. Bentuk yang sebenarnya ialah tersimpan rapat di dalam jagadmu! Hidup tanpa ada yang menghidupi kecuali Allah saja. Tiada antara lamanya tentang adanya itu. Bukankah sudah berada di tubuh? Sungguh, bersama lainnya selalu ada dengan kau! Tak mungkin terpisahkan! Kemudian tidak pernah memberitahunakan darimana asalnya dulu. Yang menyatu dalam gerak perputaran bawana. Bukankah berita sebenarnya sudah ada padamu? Cara mendengarnya adalah denga ruh sejati, tidak menggunakan telinga. Cara melatihnya, juga tanpa dengan mata. Adpun telingannya, matanya yang diberikan oleh allah. Ada padamu itu. Secara batinnya ada pada sukma itu sendiri. Memang demikianlah penerapannya. Ibarat seperti batang pohon yang dibakar, pasti ada asap apinya, menyatu dengan batang pohonnya. Ibarat air dengan alunnya. Seperti minyak dengan susu, tubuhnya dikuasai gerak dan kata hati. Demikian pun dengan Hyang Sukma, sekiranya kita mengetahui wajah hamba Tuhan dan sukma yang kita kehendaki ada, diberitahu akan tempatnya seperti wayang ragamu itu. Karena datanglah segala gerak wayang. Sedangkan panggungnya jagd. Bentuk wayang adalah sebagai bentuk badan atau raga. Bergerak bila digerakkan. Segala-galanya tanpa kelihatan jelas, perbuatan dengan ucapan. Yang berhak menentukan semuanya, tidak tampak wajahnya. Kehendak justru tanpa wujud dalam bentuknya. Karena sudah ada pada dirimu. Permisalan yang jelas ketika berhias.
Yang berkaca itu Hyang Sukma, adapun bayangan dalam kaca itu ialah dia yang bernama manusia sesungguhnya, terbentuk di dalam kaca. Lebih besar lagi pengetahuan tentang kematian ini dibandingkan dengan kesirnaan jagad raya, karena lebih lembutseperti lembunya air. Bukankah lebih lembut kematian manusia ini? Artinya lembut kesirnaan manusia? Artinya lebih dari, karena menentukan segalanya. Sekali lagi artinya lembut ialah sangat kecilnya. Dapat mengenai yang kasar dan yang kecil. Mencakup semua yang merangkak, melata tiada bedanya, benar-benar serba lebih. Lebih pula dalam menerima perintah dan tidak boleh mengandalkan pada ajaran dan pengetahuan. Karena itu bersungguh-sungguhlah menguasainya. Pahamilah liku-liku solah tingkah kehidupan manusia! Ajaran itu sebagai ibarat benih sedangkan yang diajari ibarat lahan.
Misal kacang dan kedelai. Yang disebar di atas batu. Kalau batunya tanpa tanah pada saat kehujanan dan kepanasan, pasti tidak tidak akan tumbuh. Tapi bila kau bijaksana, melihatmu musnahkanlah pada matamu! Jadikanlah penglihatanmu sukma dan rasa. Demikian pula wujudmu, suaramu. Serahkan kembali kepada yang Empunya suara! Justru kau hanya mengakui saja sebagai pemiliknya. Sebenarnya hanya mengatasnamai saja. Maka dari itu kau jangan memiliki kebiasaan yang menyimpang, kecuali hanya kepada Hyang Agung. Dengan demikian kau Hangraga Sukma. Yaitu kata hatimu sudah bulat menyatu dengan kawula Gusti. Bicarakanlah manurut pendapatmu! Bila pendapatmu benar-benar meyakinkan, bila masih merasakan sakit dan was-was, berarti kejangkitan bimbang yang sebenarnya. Bila sudah menyatu dalam satu wujud. Apa kata hatimu dan apa yang kau rasakan. Apa yang kau pikir terwujud ada. Yang kau cita-citakan tercapai. Berarti sudah benar untukmu. Sebagai upah atas kesanggupanmu sebagai khalifah di dunia. Bila sudah memahami dan menguasai amalan dan ilmu ini, hendaknya semakin cermat dan teliti atas berbagai masalah.
Masalah itu satu tempat dengan pengaruhnya. Sebagai ibaratnya sekejap pun tak boleh lupa. Lahiriah kau landasilah dengan pengetahuan empat hal. Semuanya tanggapilah secara sama. Sedangkan kelimanya adalah dapat tersimpan dengan baik, berguna dimana saja! Artinya mati di dalam hidup. Atau sama dengan hidup di dalam mati. Ialah hidup abadi. Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sukma, sukma muksa. Jelasnya mengalami kematian! Syekh Malaya, terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan senang hatimu! Anugrah berupa wahyu akan datang kepadamu. Seperti bulan yang diterangi cahaya temaram. Bukankah turnya wahyu meninggalkan kotoran? Bersih bening, hilang kotorannya”.
Kemudian Kanjeng Nabi Khidir berkata dengan lembut dan tersenyum. “Tak ada yang dituju, semua sudah tercakup haknya. Tidak ada yang diharapkan dengan keprawiraan, kesaktian semuanya sudah berlalu. Toh semuanya itu alat peperangan”. Habislah sudah wejangan Kanjeng Nabi Khidir. Syekh Malaya merasa sungkan sekali di dalam hati. Mawas diri ke dalam dirinya sendiri. Kehendak hati rasanya sudah mendapat petunjuk yang cukup. Rasa batinya menjelajah jagad raya tanpa sayap. Keseluruh jagad raya, jasadnya sudah terkendali. Menguasai hakekat semua ilmu. Misalnya bunga yang masih lam kuncup, sekarang sudah mekar berkembang dan baunya semerbak mewangi. Karena sudah mendapat san Pancaretna, kemudian Sunan Kalijaga disuruh kelura dari raga Kanjeng Nabi Khidir kembali ke alamnya semula”.
Lalu Kanjeng Nabi Khidir berkata, “He, Malaya. Kau sudah diterima Hyang Sukma. Berhasil menyebarkan aroma Kasturi yang sebenarnya. Dan rasa yang memanaskan hatimu pun lenyap. Sudah menjelajahi seluruh permukaan bumi. Artinya godaan hati ialah rasa qonaah yang semakin dimantapkan. Ibarat memakai pakaian sutra yang indah. Selalu mawas diri. Semua tingkah laku yang halus. Diserapkan kedalam jiwa, dirawat seperti emas. Dihiasi dengan keselamatan, dan dipajang seperti permata, agar mengetahui akan kemauan berbagai tingkah laku manusia. Perhaluslah budi pekermu atau akhlak ini! Warna hati kita yang sedang mekar baik, sering dinamakan Kasturi Jati. Sebagai pertanda bahwa kita tidak mudah goyah, terhadap gerak-gerik, sikap hati yang ingin menggapai sesuatu tanpa ilmu, ingin mendalami tentang ruh itu justru keliru. Lagi pula secara penataan, kita itu ibaratnya busana yang dipakai sebagai kerudung. Sedangkan yang ikat kepala sebagai sarungmu. Kemudian terlibat ingatan ketika dulu. Ibarat mendalami mati ketika berada di dalam rongga ragaku.
Tampak oleh Sunan Kalijaga cahaya. Yang warnanya merah dan kuning itu, sebagai hambatan yang menghadang agar gagal usaha atauu ikhtiar atau cita-citanya. Dan yang putih di tengah itulah yang sebenarnya harus diikuti. Kelimanya harus tetap diwaspadai. Kuasailah seketika jangan sampai lupa! Bisa dipercaya sifatnya. Berkat kesediaanku berbuat sebagai penyekat. Untuk alat pembebas sifat berbangga diri. Yang selalu didambakan siang dan malam. Bukankah aku banyak sekali melekat atau mengetahui caranya pemuka agama yang ternyata salah dalam penafsiran. Dan penyampaian keterangannya? Anggapannya sudah benar. Tak tahunya malah mematikan pengertian yang benar. Akibatnya terperosok dalam penerapannya. Ada pemuka agama yang ibaratnya menjadi murung. Ia hanya sekedar mencari tempat bertengger saja. Yaitu pada batang kayu yang baik rimbun, lebat buahnya, kuat batangnya. Untuk kemuliaan hidup baru. Ada orang yang berkedudukan, ada yang ikut orang kaya. Akhirnya di masyarakatkan. Ibaratnya seperti sekedar memperoleh kemuliaan sepele. Jadinya tersesat-sesat. Ada pula yang justru memiliki jalan terpaksa.
Menumpuk kekayaan harta dan istri banyak. Ada pula yang memilih jalan menguasai putranya. Putra yang bakal menguasai hak asasi orang per orang. Semuanya ingin mendapatkan yang serba lebih di dalam memiliki jalan mereka. Kalau demikian halnya, menurut pendapatku, belumlah mereka disebut pemuka agama yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah, tapi masih berkeinginan pribadi atau berambisi. Agar semua itu menjunjung harkat dan martabat. Tatanan yang tidak pasti, belum bisa disebut manusia utama. Yang demikian itu menurut anggapannya dan perasaannya mendapatkan kebahagiaan, kekayaan dan mengerti hak yang benar. Bila kemudian tertimpa kedudukan, terlanjur terbiasa. Memilih jalan sembarang tempat, tanpa mengahasilkan jerih payahnya dan tanpa hasil. Dalam arti mengalami kegagalan total. Setidak-tidaknya menimbulkan kecurigaan. Apa kebiasaan ketika hidup didunia. Ketika menghadapi datangnya maut, disitulah biasanya tidak kuat menerima ajal. Merasa berat meninggalkan kehidupan dunia yang tersangkal lagi. Pokoknya masih lekat sekali pada kehidupan duniawi. Begitulah beratnya amencari kemuliaan. Tidak boleh lagi merasa terlekat kepada anak-istri. Pada saat-saat menghadap ajatnya. Bila salah menjawab pertanyaannya bumi, lebih baik jangan jadi manusia! Kalau matinya tanpa pertanggungjawaban. Bila kau sudah merasa hatimu benar. Akan hidup abadi tanpa hisab. Akibatnya, tubuh bumi itu keterdiamannya tidak membantu. Kesepiannya tidak mencair. Tidak mempedulikan pembicaraan orang lain yang ditujukan kepadanya. Yaitu bagaimana hilang dan mati bersama raganya ialah diidamkannya. Sehingga mempertinggi semedinya, untuk mengejar keberhasilan. Tapi sayang tanpa petunjuk Allah, apalagi hanya semedi semata. Tidak disertai dukungan ilmu.

SEJATINYA GURU SEJATI
Guru Sejati, dan Sedulur Papat Lima Pancer
HAKEKAT GURU SEJATI
Kembali pada pembahasan Guru Sejati. Melalui 3 langkahnya (Triwikrama) Dewa Wishnu (Yang Hidup), mengarungi empat macam zaman (kertayuga, tirtayuga, kaliyuga, dwaparayuga), lalu lahirlah manusia dengan konstruksi terdiri dari fisik dan metafisik di dunia (zaman mercapada). Fisik berupa jasad atau raga, sedangkan metafisiknya adalah roh beserta unsur-unsur yang lebih rumit lagi. Ilmu Jawa melihat bahwa roh manusia  memiliki pamomong (pembimbing) yang disebut pancer atau guru sejati. Pamomong atau Guru Sejati berdiri sendiri menjadi pendamping dan pembimbing roh atau sukma. Roh atau sukma di siram “air suci” oleh guru sejati, sehingga sukma menjadi sukma sejati. Di sini tampak Guru sejati memiliki fungsi sebagai resources atau sumber “pelita”  kehidupan. Guru Sejati layak dipercaya sebagai “guru” karena ia bersifat teguh dan  memiliki hakekat “sifat-sifat” Tuhan (frekuensi kebaikan) yang abadi konsisten  tidak berubah-ubah (kang langgeng tan owah gingsir). Guru Sejati adalah proyeksi dari rahsa/rasa/sirr yang merupakan rahsa/sirr yang sumbernya adalah kehendak Tuhan; terminologi Jawa menyebutnya sebagai Rasa Sejati. Dengan kata lain rasa sejati sebagai proyeksi atas “rahsaning” Tuhan (sirrullah). Sehingga tak diragukan lagi bila peranan Guru Sejati akan “mewarnai” energi hidup atau roh menjadi energi suci (roh suci/ruhul kuddus). Roh kudus/roh al quds/sukma sejati, telah mendapat “petunjuk” Tuhan –dalam konteks ini hakikat rasa sejati– maka peranan roh tersebut tidak lain sebagai “utusan Tuhan”. Jiwa, hawa atau nafs yang telah diperkuat dengan sukma sejati atau dalam terminologi Arab disebut ruh al quds. Disebut juga sebagai an-nafs an-natiqah, dalam terminologi Arab juga disebut sebagai an-nafs al-muthmainah, adalah sebagai “penasihat spiritual” bagi jiwa/nafs/hawa. Jiwa perlu di dampingi oleh Guru Sejati karena ia dapat dikalahkan oleh nafsu yang berasal dari jasad/raga/organ tubuh  manusia. Jiwa yang ditundukkan oleh nafsu hanya akan merubah karakternya menjadi jahat.
Menurut  ngelmu Kejawen, ilmu seseorang dikatakan sudah mencapai puncaknya apabila sudah bisa menemui wujud Guru Sejati. Guru Sejati benar-benar bisa mewujud dalam bentuk “halus”,  wujudnya mirip dengan diri kita sendiri. Mungkin sebagian pembaca yang budiman ada yang secara sengaja atau tidak pernah menyaksikan,   berdialog, atau sekedar melihat diri sendiri tampak menjelma menjadi dua, seperti melihat cermin. Itulah Guru Sejati anda. Atau bagi yang dapat meraga sukma, maka akan melihat kembarannya yang mirip sukma atau badan halusnya sendiri. Wujud kembaran (berbeda dengan konsep sedulur kembar) itu lah entitas Guru Sejati. Karena Guru Sejati memiliki sifat hakekat Tuhan, maka segala nasehatnya akan tepat dan benar adanya. Tidak akan menyesatkan. Oleh sebab itu bagi yang dapat bertemu Guru Sejati, saran dan nasehatnya layak diikuti. Bagi yang belum bisa bertemu Guru Sejati, anda jangan pesimis, sebab Guru Sejati akan selalu mengirim pesan-pesan berupa sinyal dan getaran melalui Hati Nurani anda. Maka anda dapat mencermati suara hati nurani anda sendiri untuk memperoleh petunjuk penting bagi permasalahan yang anda hadapi.
Namun permasalahannya, jika kita kurang mengasah ketajaman batin, sulit untuk membedakan apakah yang kita rasakan merupakan kehendak hati nurani (kareping rahsa) ataukah kemauan hati atau hawa nafsu (rahsaning karep). Artinya, Guru Sejati menggerakkan suara hati nurani yang diidentifikasi pula sebagai kareping rahsa atau kehendak rasa (petunjuk Tuhan) sedangkan hawa nafsu tidak lain merupakan rahsaning karep atau rasanya keinginan.
Sarat utama kita bertemu dengan Guru Sejati kita adalah dengan laku prihatin; yakni selalu mengolah rahsa, mesu budi, maladihening, mengolah batin dengan cara membersihkan hati dari hawa nafsu, dan  menjaga kesucian jiwa dan raga. Sebab orang yang dapat bertemu langsung dengan Guru Sejati nya sendiri, hanyalah orang-orang yang terpilih dan pinilih.

SEDULUR; PAPAT KEBLAT, LIMA PANCER
Atau Keblat Papat,Lima Pancer, di lain sisi diartikan juga sebagai kesadaran mikrokosmos. Dalam diri manusia (inner world) sedulur papat sebagai perlambang empat unsur badan manusia yang mengiringi seseorang sejak dilahirkan di muka bumi.  Sebelum bayi lahir akan didahului oleh keluarnya air ketuban atau air kawah. Setelah bayi keluar dari rahim ibu, akan segera disusul oleh plasenta atau ari-ari. Sewaktu bayi lahir juga disertai keluarnya darah dan  daging. Maka sedulur papat terdiri dari unsur kawah sebagai kakak, ari-ari sebagai adik, dan darah-daging sebagai dulur kembarnya. Jika ke-empat unsur disatukan maka jadilah jasad, yang kemudian dihidupkan oleh roh sebagai unsur kelima yakni pancer. Konsepsi tersebut kemudian dihubungkan dengan hakekat doa; dalam pandangan Jawa doa merupakan niat atau kebulatan tekad yang harus melibatkan unsur semua unsur raga dan jiwa secara kompak. Maka untuk mengawali suatu pekerjaan disebut dibutuhkan sikap amateg aji (niat ingsun) atau artikulasi kemantaban niat dalam mengawali segala sesuatu kegiatan/rencana/usaha).  Itulah alasan mengapa dalam tradisi Jawa untuk mengawali suatu pekerjaan berat  maupun ringan diawali dengan mengucap; kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang lahir nunggal sedino lan kadhangku kang lahir nunggal sewengi, sedulurku papat kiblat, kelimo pancer…ewang-ewangono aku..saperlu ono gawe ….

MENGOLAH GURU SEJATI
Guru Sejati yakni rahsa sejati; meretas ke dalam sukma sejati, atau sukma suci, kira-kira sepadan dengan makna roh kudus (ruhul kudus/ruh al quds). Kita mendayagunakan Guru Sejati kita dengan cara mengarahkan kekuatan metafisik sedulur papat (dalam lingkup mikrokosmos)  untuk selalu waspada dan jangan sampai tunduk oleh hawa nafsu. Bersamaan menyatukan kekuatan mikrokosmos dengan kekuatan makrokosmos yakni papat keblat alam semesta yang berupa energi alam dari empat arah mata angin, lantas melebur ke dalam kekuatan pancer yang bersifat transenden (Tuhan Yang Mahakuasa). Setiap orang bisa bertemu Guru Sejatinya, dengan syarat kita dapat menguasai hawa nafsu negatif; nafsu lauwamah (nafsu serakah; makan, minum, kebutuhan ragawi), amarah (nafsu angkara murka), supiyah (mengejar kenikmatan duniawi) dan mengapai nafsu positif dalam sukma sejati (al mutmainah). Sehingga jasad dan nafs/hawa nafsu lah yang harus mengikuti kehendak sukma sejati untuk menyamakan frekuensinya dengan gelombang Yang Maha Suci. Sukma menjadi suci tatkala sukma kita sesuai dengan karakter dan sifat hakekat gelombang Dzat Yang Maha Suci, yang telah meretas ke dalam sifat hakekat Guru Sejati. Yakni sifat-sifat Sang Khaliq yang (minimal) meliputi 20 sifat. Peleburan ini dalam terminologi Jawa disebut manunggaling kawula-Gusti.

Tradisi Jawa mengajarkan tatacara membangun sukma sejati dengan cara ‘manunggaling kawula Gusti’ atau penyatuan/penyamaan sifat hakikat makhluk dengan Sang Pencipta (wahdatul wujud). Sebagaimana makna warangka manjing curiga; manusia masuk kedalam diri “Tuhan”, ibarat Arya Sena masuk kedalam tubuh Dewaruci. Atau sebaliknya, Tuhan menitis ke dalam diri manusia; curigo manjing warongko, laksana Dewa Wishnu menitis ke dalam diri Prabu Kreshna.
Sebagai upaya manunggaling kawula gusti, segenap upaya awal dapat dilakukan seperti melalui ritual mesu budi, maladihening, tarak brata, tapa brata, puja brata, bangun di dalam tidur, sembahyang di dalam bekerja. Tujuannya agar supaya mencapai tataran hakekat yakni dengan meninggalkan nafsul lauwamah, amarah, supiyah, dan menggapai nafsul mutmainah. Kejawen mengajarkan bahwa sepanjang hidup manusia hendaknya laksana berada dalam “bulan suci Ramadhan”. Artinya, semangat dan kegigihan melakukan kebaikan, membelenggu setan (hawa nafsu) hendaknya dilakukan sepanjang hidupnya, jangan hanya sebulan dalam setahun. Selesai puasa lantas lepas kendali lagi. Pencapaian hidup manusia pada tataran tarekat dan hakikat secara intensif akan mendapat hadiah berupa kesucian ilmu makrifat. Suatu saat nanti, jika Tuhan telah menetapkan kehendakNya, manusia dapat ‘menyelam’ ke dalam tataran tertinggi yakni makna kodratullah. Yakni substansi dari manunggaling kawula gusti sebagai ajaran paling mendasar dalam ilmu Kejawen khususnya dalam anasir ajaran Syeh Siti Jenar. Manunggling Kawula Gusti = bersatunya Dzat Pencipta ke dalam diri mahluk. Pancaran Dzat telah bersemayan menerangi ke dalam Guru Sejati, sukma sejati.

TANDA PENCAPAIAN SPIRITUALITAS TINGGI
Keberhasilan mengolah Guru Sejati, tatarannya akan dapat dicapai apabila kita sudah benar-benar ‘lepas’ dari basyor atau raga/tubuh. Yakni jiwa yang telah merdeka dari penjajahan jasad. Bukan berarti kita harus meninggalkan segala kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi, itu salah besar !! Sebaliknya, kehidupan duniawi menjadi modal atau bekal utama meraih kemuliaan baik di dunia maupun kelak setelah ajal tiba. Maka seluruh kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi sudah tidak dicemari oleh hawa nafsu. Kebaikan yang dilakukan tidak didasari “pamrih”; sekalipun dengan mengharap-harap iming-iming pahala-surga, atau takut ancaman dosa-neraka. Melainkan kesadaran makrokosmos dan mikrokosmos akan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan, hendaklah memposisikan diri bukan sebagai seteruNya, tetapi sebagai “sekutuNya”, sepadan dan merasuk ke dalam gelombang Ilahiah. Kesadaran spiritual bahwa kemuliaan hidup kita apabila kita dapat bermanfaat untuk kebaikan bagi sesama tanpa membeda-bedakan masalah sara. Orang yang memiliki kesadaran demikian, hakekat kehendaknya merupakan kehendak Tuhan. Apa yang dikatakan menjadi terwujud, setiap doa akan terkabul. Ucapannya diumpamakan “idu geni” (ludah api) yang diucapkan pasti terwujud. Kalimatnya menjadi “Sabda Pendita Ratu”, selalu menjadi kenyataan.
Selain itu, tataran tinggi pencapaian “ilmu batin/spiritual” dapat ditandai apabila kita dapat menjumpai wujud “diri” kita sendiri, yang tidak lain adalah Guru Sejati kita. Lebih dari itu, kita dapat berdialog dengan Guru Sejati untuk mendengarkan nasehat-nasehatnya, petuah dan petunjuknya. Guru sejati berperan sebagai “mursyid” yang tidak akan pernah  bicara omong kosong dan sesat, sebab Guru Sejati sejatinya adalah pancaran dari gelombang Yang Maha Suci. Di sana lah, kita sudah dekat dengan relung ’sastra jendra hayuning rat’ yakni ilmu linuwih, “ibu” dari dari segala macam ilmu,  karena mata (batin) kita akan melihat apa-apa yang menjadi rahasia alam semesta,  sekalipun tertutup oleh pandangan visual manusia maupun teknologi.
Tanda-tanda pencapaian itu antara lain, kadang seseorang diizinkan Tuhan untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang, melalui vision, mimpi, maupun getaran hati nurani. Semua itu dapat merupakan petunjuk Tuhan. Maka tidak aneh apabila di masa silam nenek moyang kita, para leluhur bumi nusantara yang memperoleh kawaskitan, kemudian menuangkannya dalam berbagai karya sastra kuno berupa; suluk, serat, dan jangka atau ramalan (prediksi). Jangka atau prediksi diterima oleh budaya Jawa sebagai anugerah besar dari Tuhan, terkadang dianggap sebagai peringatan Tuhan, agar supaya manusia dapat mengkoreksi diri, hati-hati, selalu eling-waspadha dan melakukan langkah antisipasi.

PENTINGKAH GURU SEJATI ?
Peran Guru Sejati sudah jelas saya paparkan di awal pembahasan ini. Namun demikian perlu kami kemukakan betapa pentingnya Guru Sejati dalam kehidupan kita yang penuh ranjau ini. Perahu kehidupan kita berlabuh dalam samudra kehidupan yang penuh dengan marabahaya. Kita harus selalu eling dan waspadha, sebab setiap saat kemungkinan terburuk dapat menimpa siapa saja yang lengah. Guru Sejati akan selalu memberi peringatan kepada kita akan marabahaya yang mengancam diri kita. Guru Sejati akan mengarahkan kita agar terhindar dari malapetaka, dan bagaimana jalan keluar harus ditempuh. Karena Guru Sejati merupakan entitas zat atau energi kebaikan dari pancaran cahaya Illahi, maka Guru Sejati memiliki kewaskitaan luarbiasa. Guru Sejati sangat cermat mengidentifikasi masalah, dan memiliki ketepatan tinggi dalam mengambil keputusan dan jalan keluar. Biasanya Guru Sejati “bekerja” secara preventif antisipatif, membimbing kita agar supaya tidak melangkah menuju kepada hal-hal yang akan berujung pada kesengsaraan, malapetaka, atau musibah.

ANASIR ASING
Konsep tentang guru sejati sebagaimana ajaran Jawa, dapat ditelusuri melalui konsep sedulur papat lima pancer, dalam konsep pewayangan yang makna dan hakikatnya dapat dipelajari sebagaimana tokoh dalam Pendawa Lima (lihat dalam tulisan Pusaka Kalimasadha). Namun demikian, dalam perjalanannya mengalami pasang surut dan proses dialektika dengan anasir asing yakni; Hindu, Budha, Arab. Leluhur bangsa kita memiliki karakter selalu positif thinking, toleransi tinggi, andap asor. Sehingga nenek moyang kita, para leluhur yang masih peduli dengan kearifan lokal, secara arif dan bijaksana mereka tampil sebagai penyelaras sekaligus cagar kebudayaan Jawa. Setelah Islam masuk ke Nusantara, ajaran Kejawen mendapat anasir Arab dan terjadi sinkretisme, sedulur papat keblat kemudian diartikan pula sebagai empat macam nafsu manusia yakni nafsu lauwamah (biologis), amarah (angkara murka), supiyah (kenikmatan/birahi/psikologis), dan mutmainah (kemurnian dan kejujuran). Sedangkan ke lima yakni pancer diwujudkan dalam dimensi nafsu mulhimah (sebagai pengendali utama atau tali suh atas keempat nafsu sebelumnya. Konvergensi antara Kejawen dengan tradisi Arab disusunlah klasifikasi sifat-sifat nafsu jasadiah di atas dengan diaplikasikan ke dalam lambang aslinya yakni tokoh wayang; 1. Lauwamah = Dosomuko, 2. Amarah = Kumbokarno, 3. Supiyah = Sarpo Kenoko, 4. Mutma’inah = Gunawan Wibisono.
Tulisan ini saya persembahkan kepada seluruh pembaca yang budiman sebagai penambah referensi dan informasi untuk generasi bangsa. Karena kita sadari sulitnya mendapatkan referensi sehingga seringkali dalam beberapa pembahasan maknanya menjadi salah kaprah. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi siapapun, walau sedikit dan masih banyak kekurangan di sana-sini.
KESEJATIAN

Tuhan mengingatkan bahwa sebelum mengenal Dia (Tuhan) maka manusia diminta untuk memahami “Aku” nya sendiri sebagai sarana atau jalan untuk menuju pengenalan AKU-TUHAN? Itu karena dalam “Aku” termuat rahasia AKU-NYA.
Pembahasan tentang pengenalan diri ini adalah kunci jalan spiritual. Sehingga menyelami kesadaran diri yang sebenarnya, dan mengenali hakikat ruh yang biasa menyebut dirinya “Aku” adalah cukup penting dan menjadi bangunan suci ibadah hidup manusia. Saya tidak akan lagi bicara soal dalil-dalil. Ibaratnya kita melakukan shalat, kita tidak lagi butuh dalil, akan tetapi kita tinggal memasuki keadaan shalat yang sebenarnya. Diskusi kita sudah selesai dalam hal hukum-hukum kebenaran Tuhan.
Perenungan tentang hakikat ruh ini mau tidak mau membawa kita pada khasanah filsafat manusia. Namun tidak perlu kita masuki terlalu dalam wacana filsafat apa hakekat manusia sesungguhnya. Yang jelas, bahwa manusia adalah makhluk sempurna yang telah diberi mandat untuk menjadi wakil Tuhan di muka bumi.
Selain unsur biologis fisik yang sangat kompleks mulai dari kaki hingga otak, susunan dalam mental dan kerohaniannya terdapat sifat yang tertinggi meskipun masih terdapat daya kemauan yaitu KEKUATAN SANG “AKU”, yang merupakan KEKUATAN yang diterima dari Yang Maha Mutlak.
Tubuh biologis dan mental keinginan nafsu adalah milik manusia. Namun bukan manusia itu sendiri. Sebelum manusia (”Aku”) dapat menguasai atau mengalahkan atau mengarahkan benda yang menjadi miliknya terlebih dahulu ia harus menyadari dirinya secara benar. Ia harus dapat membedakan mana yang merupakan Aku dan mana yang merupakan milik Aku, dapat membedakan mana yang Aku dan mana yang bukan Aku.
Yang harus disadari: SANG AKU BERSIFAT ABADI – TIDAK BISA MATI -TIDAK BISA RUSAK. AKU MEMILIKI KEKUASAAN, KEBIJAKSANAAN DAN KENYATAAN. AKU INILAH YANG AKAN KEMBALI POSISI ASALNYA: SESUNGGUHNYA AKU ADALAH BERASAL DARI ALLAH DAN KEPADA-NYA-LAH AKU KEMBALI….
Orang modern yang sejak lahir hingga dewasa selalu hidup dan mengarahkan dirinya dalam kesemestaan benda-benda material beranggapan bahwa rasa keakuan mereka hanya merupakan kesadaran mengenai nafsu badani pemenuhan keinginan, pemuasan kesenangan, memperoleh kenyamanan bagi dirinya. Bagian bawah dari batin naluri merupakan tempat rasa keakuan orang-orang primitif. Bila seorang primitif mengatakan “Aku”, maka yang dimaksud adalah badannya. Badan ini mempunyai perasaan, keinginan dan nafsu. Mereka menggunakan daya pikirnya guna memenuhi nafsu dan keinginan fisiknya, padahal mereka sebenarnya hidup dalam tingkat batin naluri.
Setelah menyadari ketololannya dan beranjak tua, manusia harusnya semakin tinggi pendakian spiritualnya. Mulailah ia mempunyai konsep tentang Aku nya yang lebih lengkap. Bila ia mulai menggunakan akalnya, maka ia pindah dari tingkat batin naluri ke tingkat batin mental. Ia mulai merasakan bahwa batinnya adalah lebih nyata bagi dirinya dari pada badannya, bahkan kadang ia melupakan badannya bila sedang terbenam dalam pemikiran secara serius.
Setelah kesadaran orang meningkat yaitu kesadarannya berpindah dari tingkat mental ke tingkat kerohanian ia menyadari bahwa “Aku” yang sebenarnya adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada pikiran, perasaan dan badan fisiknya, bahwa semuanya ini dapat digunakan sebagai alat saja. Hingga akhirnya orang benar-benar merasakan sebagai Aku yang sebenarnya (AKU SEJATI).
Berikut cara mengembangkan atau membangkitkan kesadaran Aku yang fitrah. Ini merupakan latihan yang harus disadari, sebab kita tidak akan bisa melakukan pendekatan kepada Allah kalau tidak menyadari hakekat diri yang hakiki. Kesadaran “Aku” ini merupakan langkah pertama pada jalan menuju mendapatkan PENCERAHAN yang merupakan realisasi hubungan Aku dengan Yang Maha Agung.
Monggo praktekkan latihan ini di berbagai tahapan perjalanan sampai memperoleh penerangan jiwa.
MENEMUKAN AKU SEJATI
Carilah tempat atau ruangan, yang terbebas dari gangguan, agar batin anda merasa aman dan tenang. Anda boleh duduk, berbaring, maupun berdiri yang enak agar anda dapat mengendorkan otot-otot dan membebaskan ketegangan syaraf. Lepaskan ketegangan dan biarkan otot-otot menjadi lemas, sampai terasa tenang dan damai meresapi seluruh tubuh. Istirahatkan badan dan pasrahkan seluruh jiwa raga. Atau lakukanlah dengan posisi berdiri, hal ini dilakukan untuk menghindari mudah terlena dan tertidur …
Setelah berpengalaman hendaknya mampu melakukan pengendoran badan dan menenangkan pikiran dimana pun dan kapanpun anda memerlukannya. Ingat bahwa keadaan dzikir harus berada di bawah penguasaan kemauan yang keras. Di dalam melakukan praktek dzikir harus diterapkan pada waktu yang tepat dan atas kemauan sendiri. SADARI BAHWA AKU ADALAH HAKIKI NYA MANUSIA YANG TIDAK PERNAH TIDUR – TIDAK MATI – ABADI, …SELALU SADAR TIDAK PERNAH MENGALAMI SEDIH DAN TAKUT … AKU SANG ROH SUCI (FITRAH) YANG MAMPU MENEMBUS ALAM MIMPI, ALAM MALAKUT DAN ALAM ULUHIYAH…
Sekarang anda memasuki tahapan yang menyebabkan Aku merasa sebagai makhluk mental. Kalau anda memejamkan mata anda akan merasakan dan bisa membedakan mana Aku yang sebenarnya … disitu ada aku yang memperhatikan sensasi badan, seperti misalnya : lapar, haus, sakit, sensasi yang menyenangkan, kesedihan. Anda akan merasakan ternyata bukan aku sebenarnya yang lapar, sakit dan sedih, akan tetapi itu adalah sensasi badan yang dimiliki oleh sang Aku. Aku sejati mengatasi semua itu tadi…
MUlai sekarang, melepaskan diri dari yang bukan hakiki, agar tidak diombang-ambingkan oleh tubuh anda sendiri. Sadari AKU ADALAH YANG MENGUASAI PERASAAN DAN PIKIRAN, JADILAH TUAN ATAS DIRI ANDA … keluarlah anda seperti melepaskan baju, lalu tinggalkan dan jangan anda memikirkan semuanya itu. Karena badan anda mempunyai batin naluri yang akan bergerak menurut fungsinya. Perhatikan saat anda tidur … Aku anda meninggalkan tubuh anda tanpa harus memikirkan bagaimana nantinya badanku, kenyataannya tubuh bekerja menurut yang dikehendaki oleh nalurinya sendiri.
SADARKAN SANG AKU. HUBUNGKAN DENGAN DZAT YANG MAHA MUTLAK …HADIRLAH DIHADAPAN-NYA SEBAGAIMANA KESAKSIAN AKU DIALAM `AZALI…PANGGILLAH …PENUH SANTUN YA ALLAH … YA ALLAH … TUNDUKKAN JIWA ANDA DENGAN HORMAT … DAN DATANGLAH KEHADIRAT-NYA DENGAN TERUS MEMANGGIL YA ALLAH …YA ALLAH … TIMBULKAN RASA CINTA YANG DALAM …HADIRLAH TERUS DALAM DZIKIR … BIARKAN SENSASI PIKIRAN DAN PERASAAN MELAYANG-LAYANG …SADARKAN DAN KEMBALIKAN BAHWA AKU BUKAN ITU SEMUA … AKU ADALAH YANG MENYAKSIKAN SEMUANYA … BERSAKSILAH DENGAN MENGUCAPKAN DUA KALIMAT SYAHADAT … SAMPAIKAN DO’A SALAWAT UNTUK RASULULLAH .DAN KELUARGANYA. TERUSKAN AKU MELAYANG MENEMBUS SEMUA ALAM-ALAM YANG MENGHALANGI, BIARKAN AKU BERJALAN MENUJU YANG MAHA TAK TERHINGGA
SUKMA SEJATI
Sebenarnya Sukma sejati, sukma jati, guru sejati atau guru murshid sama saja…cuma sebutannya saja yang berbeda…..ada juga yang menyebutnya dengan Nur Muhammad yang disebut Ruh idhlafi yang merupakan Hakikat Sukma dan ini merupakan kehendak dari Dzat Yang Maha Suci.

Nur Muhammad adalah hakikat sukma yang diakui keadaan Dzat dan merupakan perbuatan Atma dan menjadi Wahana dalam Alam Arwah ( Martabat 7 ) dan dari Nur Muhammad inilah yang menimbulkan Unsur-unsur Kehidupan yang menjadi Asal muasal Kehidupan.

Sukma sejati adanya pada kedalaman pribadi yang di pegang oleh Sang Pribadi…..melalui proses pengenalan diri sendiri maka muncullah cermin memalukan yang memberikan kenyataan kesadaran bahwa kotornya diri kita dan melalui proses selanjutnya maka kita bisa mulai mencari dan menemukan Sang Sukma sejati atau Adam Makna ……sama saja.
Dan dalam proses menemukan yang di butuhkan adalah totalitas Kesadaran, Keikhlasan, Ketulusan dan Kebulatan Tekad hanya untuk MencintaiNya seutuhnya ……tanpa ketakutan akan neraka atau keinginan akan sorga….yang ada hanya Dia.

Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma.
Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma ( sukma sejati ) melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad.
Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar nalar.

Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma.
Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan Penguasa Sukma ( sukma sejati ) melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad.
Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita melakukan sesuatu di luar nalar.

Kenapa saya sebut sebuah perjalanan.
Karena ini semua harus kita jalani sendiri, dengan mulai dari sebuah keraguan, pencarian, penemuan, pemahaman, kesadaran dan penyatuan…..dalam sebuah cinta kasih yang tulus, dengan pengorbanan yang tak terkira untuk sampai kesana…untuk sampai ke pantai dan melihat samudera…untuk melihat dimana semua sungai bermuara   (  kembali ).
Seperti Bima bertemu Dewa Ruci.
Bagaimana pertama kali kita akan dihadang oleh nafsu 4 perkara…..mula-mula sinar lutam, sinar merah, sinar kuning, sinar putih.
Berakhirnya perjalanan ….Pada zaman karamatullah kelak, waktunya maqamijabah, yakni terkabulnya segala sesuatu, segala apa yang dikehendaki terlaksana, karena lenyapnya Mutdah yang merupakan Dzat hamba, tinggallah Wajah yaitu Dzat Tuhan yang bersifat kekal.

Menuju cinta sejati …..adalah sebuah perjalanan yang penuh pengorbanan, saat hidup di kuasai rahsa maka nafsu menguasai jiwa, dan kita tidak akan mendapatkan atau menemukan apa-apa semuanya hanya semua, tidak abadi dan kekal.
Betul sekali bahwa ortu, anak istri…dan semua yang kita dengar, lihat, rasa, endus…semuanya hanyalah pinjaman dan akhirnya toh harus kembali ke asal….itulah yang dinamakan Kesadaran…
Jalan bertemu suksma sejati……adalah dengan menemukan Kesadaran dengan membersihkan jiwa, mengendalikan nafsu 4 menembus 3 cahaya akhir … pertama ; ikhlas, kedua ; rela pada hukum kepastian Allah, ketiga ; agar merasa tidak memiliki apa-apa, keempat ; harap berserah diri pada kehendak Allah Taala …. tidak ada yg menyerupainya ….kecuali anda tahu tempatnya, disinilah kadang di perlukan pembimbing…karena kadang banyak yang serupa atau menyerupai…tapi bukanlah yg sebenarnya.

Dalam Kehidupan ini faktor yang sering dilupakan kita sebagai manusia yang kadang mentang-mentang sebagai khalifah ( pemimpin ) dan merupakan Tajali ( perwujudan ) dari Sang Maha Sempurna, adalah dari mana kita ” berasal ” dan bagaimana kita ” kembali ke asal “.
Sehingga kadang kita melupakan bahwa bahwa kita terdiri dari 2 bagian…..yaitu yg bernama “Jasad” ( raga )dan “Ruh” ( jiwa )……dan dalam menempuh hidup dan kehidupan, biasanya kita lebih banyak termakan dogma dari sebuah kehidupan yang mengandalkan atau menampilkan baju dari masing-masing sehingga hakikat atau makna dari dalam bajunya jarang tersentuh.
Bagaimana Jasad atau raga itu adalah sebagai baju dari Ruh atau jiwa….jiwa menemukan raga begitu di dunia…..dahulu disana tiadalah memerlukan baju atau apapun, raga memerlukan makanan, minuman dan kebutuhan lainnya untuk bertahan di dunia, sedangkan jiwa merindukan tempatnya yang dahulu, dimana tidak memerlukan apapun di alam adam makdum…..
Bagaimana sebuah raga begitu memerlukan perjuangan untuk bertahan hidup di dunia sehingga akhirnya kadang berbenturan dengan keinginan ruh yang tidak merindukan apa-apa, tetapi ruh tanpa raga adalah bukan siapa-siapa karena Keagungan Perwujudan Dzatullah tidak akan terlihat.
Demi menjaga keseimbangan haruslah kita mempertimbangkan tentang keduanya…… bagaimana begitu kita berwujud sudah berbekal 4 nafsu inti, lawwammah, amarah, sufian dan muthmainah, yg apabila bicara seharusnya……harusnya adalah kita harus mematikan dalam wacana mematikan nafsu 4 perkara :Mati nafsunya, setiap nafsu akan merasakan maut. Mati rohnya, maksudnya yang hilang rahsanya. Mati ilmunya, maksudnya yang mati atau yang berjurang imannya. Mati hatinya, maksudnya yang mati ucapannya dengan lisan.
Dan yang melandasi hukumnya adalah ; Jalan untuk kesempurnaan Pati itu adalah Hidayatullah yang menandakan tempat yang telah diatur, serta hakikat hidup yang berada pada manusia. Kedudukan Pati petunjuk Allah taala, selamat dalam keadaan jati maksudnya bijaksana terhadap kesempurnaan sangkan paran. Bertemunya Pati itu tawakal maksudnya berserah diri kepada Allah taala, adapun bertemunya apti itu iradat Allah. Perkara Pati perbuatan Allah maksudnya merapakan kesempurnaan Dza yang bersifat Esa.

Janganlah kita terpaku pada sebuah nama atau sebutan…..karena pasti akan menimbulkan perbedaan bahkan kekacauan dan berujung kehancuran.
Dalam khasanah jawa disebut sukma sejati dan sejatining sukma, dalam khasanah islam disebut ruh idhafi atau nur muhammad atau ruh al quds ( ruh suci ), dalam nasrani di sebut ruh kudus, dalam hindhu atma.

Dalam perjalanannya kenapa disebut guru sejati atau guru mushid…..adalah pada saat kita mencari sesuatu yang murni atau sejati, abadi…..bahwa kita harus menyadari bahwa DzatNya ada pada sifat hidup kita dan yang pantas kita jadikan guru adalah hanya itu…..bukan yang lain yang sama dengan kita yang akan menjadi tanah lagi atau bahkan dari bangsa dilura manusia.

Dalam khasanah yang berbeda keberadaan sukma sejati tidak bisa dilepaskan dari asal mula Tuhan menciptakan Ruh suci ini dalam bentuk makhluk untuk meneruskan penzhahiran yang [paling sempurna dalam peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi. Dan Tuhan menhendaki ruh itu turun ke alam fana ini di peringkat paling rendah, yaitu alam Ajsam ( alam kokret )…..yang tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada Ruh suci itu dan untuk mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada Tuhan.
Dan dalam perjalanannya …dari tingkatyang paling tinggi sampai ke tingkat paling rendah , ruh suci menempuh berbagai alam atau peringkat….mulai dari semula turun ke peringkat Akal Semesta atau Kesatuan atau Hakikat Muhammad.
Dan Ruh suci ini dihantarkan ke tempat yang paling rendah agar ia mencari jalan ke asalnya yaitu berpadu atau berdampingan denagn Tuhan seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu. Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini, wajar bila ia menanam benih rasa kesatuan dan keesaan, dan ia akan berusaha menyuburkan rasa berpadu dan berdampingan dengan Tuhan yang menciptakannya.
Dalam bumi hati itu ruh suci menanam benih keyakinan yang telah dibekalkan kepadanya oleh Tuhan dari alam Maha Tinggi dan benih itu diharapkan menjadi pokok keyakinan yang akan menghasilkan buah-buahan yang rasanya kelak akan membawa Ruh itu kembali naikke tingkat demi tingkat hingga sampai ke hadirat Tuhan.

Penciptaan badan agar sukma sejati ( ruh ) dapat masuk dan menetap didalamnya, dan setiap ruh mempunyai nama tersendiri, dan Tuhan menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan ruh manusia diantara daging dan darah, dan meletakkan ruh suci ditengah hati manusia suatu ruang yang indah dan halus untuk menyimpan rahasia antara Tuhan dan hambaNya.
Ruh-ruh itu berdiam diberbagai bagian anggota badan dengan tugas masing-masing. Keberadaannya seolah-olah berlaku sebagai pembeli dan penjual bermacam barang yang mendatangkan berbagai hasil. Perniagaan semacam inilah yang mendatangkan bentuk rahmat dan berkat dari Tuhan.
Seharusnya manusia mengetahui kebutuhan dalam ruhaninya masing-masing, seharusnya tidak mengubah apa yang sudah ditetapkan atau ditakdirkan Tuhan kepadanya.
Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap insan manusia, tempat yang berhubungan dengan panca indera ini bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalah syariat…..karena dengan ini Tuhan mengatur keharmonisan alam nyata. Ruh tidak pernah mengingkari perintah Tuhan, tidak mengatakan tindakannya itu sebagai tindakannya sendiri, tetapi lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Tuhan.
Tuhan memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang memiliki ruhani yang tinggi pula ; pertama, kemampuan melihat bukti-bukti wujud keberadaan Tuhan didunia yang manifestasikan dalam sifat-sifat Tuhan, kedua…kemampuan melihat hal yang jamak dalam sesuatu yang tunggal dan sebaliknya dimata orang awam, ketiga…kemampuan melihat hakikat dibalik alam nyata dan keempat…perasaan dekat dengan Tuhan….inilah ganjaran karena keikhlasan dan ketulusan mencintaiNya dan berbuat semata-mata karena Dia.
Namun inipun masih berkaitan dengan alam kebendaan, begitu pula hal2 yang dianggap luar biasa oleh sebagian orang seperti berjalan diatas air, terbang diudara, mendengar suara2 gaib, membaca sesuatu yang berada dibenak orang lain, dll…ini masih berpijak pada kebendaan atau alam nyata.

Hendaknya dalam beramal shalih manusia tidak seperti “Pedagang” …yang selalu dalam melakukan sesuatu haruslah ada untungnya, apalagi ini dengan Tuhan.

Ruh dalam Hati
Hati adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang mengulas tentang gerakan hati disebut ilmu thariqah. Kerjanya berkaitan dengan 4 nama Allah. Sebagaimana dengan 12 nama Dzat…4 nama ini tidak berhuruf dan tidak berbunyi, sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan.
Pada setiap peringkat ( dari 4 tingkatan ) yang dilalui oleh ruh terdapat 3 buah nama yang berbeda. Dan dengan cara ini Tuhan dapat memegang hati kekasihNya yang sedang dalam perjalanan cinta menuju kepadaNya.

Ada 7 titik, yang 3 merupakan titik inti dan yang 4 adalah pendamping dan apabila diolah nantinya akan akan berhubungan dengan 9 lubang di badan kita.
Cara pengolahannya ada beberapa cara ;
1. Dengan berpuasa lahir dan batin, bukan berpuasa hanya puasa lahir tapi batin juga karena lahir hanya menggembleng lahir saja (jasmani ), tetapi batin akan meggembleng lahir dan batin.
2. Meditasi, dengan pengolahan nafas secara benar dan teratur, kontinyu, karena nafas adalah tali jiwa.
3. Dengan adanya pembukaan titik melalui orang lain yang bisa membukanya…..tetapi biasanya ini kurang membuat kita lebih matang dan kurang bisa mengolahnya dengan baik nantinya….karena kendala setelah itu akan banyak.

Dalam islam, kalimat La ilaaha illallaah itu melahirkan 12 nama Allah, setiap nama tercantum pada setiap hurufyang menyusun kalimat tersebut. Dan Allah akan memeberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemajuan hati seseorang itu.
1. Lailaha illallaah : Tiada Ilah kecuali Allah
2. Allah : Nama Dzat
3. Huwa : Dia
4. Al-Haqq : Yang Benar
5. Al-Hayy : Yang Hidup
6. Al- Qayyum : Yang berdiri sendiri kepadaNya segala sesuatu bergantung
7. Al-Qahar : Yang Maha Berkuasa dan Perkasa
8. Al-Wahab : Yang Maha Pemberi
9. Al-Fattah : Yang Maha Pembuka
10. Al-Wahid : Yang Satu
11. Al-Ahad : Yang Maha Esa
12. As-Shamad : Sumber, puncak segala sesuatu
Hati adalah tempat bergeraknya ruh dan ruh selalu memandang ke alam ‘ Malakut’ yang identik dengan kebaikan, dan dialam ini ruh dapat melihat surga alam malakut beserta para penghuninya, cahaya, dan para malaikat yang ada didalamnya.
Dan dialam inilah ruh ruh bergerak dan melakukan percakapan-percakapan tanpa kata dan suara, dan dalam percakapan itu pikiran akan selalu berputarmencari rahasia-rahasia atau makna dalam batin.
Ruha yang bergerak akan melalui berbagai tingkatan dalam perjalanannya. Dan tempat ruh yang telah mencapai tingkatan tinggi adalah di tengah hati, yaitu Hati bagi Hati.

Yang sangat berhubungan dengan Sukma Sejati adalah bagaimana kita mengetahui dan memahami tentang “Rasa Sejati” …..bagaimana pembentukan rasa sejati adalah sebagai berikut:
Eka Kamandhanu, artinya kandungan berumur satu bulan mulai bersatunya kama laki-laki dan perempuan. Dari detik ke detik, kama tersebut menggumpal dan merajut angan-angan untuk mencipta embrio. Kama tersebut menyatu padu dalam kandungan ibu menjadi benih unggul dan keadaan benih belum begitu kelihatan besar dalam perut ibunya. Saat itu biasanya wajah ibu berseri-seri karena itu sering dinamakan Eka Padmasari artinya sari-sari bunga sedang berkumpul dalam kandungan ibu, dalam keadaan penuh kegembiraan. Pada saat ini hubungan seksual masih diperbolehkan, bahkan dimungkinkan hubungan akan semakin hangat karena kedua pasangan tengah akan menikmati anugerah Tuhan yang sebelumnya telah dinanti-nantikan. Detik keberhasilan hubungan seksual ini akan menjadi spirit hidup sebuah pasangan.
Dwi Panunggal, umur kandungan dua bulan. Pada saati ini juga boleh melakukan hubungan seks. Dalam istilah jawa disebut nyepuh ibarat seorang empu sedang membuat keris, semakin banyak nyepuh artinya menambah kekuatan magis keris, keris akan semakin ampuh. Juga hubungan seks pada waktu hamil muda akan semakin hangat dan menarik kedua pasangan, biasanya seorang wanita pada tahap ini ingin jalan-jalan pagi, ingin plesir ke tempat yang sejuk, indah dan mempesona, karena itu disebut pula dwi amratani, artinya rata kemana-mana, bepergian kemana-mana sebagai ungkapan kesenangan dan juga sambil memikirkan nama yang mungkin akan diberikan kepada anaknya kelak.
Tri Lokamaya, artinya umur benih tiga bulan kandungan, dan benih masih berada dalam alam maya. Benih belum ada roh yang ditiupkan, karena itu suasananya gondar-gandir atau gawat. Jika hubungan seks tidak hati-hati kemungkinan besar benih tadi bisa gugur dan terjadi pendarahan. Maka ada baiknya mengurangi kuantitas hubungan seks, dan menghindari percekcokan atau sering marah-marah, karena secara psikologis akan mengakibatkan benih gugur karena merasa panas, ini artinya hubungan yang harmonis dalam keluarga amat menentukan kondisi benih yang dikandungan. Pada saat ini sikap selalu bersolek diri seseorang pasangan sangat menentukan. Karena itu candra benih tiga bulan sering dinamakan trikawula busana, artinya wanita sudah berpikir masalah pakaian seperti daster, pakaian bayi, dll, hal ini memungkinkan wajah wanita akan lebih berseri-seri bagai bulan purnama dan lebih cantik jelita.
Catur Anggajati, benih berumur empat bulan mulai terbentuk organ-organ tubuh secara lengkap. Benih unggul telah berbentuk manusia. Karena itu telah menghisap sari-sari makanan melalui sang ibu, umur seperti ini juga sudah ditiupkan roh sehingga benih telah hidup, sebagai tandanya sering bergerak. Karena itu hubungan seks yang berlebihan kurang baik pada saat ini, bahkan hubungan seks atas bawah akan berbahaya bagi benih dalam kandungan. Saat ini pula benih mulai merekam denyut hidup kedua pasangan. Karenanya kedua pasangan jangan berbuat hal-hal yang tidak baik atau terjadi penyelewengan akan berbahaya bagi benih bayi tersebut. Candra benih berumur empat bulan disebut catur wanara rukem, artinya tingkah laku ibu akan seperti kera yang sedang diatas pohon rukem, dia mulai nyidam buah-buahan yang asam dengan cara lotisan dan akan sangat aneh-aneh sehingga membutuhkan kesabaran bagi pasangan, kadang kurang wajar. Ia mendapat tambahan otak, karena itu sudah punya keinginan.
Panca Yitmayajati, artinya benih berumur lima bulan, dan benar-benar telah hidup, dan hubungan seks harus dilakukan lebih hati-hati, agar memperhatikan posisi sehingga tidak merugikan benih, dan pasangan harus telah tumbuh keberanian untuk menghadapi resiko lahirnya seorang bayi nanti. Karenanya candra benih berumur lima bulan sering dinamakan panca sura panggah, ada keteguhan dan keberanian menghadapi rintangan apapun ketika pasangan hamil lima bulan, tentu saja dari aspek materi jelas memerlukan persiapan berbagai hal. Mendapatkan tambahan otot mulai bergerak erlahan-lahan.
Sad Lokajati, benih berumur enam bulan semakin besar, karena itu kedua pasangan harus lebih berhati-hati. Karena itu candra benih dinamakan sad guna weweka, artinya mulai bersikap hati-hati dalam bertindak dan bertutur kata, jika diantara pasangan ada yang berbuat kasar, mencaci maki apalagi berbuat keji akan mengakibatkan benih yang dikandung tidak baik, bahkan suami dilarang membunuh binatang karena secara insting benih sudah dapat merekam keadaan sekelilingnya. Mendapatkan tambahan tulang karena itu ia bisa naik turun, jungkir balik.
Sapta Kawasajati, umur benih tujuh bulan telah lengkap semua organ dan cipta, rasa, serta karsa, karena itu apabila ada bayi yang lahir pada umur tujuh bulanpun dimungkinkan. Dalam tradisi jawa sering dilakukan ritual mitoni dengan maksud memohon agar bayi yang akan lahir diberi kelancaran, dan pada waktu ini hubungan seks dilarang sama sekali, kalaupun dilakukan harus diperhatikan secara ekstra hati-hati ( posisi diperhatikan ). Karena candra bayi tuuh bulan adalah sapta kulilawarsa artinya seperti burung yang terguyur air hujan, merasa letih. Lelah, dan sedikit pucat, kurang bergairah dan perlu pengertian dari pasangan. Dan ia memperoleh tambahan rupa, dan mendapat tambahan Kodrat dari Allah Ta’ala sperti rambut, darah dan daging.
Astha Sabdajati, benih berumur delapan bulan biasanya siap lahir, siap menuju dunia besar setelah bertapa dalam kandungan. Bayi hampir weruh padange hawa, ingin menghirup udara dunia yang sesungguhnya. Saat ini hanya timbul sikap pasrah untuk menghadapi perang sabil. Candra bayi adalah astha sacara-cara, artinya terjadi sikap berserah diri dengan cara apapun bayi akan lahir ibunya telah siap sedia bahkan siap berkorban jiwa raga. Manakala bayi umur delapan bulan belum mapan posisinya, tentu sang ibu akan gelisah. Untuk itu ada gugon tuhon juga agar ibu dilarang makan buah yang melintang posisinya, seperti kepel, agar posisi bayi tidak melintang yang akan menyulitkan kelahiran. Calon anak sudah dapat mengoperasikan saudara yang empat, sbb;
Pertama : kakawah ( air ketuban )
Kedua : bungkus
Ketiga : ari-ari
Keempat : darah
Kakawah artinya menjadi pengasih, bungkus menjadi kekuatan, darah menjadi waliyas mati, harus diketahui bahwa Kakawah itu adalah malaikat Jibril, bungkus adalah Mikail, ari-ari adalah Malaikat Israfil, dan darah adalah malaikat Izrail.
Jibril pada kulit, Mikail pada tulang, Israfil pada otot, Izrail pada dagingakhirnya selamatlah sentosa, semua itu tidak kelihatan karena Kodrat Allah.
Nawapurnajati, bayi telah mendekati detik-detik lahir, yaitu sembilan bulan, dan tentu yang tepat sembilan bulan sangat jarang. Pada saat itu memang keadaan bayi dan ibunya sangat lelah, karena itu candra suasana disebut nawa gralupa artinya keaaan sangat lemas, tak berdaya, seperti orang lapar dan dahaga. Apalagi setelah sembilan bulan sepuluh hari dengan candra khusus dasa yaksa mati, artinya seperti raksasa mati terbunuh ksatria-seorang ibu setelah melahirkan bayi. Oleh karena itu hubungan seksual sangat dilarang, paling tidak kurang lebih 40 hari seorang suami harus berpuasa.
Sembilan langkah tersebut diatas di harapkan pasangan suami istri dapat menjalankan sesirik ( prihatin ), ibarat sedang bertapa gaib. Segala tingkah laku akan menjadi cerminan hidup anak yang masih dalam kandungan. Itulah sebabnya sikap dan perilaku dijaga baik-baik dengan tujuan manembah dan karyenak tyasing sesama, maksudnya hubungan vertikal selalu harus terus menerus dan hubungan dengan sesama mahkluk agar jangan sampai berbuat diluar kewajaran. Ada empat yang dianugerahkan Allah Ta’ala dengan KodratNya ;
Pertama : Budi
Kedua : Rahsa
Ketiga : Angan-angan
Keempat : Hidup

KASUNYATAN SEJATI
Hidup ini hakikatnya sejati dan kesempatan untuk berbuat baik maka manfaatkan lah hidup yang sebentar ini,bila nyawa sudah di kerongkongan siapa yang bisa menolong kita selain amal perbuatan kita.kembalikan lah semua hal pada Allah berserah diri lah kita kepada nya karena semua ini adalah milik Nya.
Ma’rifatullah, pada intinya adalah mengenal Allah. Di dalam tasawuf—ada tahap-tahap yang dilalui : Syariat, Tariqat, seterusnya Hakikat, dan terakhir adalah Ma'rifat. Pada puncak inilah seorang hamba mengenal pencipta-NYA. Saking mengenalnya maka seolah berpadu. Orang bilang ini, "manunggaling kawulo gusti". Tapi hendaknya dipahami BERPADU disini tidak berarti melebur menjadi satu hingga muncul “Tuhan adalah Aku, Aku adalah Tuhan” seperti “manunggaling kawulo gusti”-nya Fir’aun beberapa abad sebelum masehi yang lalu.
Berpadu, artinya terdiri dari entitas yang berlainan yang masing-masing punya peran dan fungsi berbeda tetapi rela untuk berpadu. Dalam pada itu keduanya memberi warna dalam bingkai ma’rifatullah yang tegas, yang selama tak dilanggar batas-batasnya maka lukisan itu (hidup dan kehidupan) menjadi indah dalam bingkainya.
Sirkuit Syariat (aturan, peribadatan, praktek, amalan, dsb) –melalui Tariqat (jalan, pencarian, pencapaian, pemahaman) – untuk kemudian mencapai Hakikat (hakiki, kesejatian, absolut) – dan pada akhirnya Ma’rifat (mengenal) adalah stasiun-stasiun yang umum dilewati para sufi. Ujungnya, Allah-nya. Pangkalnya, Allah-nya juga.
Seseorang yang shalatnya benar, rukunnya benar, maka pahamnya benar, maka akan mendapatkan kesejatian yang benar, dan mengenal Allah dengan benar. Hamba yang mengenal Allah dengan benar maka shalatnya pun benar, rukunnya benar, pahamnya benar, dan kesejatian yang didapatinya pun benar.

Itulah Ma’rifatullah, dimana hamba menyadari hak dan kewajibannya kepada Allah, sebagaimana Allah telah memenuhi hak dan kewajiban-NYA kepada hamba-NYA.
Ini semua merupakan siklus yang berulang. Sampai di titik Ma’rifat bukan berarti putus segala hak dan kewajiban hamba kepada-NYA. Sebaliknya, justru semakin menyempurnakan Syariat, Tariqat dan Hakikat, untuk kemudian mencapai titik siklus Ma’rifatullah untuk kesekian kalinya. Persis seperti puncak ombak yang akhirnya turun dan memecah lautan, bergerak, beriak, untuk kemudian menciptakan puncak ombak untuk kesekian kalinya. Jadi proses Syariat-Tariqat-Hakikat-Ma’rifat itu adalah sebuah siklus, tepatnya sirkuit tasawuf.

Siklus atau sirkuit ini harus terus diperbaharui, disempurnakan—berputar, bergerak, untuk/agar tetap “diam, mengikuti, stabil” memadu di dalam “sirkuit harmonisasi universal”. Seorang hamba yang mencapai Ma’rifatullah, bukan berarti saatnya shalatnya berhenti, puasanya cuti, dan seolah kebal dosa. Jika itu yang jadi hasilnya, berarti ia belum Ma’rifatullah, mengenal Allah, hamba menjalani hak dan kewajibannya kepada Allah, sebagaimana Allah telah memenuhi hak dan kewajiban-NYA kepada hamba-NYA. Jadi Ma’rifatullah bukanlah tempat untuk terminate. Justru sebaliknya, shalatnya (syariatnya) semakin tawaddlu karenanya. Semua itu sebagai perwujudan keterpaduan (manunggaling) tadi dimana ia semakin mengerti ada hak dan kewajiban dalam bingkai hubungan Tuhan dan hamba-NYA. Inilah namanya Kasunyatan yg sejati.Sehingga kasunyatan itu tak semata dari semedi ke semedi saja.Namun ada yang paling utama dari sebuah ritual amalan yaitu kesadaran hati yang selalu berpadu dengan sifat2 Allah dalam mengarungi kehidupan ini senantiasa beramal dengan ke ikhlasan hati lillahi ta'ala
Sebuah Renungan tentang ke-SEJATI-an
————– “”Melangkah di Arsy Tuhan, Menengok Rahasia Kalam”" ——————–
Dalam penantian Sang Hamba menuju kesempurnaan maka akan di mulai dengan Ilmu. Dalam Ilmu (pengetahuan) tidak akan memberikan Manfa’at (sia-sia) jika tanpa di dasari Kesadaran dalam Niat yang tulus.
“Sesungguhnya Manusia itu Mati kecuali mereka2 yang berpengetahuan, dan mereka2 yang berpengetahuan banyak yang tertidur kecuali mereka2 yang mengamalkan, dan mereka2 yang mengamalkan banyak yang tertipu kecuali mereka2 yang Tulus Ikhlas.
Ketika Lautan Hikmah dari segala Ilmu terselami maka terlihat lah……Mutiara2 Indah yang sangat berkilauan, dan banyak di antara para Salik yang mengambil Mutiara2 itu, karena saking Takjub dan terpananya melihat keindahan Mutiara2 tsb.
Ketika rasa Takjub itu datang merasuk kedalam Qolb’ maka pada saat itu…..Nyanyian ke EGO an menyertai dan mengakibatkan diri hanyut dan tenggelam dalam RASA/Zauq.
Ketahuilah……pada satu sisi, RASA/Zauq itu adalah “Jalan/Thoriqoh” menuju Sang Sejati akan tetapi apabila terlena dan hanyut dalam RASA/Zauq itu dan lupa akan “sang pemilik” RASA, maka semakin banyak duri2 yang akan tumbuh pada diri.
Lihatlah…………kesekeliling, berapa banyak yang Asyik Masyuk dalam RASA berenang dalam Nikmatnya RASA, lalu meRASA kosong, lalu meraba dalam Kosong dan mengata tidak ada apa apa dan menyatakan bahwa inilah SEJATI, inilah PUNCAK, inilah AKHIR dari segalanya, inilah IA.
Maka ketika hal itu telah ternanam, maka itulah Akar dari pada duri2 yang akan menyelimuti diri dan tanpa sadar……, telah ber TUHAN kan kekosongan, ber TUHAN kan ke HAMPA an, ber TUHAN kan ketiadaan.
Sesungguhnya……RASA/Zauq itu, masih di dalam sifat Jamal-NYA, dan bukan itulah Akhir perjalanan, namun itu barulah Awal perjalanan untuk Melangkah di “ARSY TUHAN” dan Akhirnya “MENENGOK RAHASIA KALAM”.
Apakah Mutiara2 Indah yang sangat berkilauan itu…..????
Itulah…………ZIKIR/ZIKRULLAH.
Semakin banyak ber ZIKIR/ZIKRULLAH dengan bermacam2 ZIKIR (mutiara2), maka semakin terhijab, jika……………masih terpandang Ma Siwa Allah ( Sesuatu), masih terpandang akan diri : “Aku ini berzikir”, Aku ini beramal”, Aku ini berThoriqoh”, “Aku ini ber mursyid”, “Aku ini berma’rifat”, dll…dll…dll….maka akan timbul suatu penekanan akan sesuatu. Jika penekanan “akan sesuatu” itu telah menjadi pandangan Bathinnya maka Hijab telah menutupi Qolb’ dari NurNya yang Nyata. Ia melihat akan Nur, tetapi yang terlihat bukanlah Nur yang sesungguhnya melainkan hanyalah bayangan dari pada Nur. Maka bayangan tetaplah bayangan, sampai kapanpun tetaplah bayangan dan bayangan bukan lah yang punya bayang2.
Bulan Nyata terlihat, tetapi tiada di ketahui…..karena yang di ketahui hanya kenyataan Bulan di atas Danau dan Bathin lalai bahwa sesungguhnya yang ada di danau itu bukan Bulan, melainkan hanya bayang2 dari sang bulan.
Maka……lihatlah Bulan yang terang dan cahayanya sangat menyejukkan itu dan mendamaikan Qolb itu Sangat Nyata dan Indah, bukan dimana2 tetapi ada di mana2.
Maka…….untuk masuk ke jalan itu…..,
Lepaskan tubuhmu……
Lepaskan hatimu……
Lepaskan jiwamu…..
Lepaskan ruhmu……
Lepaskan Akumu…..
Hingga engkau tak bertubuh jasad lagi, tidak berhati lagi, tidak berjiwa lagi, tidak ber Ruh lagi dan tidak ber Aku lagi.
Pandanglah yang memandang dan rasakan yang merasakan maka engkau tidak ada, maka engkau kosong, maka engkau hampa.
Bukan Al-Haq yang tidak ada, bukan Al-Haq yang kosong itu, bukan Al-Haq yang hampa itu melainkan dirimulah yang tiada, dirimulah yang kosong itu, dirimulah yang hampa dan sunyi itu.
Dan tidak boleh dua, tiga, empat atau banyak yang mengisi kekosongan itu melainkan hanya SATU yang ber hak untuk mengisi kekosongan itu yaitu “Al-Haq”.
Dirimu bukan lah dirimu karena dirimu kosong dan Al-haq lah yang ada pada ke kosongan itu. Jika dirimu sudah kosong karena memang kosong, jika dirimu sudah tidak ada karena memang tidak ada. Maka yang manakah yang di sebut EGO….???, maka yang manakah yang di sebut Nafsu….???, maka yang manakah yang di sebut Aku…???
Maka semuanya pun tidak ada/kosong karna memang kosong/tidak ada.
Maka jika ada bantah membantah, maka jika ada sanggah menyanggah, maka jika ada hujat menghujat, selama itu engkau masih belum kosong dari kedirianmu.
Maka itulah Hijab/Tirai yang sangat tipis bak sehelai rambut di belah tujuh.
Nyata ketiadaan itu menunjukkan Nyatannya yang ADA (Al-Haq).
maka matilah sebelum engkau mati……maka siapakah yang ada setelah kematianmu….????
Jika engkau sudah mati maka engkau sudah tidak ada, maka siapakah yang ada setelah kematianmu/ketiadaanmu…???
Ana (Al-Haq) yang ada…….
Jika hanya Al-Haq yang ada, maka selain itu……..adalah Fatamorgana, bayangan, semu, tidak ada dan nyatalah….Ana (Al-Haq) meliputi pada kekosongan dan ketiadaan dirimu. Dan kekosongan diri/ketiadaan diri itulah Singgasana/Kerajaan TUHAN dan di situlah Al-Haq bersemayam (Arsy’). Bukan di tubuh, bukan pula di hati, bukan pula di jiwa dan juga bukan di Ruh.
Maka “DIAM” = “MATI” = “KOSONG” = “TIDAK ADA” = “Laa Hawla Wa Laa Quwwata…..” dan itulah diri yang bernama PJ, Teguh, Efrizal, Adjie Gurandille, Muria, Anwar, Sugeng, Joko, Laila, Suci, Rohmah, Majnun, Andi, Rahman, Sulaiman, Yahya, dll…dll….dll…….

“Dari kosong maka akan kembali kosong”
“Dari tidak ada maka akan kembali tidak ada”.
————- KILATAN CAHAYA CINTA SEJATI ————-
Sungguh….. bagi pejalan2 Ruhani dalam menuju kepada Allah Swt dengan melalui Ma’rifatnya kepada Allah maka “ke-MABUK-an” itu adalah suatu hal yg selalu ada dan pasti ada dan tidak akan mungkin tiada karena “ke-MABUK-an” itu adalah FASE untuk sempurna dalam menuju Al-HAQ. Sehingga………bagi yg belum mengalami “ke-MABUK-an”, maka bersiap2lah jika suatu saat mengalaminya dan jangan takut jika hal itu suatu saat terjadi. Dan bagi yg sudah berada di dalam “ke-MABUK-an” maka hendaknya di ketahui bahwa hal itu masih dalam Perjalanan bukan “AKHIR” perjalanan. Maka……senantiasa lah tetap TAWAKKALTU ALALLAH agar tidak “HANYUT” di “ke-MABUK-an” itu sehingga dalam situasi dan kondisi serta keadaan apapun tetap dalam “SADAR” dan ingatlah bahwa Allah berfirman : “Watawakkaltu Alallah fa HUWA hasbuh” dan siapa yg bertawakkal dengan sebenar2nya Tawakkal maka “DIA” akan menjadi penolongmu dan penJAMIN dirimu”. Biarkanlah…………….”ke-MABUK-an” itu datang pada diri sebagai “HADIAH” dari ALLAH dan janganlah engkau menolaknya karena sesungguhnya “ke-MABUK-an” itu adalah suatu “Isyarat” dari pada ALLAH bahwa ALLAH sungguh2 sedang memperhatikan dirimu dalam Pandangan Rahmat-NYA, maka tersenyumlah selalu dan lapangkan JIWA dalam menghadap kepada-NYA dengan menjalani “ke-MABUK-an” itu, namun……..tetaplah Istiqomah dalam TAWAKKALTU ALALLAH agar diri tidak hanyut di Samudra Jamal (ke-INDAHAN)NYA yg menyebabkan kelalaian dari Tujuan yg sebenar2nya yaitu “AL-HAQ” yg memiliki Sifat Jalal, Jamal, Qohar dan Kamal.


ke-Asyikan itu adalah sesuatu yang me-MABUK-an…..


Tenggelam dalam penghayatan Amal Ibadah adalah suatu ke-Asyikan dan itu adalah ke-MABUK-an….
Tenggelam dalam penghayatan akan lantunan Wirid dan Zikir juga adalah suatu ke-Asyikan dan itu pun adalah ke-MABUK-an….
Tenggelam dalam Musyahadah akan Allah dalam Ma’rifatullah itu juga suatu ke-Asyikan dan itu pun adalah ke-MABUK-an….
Asyik dan hanyut dalam ke-AKU-an yg tiada yg lain selain AKU, itu pun adalah ke-MABUK-an. Dll….dll….dll…..dll….dll….
Apa saja yg membawa kepada ke-Asyikan dalam perjalanan menuju kepada Allah dengan hal apapun itu adalah suatu ke-MABUK-an.
Dan intinya ke-MABUK-an itu semua…….di dalam perjalalan menuju AL-HAQ (ALLAH SWT) baik dengan Amal Ibadah, lantunan wirid dan zikir, Musyahadah, dll…dll…dll……kesemuanya itu SADAR maupun tiada di-SADAR-i, TAHU atau tiada dike-TAHU-i bahwa : “IA(HAMBA)sedang ASYIK di dalam ke-MABUK-an CINTA kepada TUHANNYA”. Ya…….MABUK CINTA kepada AL-HAQ dan UNIKnya ke-MABUK-an CINTA itu sangat Lembut sekali menghampiri dirinya sehingga tanpa di sadari Ia MABUK itu seolah2 di sebabkan dengan sebab2 yg lain padahal tiada sebab yg lain selain CINTA kepada AL-HAQ, Ya…..CINTA kepada AL-HAQ……AL-HAQ….HAQ…HAQ…..HAQ……
Bahkan Azazil pun tanpa di-SADAR-i nya ia itu sangat CINTA kepada Tuhannya sehingga membuat ia CEMBURU BUTA ketika Tuhan melebihkan kedudukan Adam beserta Anak keturunannya di bandingkan dengan dirinya sendiri yang kemudian ber-EFEK Benci dan DENDAM kepada Adam dan Keturunannya. Semua itu di karenakan Azazil telah di serang ke-MABUK-an CINTA kepada Tuhannya dalam Versi “CINTA yang BUTA”, bukan CINTA yang TULUS dan MURNI.
pada Saat ke-MABUK-an di dalam CINTA yang TULUS dan MURNI maka Allah sendirilah yng memuji diri-NYA pada lisan Hamba-NYA. Dan ketika itu pula maka leburlah ke-EGO-an diri kedalam Sifat-NYA yang Ar-Rahman Ar-Rahiiim. Maka jika benar sudah demikian kenyataannya PASTI Ia akan menjadi Rahmat bagi sekelilingnya sebagai Cermin dari pada Sifat JALAL, JAMAL, QOHAR dan KAMAL- Nya Allah Swt dan ke-AKU-an menjadi Sirr/Rahasia dalam Diam-NYA sehingga tidak muncul kepermukaan Zahir yang membawa Fitnah bagi sekelilingnya.
“Bagi para pemabuk memaknai bahwa “MABUK” itu adalah ke-Asyik-an sedangkan bagi mereka yg sudah Sadar sesadar2nya memaknai “MABUK” itu adalah “HIJAB yang Sangat Halus”.
“Bagaimana mungkin dapat berhenti dari kebiasaan “MABUK” Jika masih berkawan dengan para pemabuk dan berkonsultasi juga dengan pemabuk, yang ada malah tambah “MABUK.”. Maka…..Carilah seorang TABIB TUHAN yg sudah dapat mengendalikan Rasa ke-MABUK-an itu, maka ke-MABUK-an mu pun perlahan2 akan sirna”.
Ke-MABUK-an Spiritual, HIJAB yang Sangat Halus
Sungguh….. bagi pejalan2 Ruhani dalam menuju kepada Allah Swt dengan melalui Ma’rifatnya kepada Allah maka “ke-MABUK-an” itu adalah suatu hal yg selalu ada dan pasti ada dan tidak akan mungkin tiada karena “ke-MABUK-an” itu adalah FASE untuk sempurna dalam menuju Al-HAQ. Sehingga………bagi yg belum mengalami “ke-MABUK-an”, maka bersiap2lah jika suatu saat mengalaminya dan jangan takut jika hal itu suatu saat terjadi. Dan bagi yg sudah berada di dalam “ke-MABUK-an” maka hendaknya di ketahui bahwa hal itu masih dalam Perjalanan bukan “AKHIR” perjalanan. Maka……senantiasa lah tetap TAWAKKALTU ALALLAH agar tidak “HANYUT” di “ke-MABUK-an” itu sehingga dalam situasi dan kondisi serta keadaan apapun tetap dalam “SADAR” dan ingatlah bahwa Allah berfirman : “Watawakkaltu Alallah fa HUWA hasbuh” dan siapa yg bertawakkal dengan sebenar2nya Tawakkal maka “DIA” akan menjadi penolongmu dan penJAMIN dirimu”. Biarkanlah…………….”ke-MABUK-an” itu datang pada diri sebagai “HADIAH” dari ALLAH dan janganlah engkau menolaknya karena sesungguhnya “ke-MABUK-an” itu adalah suatu “Isyarat” dari pada ALLAH bahwa ALLAH sungguh2 sedang memperhatikan dirimu dalam Pandangan Rahmat-NYA, maka tersenyumlah selalu dan lapangkan JIWA dalam menghadap kepada-NYA dengan menjalani “ke-MABUK-an” itu, namun……..tetaplah Istiqomah dalam TAWAKKALTU ALALLAH agar diri tidak hanyut di Samudra Jamal (ke-INDAHAN)NYA yg menyebabkan kelalaian dari Tujuan yg sebenar2nya yaitu “AL-HAQ” yg memiliki Sifat Jalal, Jamal, Qohar dan Kamal.


ke-Asyikan itu adalah sesuatu yang me-MABUK-an…..


Tenggelam dalam penghayatan Amal Ibadah adalah suatu ke-Asyikan dan itu adalah ke-MABUK-an….
Tenggelam dalam penghayatan akan lantunan Wirid dan Zikir juga adalah suatu ke-Asyikan dan itu pun adalah ke-MABUK-an….
Tenggelam dalam Musyahadah akan Allah dalam Ma’rifatullah itu juga suatu ke-Asyikan dan itu pun adalah ke-MABUK-an….
Asyik dan hanyut dalam ke-AKU-an yg tiada yg lain selain AKU, itu pun adalah ke-MABUK-an. Dll….dll….dll…..dll….dll….
Apa saja yg membawa kepada ke-Asyikan dalam perjalanan menuju kepada Allah dengan hal apapun itu adalah suatu ke-MABUK-an.
Dan intinya ke-MABUK-an itu semua…….di dalam perjalalan menuju AL-HAQ (ALLAH SWT) baik dengan Amal Ibadah, lantunan wirid dan zikir, Musyahadah, dll…dll…dll……kesemuanya itu SADAR maupun tiada di-SADAR-i, TAHU atau tiada dike-TAHU-i bahwa : “IA(HAMBA)sedang ASYIK di dalam ke-MABUK-an CINTA kepada TUHANNYA”. Ya…….MABUK CINTA kepada AL-HAQ dan UNIKnya ke-MABUK-an CINTA itu sangat Lembut sekali menghampiri dirinya sehingga tanpa di sadari Ia MABUK itu seolah2 di sebabkan dengan sebab2 yg lain padahal tiada sebab yg lain selain CINTA kepada AL-HAQ, Ya…..CINTA kepada AL-HAQ……AL-HAQ….HAQ…HAQ…..HAQ……
Bahkan Azazil pun tanpa di-SADAR-i nya ia itu sangat CINTA kepada Tuhannya sehingga membuat ia CEMBURU BUTA ketika Tuhan melebihkan kedudukan Adam beserta Anak keturunannya di bandingkan dengan dirinya sendiri yang kemudian ber-EFEK Benci dan DENDAM kepada Adam dan Keturunannya. Semua itu di karenakan Azazil telah di serang ke-MABUK-an CINTA kepada Tuhannya dalam Versi “CINTA yang BUTA”, bukan CINTA yang TULUS dan MURNI.
pada Saat ke-MABUK-an di dalam CINTA yang TULUS dan MURNI maka Allah sendirilah yng memuji diri-NYA pada lisan Hamba-NYA. Dan ketika itu pula maka leburlah ke-EGO-an diri kedalam Sifat-NYA yang Ar-Rahman Ar-Rahiiim. Maka jika benar sudah demikian kenyataannya PASTI Ia akan menjadi Rahmat bagi sekelilingnya sebagai Cermin dari pada Sifat JALAL, JAMAL, QOHAR dan KAMAL- Nya Allah Swt dan ke-AKU-an menjadi Sirr/Rahasia dalam Diam-NYA sehingga tidak muncul kepermukaan Zahir yang membawa Fitnah bagi sekelilingnya.
“Bagi para pemabuk memaknai bahwa “MABUK” itu adalah ke-Asyik-an sedangkan bagi mereka yg sudah Sadar sesadar2nya memaknai “MABUK” itu adalah “HIJAB yang Sangat Halus”.
“Bagaimana mungkin dapat berhenti dari kebiasaan “MABUK” Jika masih berkawan dengan para pemabuk dan berkonsultasi juga dengan pemabuk, yang ada malah tambah “MABUK.”. Maka…..Carilah seorang TABIB TUHAN yg sudah dapat mengendalikan Rasa ke-MABUK-an itu, maka ke-MABUK-an mu pun perlahan2 akan sirna”.

DIMANAKAH ALLAH SEBELUM TERCIPTA SEGALA SESUATU
Di mana Allah sebelum terciptanya segala sesuatu ?

Hadis Abu Razin ra:

عن وكيع بن حدس عن عمه أبي رزين قال قلت : يا رسول الله أين كان ربنا قبل أن يخلق خلقه ؟ قال كان في عماء ما تحته هواء وما فوقه هواء وخلق عرشه على الماء قال أحمد بن منيع قال يزيد بن هارون العماء أي ليس معه شيء

Maksudnya: Daripada Waki’ bun Hudus (Udus) daripada ayah saudaranya Abu Razin radiallahuanhu katanya: Aku berkata: “Wahai Rasulullah, di mana Tuhan kita berada sebelum Dia mencipta makhlukNya?” Jawab baginda: “Adalah Dia dalam al-Ama’, tiada di bawahnya udara dan tiada di atasnya udara dan Dia mencipta ArasyNya di atas air”. Kata Ahmad bin Mani’ (perawi hadis): Berkata Yazid bin Harun: “al-‘Ama’(1) yakni tiada suatupun bersamaNya”. [al-Tarmizi, Ibn Majah, Ahmad-hasan-](2)

(1) Al-Ama’ dalam bahasa bermaksud awan. Namun, tafsiran Yazid bin Harun lebih utama diikuti.
(2) Imam al-Tarmizi menyatakan hadis ini hasan dan ulama salaf berhujjah dengannya demikian juga Ibn Taimiah rahimahullah.


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: "كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَىءٌ غَيْـرُهُ" (رواه البخاري والبيهقي وابن الجارود)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda: “Allah ada pada azal (Ada tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al-Bukhari, al-Bayhaqi dan Ibn al-Jarud) AKAN TETAPI HADITS INI TIDAK BERHENTI SAMPAI DISINI, karena setelah itu Allah menciptakan ARSY diatas air tersebut ( وعرشه علئ الماء), dalam riwayat Nafi’ bin Zaid al Himyari disebutkan

كَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ خَلَقَ الْقَلَمَ فَقَالَ : اُكْتُبْ مَا هُوَ كَائِن ، ثُمَّ خَلَقَ السَّمَوَات وَالْأَرْض وَمَا فِيهِنَّ "

Setelah menciptakan ARSY-NYA diatas AIR, kemudian Allah menciptakan QOLAM (pena) dan berfirman : " Tulislah apa yang akan terjadi " kemudian Allah menciptakan LANGIT dan BUMI serta apa yang ada didalamnya.(Riwayat ini menegaskan tentang urutan ciptaan setelah arsy dan air).

قَوْلُهُ : ( وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء ، وَكَتَبَ فِي الذِّكْر كُلَّ شَيْء ، وَخَلَقَ السَّمَوَات وَالْأَرْض )

“Arsy-Nya di atas air, dan Allah menuliskan segala sesuatu pada adz-dzikir, dan Allah menciptakan langit dan bumi”

Sementara dalam ilmu Tauhid mengatakan :

" ثُمَّ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالْأَرْض "

“ kemudian Allah menciptakan langit dan bumi “

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Abdullah bin Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam :

رَوَى مُسْلِم مِنْ حَدِيث عَبْد اللَّه بْن عَمْرو مَرْفُوعًا " أَنَّ اللَّه قَدَّرَ مَقَادِير الْخَلَائِق قَبْل أَنْ يَخْلُق السَّمَاوَات وَالْأَرْض بِخَمْسِينَ أَلْف سَنَة وَكَانَ عَرْشه عَلَى الْمَاء "

“ Sesunguhnya Allah menetapkan kadar-kadar ciptaan sebelum menciptakan langit dan bumi selama 50 ribu tahun, dan arsy-Nya berada diatas air”

Setelah Allah menciptakan langit dan bumi, arsy- Nya berada diatas langit

Pada 8 tempat Ia berfirman di Kitab-Nya yaitu :

أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض ) الملك /16. " Apakah kamu ...merasa aman terhadap Allah yang di langit ...... Al-Mulk : 16

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى...

Ar rahman di atas ‘Arsy Ia istiwaa’ (thaha:5)

…ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ…

Kemudian Ia istawaa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy(Qs Al A’araf:54)

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

kemudian Dia istiwaa’ (bersemayam) di atas 'Arsy (Qs. Yunus : 3)

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

kemudian Dia istiwaa’ (bersemayam) di atas 'Arsy (Qs. Ar ra’d:2)

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

Dia istiwaa’ (bersemayam) di atas 'Arsy (Qs.Al Furqan:59)

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

kemudian Dia istiwaa’ (bersemayam) di atas 'Arsy (Qs.As Sajdah:4)

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

kemudian Dia istiwaa’ (bersemayam) di atas 'Arsy (Qs.A; hadid:4)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yang sangat masyhur sekali yang diriwayatkan oleh banyak imam, di antaranya Al Imam Muslim di Shahih-nya juz II hal. 70-71 :

حديث الجارية: عن معاوية بن الحكم قال: وَكَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِي قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ قُلْتُ: «يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُعْتِقُهَا؟» قَالَ: ”ائْتِنِي بِهَا“ فَأَتَيْتُهُ بِهَا، فَقَالَ لَهَا: ”أَيْنَ اللَّهُ“، قَالَتْ: «فِي السَّمَاءِ.» قَالَ: ”مَنْ أَنَا“ قَالَتْ: «أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ.» قَالَ: ”أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ“ [صحيح مسلم]

Beliau bertanya kepada budak perempuan ; “DIMANAKAH ALLAH ?”

Jawab budak perempuan ; “ DI ATAS LANGIT “

Beliau bertanya lagi : “ Siapa aku ?”

Jawab budak perempuan : “Engkau ialah Rasullullah shallallahu ‘alaihi wassalam.”

Beliau bersabda : “ Merdekakan dia! Karena sesungguhnya dia seorang mu’minah (perempuan beriman)

Inilah aqidah yang sangat besar dan sangat agung yang telah hilang dari dada-dada sebagian besar kaum muslimin. Oleh karena itu, wajib bagi kita membersihkan aqidah kita dari kekotoran syirik dan segala macam pemahaman yang sesat dan menyesatkan yang mengatakan ALLAH ADA TANPA TEMPAT!!! Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan! .
Sejati Makrifat
Sejati Makrifat
Dalam Wirid Hidayat Jati, makrifat yang di diajarkan adalah wejangan yang berasal dari delapan wali dari tanah Jawa, yang sudah dikumpulkan menjadi satu. Isinya bersumber dari intisari firman Allah SWT yang dijelaskan dalan hadis Nabi Muhammad SAW kepada Sayyidina Ali r.a melalui telinga kirinya.
Dzat dan Rumah Tuhan
Ajaran pertama tentang Dzat dan singgasana Tuhan. Ajaran tersebut terbagi menjadi delapan bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Adanya Dzat
Sesungguhnya tidak ada apa-apa, karena pada waktu masih keadaan kosong, belum ada sesuatupun. Yang ada hanyalah Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku. Akulah hakikat Dzat yang Maha Suci, yang meliputi sifat-Ku, yang menyertai Nama-Ku, dan yang menandai perbuatan-perbuatan-Ku.
2. Kejadian Dzat
Sesungguhnya, Aku adalah Dzat yang Maha Kuasa, yang berkuasa menciptakan segala sesuatu. Terjadi dalam seketika, sempurna dari Kodrat-Ku. Pertama kali yang Aku ciptakan adalah sebuah pohon bernama Sajaratul Yakin (pohon kehidupan). Pohon itu tumbuh dialam Adam Makdum (kosong hampa) yang azali dan abadi. Setelah itu Aku ciptakan Cahaya Bernama Nur Muhammad (cahaya yang terpuji), kemudian cermin bernama Mir’atul Haya’i (kaca wira’i), nyawa yang disebut Roh Idhafi (nyawa yang jernih), pelita yang bernama Kandil (lampu tanpa api), pemata yang bernama Dzarrah (permata), dan Jalal (keperkasaan) yang disebut Hijab (dinding jalal atau penutup), yang menjadi sekat bagi penampakan-Ku.
3. Uraian Tentang Dzat
Sebenarnya manusia itu adalah Rahsa-Ku dan Aku ini adalah rahsa manusia karena Aku menciptakan Adam dari empat unsur yaitu : tanah, air, api, dan udara. Keempat unsur itu adalah perwujudan dan Sifat-Ku. Kemudian Aku masukkan kedalam tubuh Adam lima macam mudzarrah, yaitu : nur, rahsa, ruh, nafsu, dan budi yang merupakan diding yang menghalangi Wajah-Ku yang Maha Suci.
4. Susunan dalam Singgasana Baitul Makmur
Sesungguhnya Aku mengatur singgasana dalam Baitul Makmur, yaitu rumah tempat kesukaan-Ku. Tempat itu berada dalam kepala Adam. Dalam kepala itu ada otak, dalam otak itu ada manik, dalam manik ada budi, dalam budi ada nafsu, dalam nafsu ada sukma, dalam sukma ada rahsa, dalam rahsa ada Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku, Dzat yang melipti semua keadaan.
5. Susunan dalam Singgasana Baitul Muharram
Sesungguhnya Aku mengatur singgasana berada dalam Baitul Muharram, yaitu rumah tempat pengingat-Ku. Tempat itu ada di dalam dada Adam, di dalam dada itu ada hati, di dalam hati itu ada jantung, di dalam jantung itu ada budi, di dalam budi itu ada jinem (angan-angan), di dalam jinem itu ada sukma, di dalam sukma itu ada rahsa, di dalam rahsa itu ada Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku, Dzat yang meliputi semua keadaan.
6. Susunan dalam Singgasana Baitul Muqaddas
Sesungguhnya Aku mengatur singgasana di dalam Baitul Muqaddas. Itu adalah rumah, tempat yang Aku sucikan. Berada dalam kontholnya adam, dalam konthol itu ada prinsilan (buah pelir), di antara prinsilan itu ada nathfah yaitu mani, dalam mani itu ada madzi, dalam madzi itu ada wadi, dalam wadi ada manikem, dalam manikem itu ada rahsa, dalam rahsa ada Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku, Dzat yang meliputi semua keadaan, bertahta dalam nukat gaib, turun menjadi Jauhar Awal. Disitulah alam Ahadiyat berada (alam Wahdat dan alam Wahidiyat), alam Arwah, alam Misal, alam Ajsam, dan alam Insan Kamil, menjadi manusia sempurna yaitu sifat-Ku yang sejati.
7. Peneguh Iman
Yaitu yang menjadi kekuatan iman:
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Aku dan menyaksikan Diri-Ku bahwa Muhammad itu adalah utusan-Ku.
8. Kesaksian
Aku bersaksi dalam Diri-Ku sendiri bahwa tidak ada Tuhan selain Diri-Ku dan menyaksikan Diri-Ku bahwa Muhammad itu adalah utusan-Ku. Bahwa sesungguhnya yang dinamakan Allah itu adalah Badan-Ku, Rasul itu adalah Rahsa-Ku, Muhammad itu adalah Cahaya-Ku. Akulah yang selalu ingat dan tidak pernah lupa, Akulah yang kekal tidak bisa diubah oleh keadaan. Akulah yang selalu tahu, tidak ada suatu apapun yang tersembunyi dari-Ku. Akulah yang menguasai segalanya, yang Maha Kuasa dan Bijaksana, tidak memiliki kekurangan dalam pengetahuan. Byar! Sempurna, terang-benderang, tidak terasa apa-aa, tidak kelihatan apa-apa, hanya Diri-Ku yang meliputi semua alam dengan Kodrat-Ku.
Hakikat Hidup
Menurut ajaran wali songo, ajaran ini berisi tentang hakikat hidup agar menjadi bijaksana terhadap sangkan paran dan agar mencapai kemuliaan dalam keadaan jati, yang bersumber dari firman Allah Ta’ala. Pada zaman dahulu, ajaran ini dirahasiakan oleh para wali. Namun sekarang telah dibuka, dijelaskan dengan terang-terangan agar orang-orang dapat mengetahui asal kejadian sampai pada kesempurnaan ajal. Adapun uraiannya sebagai berikut :
Pertama tentang asal kejadian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang penjelasannya sebagai berikut : Roh rohani bercampur dengan roh jasmani, bertambah dari Kodrat Allah Ta’ala. Kemudian ia menetes di bumi yang suci ( rahim)
Sesudah berusia sekitar satu bulan, ia sudah mendapat tambahan kontha dari Nur Muhammad. Karenanya, ketika berada dalam bumi suci ia sudah dapat bergerak. Sesudah berusia sekitar dua bulan, ia sudah dapat warna dari Nabi Muhammad. Karenanya, ketika dalam kandungan ia sudah dapat berdenyut seperti layaknya manusia.
Sesudah berusia sekitar tiga bulan, berdasarkan firman Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad, ia dalam kandungan ia sudah dapat bergerak. Peribahasannya adalah , idham-idham kawaran dari Kodrat Allah Ta’ala.
Sesudah empat bulan, berdasarkan firman Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad, ia akan mendapat tambahan otak. Oleh karena itu, ia dalam kandungan ia sudah dapat memiliki keinginan.
Sesudah berusia lima bulan, berdasarkan firman Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad, ia akan mendapat tambahan otot. Oleh karena itu ia dalam kandungan ia sudah dapat bergerak perlahan-lahan.
Sesudah berusia sekitar enam bulan, berdasarkan firman Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad, ia akan mendapat tambahan tulang. Oleh karena itu ia sudah dapat naik-turun dan jungkir balik.
Sesudah berusia tujuh bulan, berdasarkan firman Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad, ia akan mendapat rupa. Ia juga mendapat tambahan dari Kodrat Allah Ta’ala seperti rambut, darah, dan daging.
Sesudah berusia sekitar delapan bulan, berdasarkan firman Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad, calon anak ini sudah dapat mengoprasikan saudara yang empat dan lima pusar. Saudara yang empat tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama : kakawah (air ketuban)
Kedua : bungkus
Ketiga : ari-ari
Keempat : darah
Penjelasannya : Kekawah artinnya menjadi pengasih. Bungkus menjadi kekuatan. Darah artinya waliyas mati, maka hendaklah diketahui bahwa Kekawah itu adalah Malaikat Jibril, Bungkus adalah Malaikat Mikail. Ari-ari adalah Malaikat Israfil, dan darah adalah Malaikat Izrail.
Jibril berada pada kulit. Mikail berda pada tulang. Israfil berada pada otot. Izrail berada pada daging. Akhirnya selamatlah sentosa, semua itu tidak kelihatan karena Kodrat Allah.
Setelah berusia sekitar sembilan bulan, ia akan berwujud bayi. Berdasarkan firman Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad, ada empat hal yang di anugrahkan Allah Ta’ala dengan Kodrat-Nya sebagaimana tersebut dibawah ini
Pertama : budi
Kedua : rahsa
Ketiga : angan-angan
Keempat : hidup
Kemudian Nabi Muhammad menambahkan ambuh atau kemantapan kepadanya dengan disertai dengan bacaan syahadat jati. Artinya shyahadat jati adalah makrifat kepada Dzat Allah. Diharapkan kelak ia akan teguh hati terhadap Dzat yang tidak akan mati.
Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, Aku berkenan mengatur istana yang berada di dalam dada manusia. Didalam dada itu ada hati, di antara hati itu ada jantung, dijantung itu ada budi, di dalam budi ada jinem, di dalam jnem itu ada sukma, di dalam sukma itu ada rahsa, di dalam rahsa itu ada Aku. Tidak ada Tuhan selain Aku.
Setelah itu menjadi bayi, akhirnya dibukalah Kodrat Allah Ta’ala, ia lahir dari kandungan dan menangis. Keadaan bayi saat itu dapat disebut hidup, dalam zaman yang Maha Mulia.
Apabila bayi tersebut lahir dari kandungan setelah sepuluh atau sebelas bulan, maka berari kekeliruan perhitunga, karena tidak memperhatikan pengeluaran rahsa. Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyertai Hijab Dzat elok padanya untuk menentukan waktu kelahiran dari kandungan ibunya selama sembilan bulan. Disitu, disertakan pula kotoran tahi tahun, tahi kalong, cacing kalung, cacing tembaga, yang semua itu akhirnya akan mendatangkan nafsu lawwarnah.
Jasad dan Roh
Manusia bukanlah sekedar apa yang nampak secara kasat mata,terdiri atas berbalut daging dan kulit,yang membutuhkan makanan dan minuman. Hakikat manusia terletak pada sesuatu yang amat berharga di dalam tubuh kasarnya, yaitu roh. Artinya,bahwa exsistensi manusia memiliki jasad sebagai bentuknya, dan memiliki roh atau jiwa sebagai makna keberadaannya. Roh merupakan hakikat manusia yang berasal dari alam arwah, sedangkan jasad berasal dari unsur-unsur materi. Jadi, jelas bahwa kejadian manusia itu terdiri dari bentuk luar yang tersebut sebagai jasad, dan wujud dalam yang disebut sebagai jiwa atau roh. Dengan demikian kejadian manusia itu terdiri dari dua unsur yang sangat berbeda,yaitu unsur rohani dan unsur jasmani. Unsur rohani atau roh (jiwa) adalah sejenis wujud immateriil yang berasal dari nur Allah, yakni makhluk suci yang memiliki potensi dan kecenderungan asli untuk mengenal Tuhan dan menyembah-Nya, dan ia merupakan sumber akhlak yg mulia serta senantiasa menarik jiwa dan jasad menuju keluhuran. Dan karena roh itu berasal dari Allah, maka selamanya ia akan merindukan-Nya. Sedangkan unsur jasmani atau jasad adalah wujud materiil yang memiliki sifat-sifat tabiat kebendaan yang merupakan sumber dari hawa nafsu keduniaan yang berlawanan arah dengan tabiat roh.

Roh berasal dari alam arwah,yang diturunkan kedalam jasad manusia,yang memiliki kemampuan untuk mengetahui, berkehendak dan berkuasa atas tubuh yang didiaminya. Ketika roh ditiupkan ke dalam badan, badan pun menjadi hidup. Dan ketika menigglkan badan, badan pun menjadi mati. Jadi keberadaan badan manusia itu bergantung pada roh dan bukan sebaliknya. Roh sama sekali tidak mengenal mati,sedikit pun ia tidak terpengaruh oleh kematian kecuali sekedar kehilangan wadah kasarnya.

Sewaktu anak Adam tidur roh meninggalkan badan untuk sementara. Tapi ketika roh dicabut kerena beberapa penyebab fisik seperti tidak berfungsinya organ tubuh yang vital, atau penyebab lain dari luar, maka matilah ia. Saat itu roh meninggalkan badan dan pergi ke dunia spiritual yaitu alam arwah, sebagaimana diterangkan dalam Al Quran ” Allah yang mengambil roh manusia pada saat kematian mereka,dan yang belum mati dalam tidurnya. Allah menahan roh orang yang telah ditetapkan ajal kematiannya, dan melepaskan yang lain (ke badannya) sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Az Zumar:42)

Ayat ini menerangkan bahwa roh itu hidup, dapat berpindah-pindah, dan menembus ke segenap bagian tubuh manusia. Lebih lanjut diterangkan, bahwa roh diperintah oleh Allah meninggalkan badan untuk semetara,yaitu selama orang itu tidur. Kemudian diperintahkan-Nya memasuki badan kembali begitu terjaga dari tidurnya. Rasulullah Saw. bersabda : ” Sesungguhnya rohmu dikeluarkan dan kemudian dikembalikan kepadamu, sampai suatu waktu yang diinginkan oleh Allah.”

Dengan sebab bahwa hidup manusia adalah karena kehadiran roh pada jasadnya, maka ketika datang saat yang sudah ditetapkan roh itu keluar, tubuh pun menjadi mati. Setelah kematian, tubuh manusia segera rusak, tapi roh tetep hidup,kekal, dan abadi. Dalam hal ini Ibnu Qayyim mengatakan, bahwa setelah roh dicabut saat menemui ajalnya ia kembali ke badan dalam kubur untuk ditanyai oleh malaikat Munkar dan Nakir. Seterusnya roh menetap dalam barzakh untuk mengecap kebahagiaan atau merasakan hukuman siksa sampai hari kebangkitan. Dengan begitu rohlah yang akan mengantar manusia untuk melihat keindahan dan kelapangan alam surgawi. Demikianlah pula sebaliknya, rohlah yang akan mengantar manusia untuk menerima azab neraka. Selanjutnya roh yang suci akan kembali kepada Allah di surga, sedangkan yang kotor akan menjalani proses penyucian di neraka. Untuk itu segala kegiatan manusia di dunia hendaknya dijadikan ibadah, karena hanya melalui peribadatan itu roh dapat menyucikan dirinya setelah melakukan dosa-dosa selama hidup menyatu dengan jasadnya.

Memang, di dalam Al Quran dinyatakan bahwa roh itu merupakan urusan Allah,dan manusia tidak diberi pengetahuan tentang roh kecuali hanya sedikit. Ia hanyalah sebagian kecil dari rahasia Allah yang telah ditetapkan Allah ke dalam manusia dari alam surgawi  QS. Sad:72)

Namun meski sedikit, hal itu tidak menghalangi manusia untuk terus melakukan pemikiran dan perenungan tentang eksistensi roh, dan itu pun tidak luput dari timbulnya macam-macam perbedaan pendapat diantara ulaa telah mereka mengadakan kajian tentang hakikat roh. Sebab, disamping adanya pengertian roh dari sudut fisik sebagai daya hidup jasmani, tetapi secara substansial istilah roh juga mengandung pengertian sebagai wujud spiritaual. Itulah sebabnya, didalam tasawwuf pun tidak sedikit tokoh-tokoh sufi yang begitu serius membicarakan masalah roh, termasuk di kalangan sufi indonesia seperti Syaikh Abdus Samad Al Palimbani.

Menurud Abdus Samad Al Palimbani roh manusia adalah makhluk suci yang merupakan percikan Nur Alah yang Azali. Ia telah memiliki wujud sebelum tubuhnya diciptakan, dan telah mengenal Tuhan secara langsung sebelum ia dilahirkan ke dunia. Ketika itu manusia masih dalam bentuk nur yang berkeliaran di seputar alam kesucian yang luhur, sebelum kemudian ditentukan ke dalam kegelapan rahim dan menyatu dengan jasad janin.

Al Quran menjelaskan bahwa sebelum roh diturunkan ke alam jasad Allah telah berfirman, ” Bukanlah Aku ini Tuhan kalian?” Roh-roh itu pun menjawab, “Benar, Engkau adalah Tuhan kami.” (Q Al ‘araf:172)

Ayat ini jelas mengartikan, bahwa sebelum roh diturunkan di alam jasad, mereka telah mengenal tentang sesuatu, yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta. Namun demikian, ketika roh ditiupkan ke alam jasad manusia, roh-roh itu lupa akan pertemuan-Nya yang pernah mereka alami. Ini terjadi karena roh semakin terpengaruh oleh nafsu yang ada pada jasad materialnya. Maka, hanya dengan intensitas kegiatan ibadat, kiranya roh akan mengingat kembali pengetahuan dan pengalaman yang pernah dialaminya di sisi Tuhannya, yakni zaman azali.

Tentang asal-usul keberadaan roh sebelum ia dipertautkan dengan jasad kasarnya ini, para tokok sufi pada umumnya mengintesprestasikan ayat Al Quran (QS. At Tin:4-5)

Mereka dengan merujuk pada dua ayat ini berpendapat bahwa semua sebelum di alam rahim sang ibu ia menjalani fase nurani di zaman azali. Pada masa itu, menurut mereka manusia berada dalam wujud yang seindah-indahnya dan sebaik-baiknya dalam wujud roh, yang satu sama lain sudah saling mengenal. Ia hidup di alam kegaiban yang hanya bisa dilihat oleh para wali abdal, kekasih-kekasih Allah. Dari sanalah kemudian ia diturunkan ketempat yang serendah-rendahnya, yaitu dimasukkan ke dalam tanah liat dan air mani yang hina. Jadi, manusia telah mengalami alam azali nurani sebelum dirinya dijadikan dalam bentuk darah dan daging di dalam rahim. Setelah itu, ia diturunkan ke dunia, dan hijab gaib pun segera melekat padanya, yaitu berupa keinginan-keinginan dan kecenderungan nafsu keduniaan. Akibatnya, sibuklah ia dengan kebutuhan-kebutuhan materinya, hingga ia lupa akan sejarahnya, disebabkan terpenjara oleh dunia dan nafsu-nafsu rendah, hingga derajatnya pun merosot serendah-rendahnya, yakni menjadi jasad kasar di alam dunia yang rendah.

Sesudah jatuh dari keadaan sebaik-baiknya keadian mejadi keadaan paling rendah, manusia tidak bisa menikmati kembali keadaan di zaman azali yang dilingkungi oleh keindahan surga. Apalagi jika manusia lupa akan kedudukannya lalu menyeret diri dan menyerahkan kepada naluri hewaniahnya, maka ia akan merosot ke lembah kehinaan. Begitulah manusia yang awalnya merupakan ciptaan Allah yang paling mulia, ternyata lebih banyak merendahkan derajanya sendiri dibawah makhluk-makhluk lain yang lebih rendah, seperti binatang, pohon-pohon, bebatuan, dan lain-lainya. Perendahan derajat manusia ini timbul lebih banyak diakibatkan oleh pengumbaran nafsunya yang tak terkendali, terutama nafsu kecintaan pada harta, kedudukan,dan kehormatan. Akibatnya, manusia yang kodrat sebenarnya adalah supaya mengendalikan materi kebendaan dan mengatasi hawa nafsunya, tetapi pada kenyataanya malah terbalik, yakni manusia yang kini justru diperbudak oleh benda-benda dan bujukan nafsunya sendiri. Dan orang-orang yang tertipu itu bukanlah kaum awam saja, tapi dapat ditemukan hampir di setiap lapisan masyarakat. Mereka dapat dijumpai dikalangan cerdik pandai, bahkan di kalangan pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat, apalagi di kalangan kaum awam dan rakyat jelata.

Kerinduan roh akan kehidupan asal di zaman azali, menurut konsep sufisme,segera bila terobati begitu roh meninggalkan kehidupan dunia ini menuju alam barzakh. Di alam akhirat nanti jiwa-jiwa yang bersih akan saling bertemu untuk menumpahkan kerinduannya, karena mereka saling kenal dahulu sebelum ditiupkan ke badan manusia. Ada pun roh-roh yang kotor dan buruk ia tidak akan merasa rindu kepada siapa pun, dan ia di hari akhirat itu keadaannya sangat payah penuh penderitaan dan kesengsaraan, dan akan bertambah payah lagi ketika bergabung dengan jiwa kotor lainnya.

Dan kerinduan itu akan terobati kala di surga kelak : ” Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan:”Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. “

Martabat Tujuh
Pertama kali dikemukakan oleh Ibn. Fadhilah mengenai Martabat tujuh, dia adalah seorang sufi dari India. Ajaran ini dipengaruhi oleh Ibn ‘Arabi yang diadopsi oleh para sufi di tanah Jawa. Salah satunya adalah Raden Ngabehi Ranggawarsito. Menurut ajaran Martabat Tujuh, Tuhan menampakkan Diri dalam tujuh tingkatan atau Martabat :
1. MARTABAT AHADIYAT
2. MARTABAT WAHDAT
3. MARTABAT WAHIDIYAT
4. ALAM ARWAH
5. ALAM MISAL
6. ALAM AJSAM
7. ALAM INSAN KAMIL
1. Martabat Ahadiyat.
Ini adalah Martabat Tertinggi Ketuhanan. Tuhan digambarkan sebagai Dzat yang tidak bisa disebut dengan apa pun. Inilah Tuhan Sejati bagi manusia, tidak pandang bangsa dan agama. Dalam Islam sering disebut dengan keadaan Kunhi Dzat atau Dzat semata. Para sufi Jawa yang banyak dipengaruh oleh filsafat Hindu menyebutkan dengan istilah Aku. Pada keadaan ini, tidak ada sesuatu selain Dzat Tuhan. Kosong hampa. Sunyi-senyap. Tidak ada sifat, nama, atau perbuatan. Maka Ibn ‘Arabi pernah melontarkan gagasan kesatuan semua agama. Hal ini bisa diterima jika dipandang dalam keadaan ini, yakni keadaan Aku semata.
2. Martabat Wahdat.
Dalam Martabat Ahadiyat, Tuhan adalah Dzat Suci yang berdiri sendiri. Tak ada yang lain selain Diri-Nya. Dia rindu untuk dikenal, namun siapa yang akan mengenal-Nya karena tidak ada yang lain selain Diri-Nya. Tuhan berkehendak menciptakan makhluk agar Diri-Nya dikenal oleh makhluk tersebut. Inilah proses awal penciptaan. Tuhan hendak menciptakan makhluk. Untuk menciptakan sesuatu pastilah menggunakan bahan. Bahan tersebut diambil dari-Nya sendiri. Logis, karena tidak ada bahan lain selain Diri-Nya. Tidak tersisa ruang sedikit pun untuk selain Diri-Nya,maka otamatis Tuhan mengambil bahan dari Diri-Nya sendiri. Sebenarnya pencipaan ini lebih bersifat maknawi, Dia tidak pernah membuat sesuatu yang baru, namun hanya menampakkan Diri dengan penampakan lain atau tajalli.Tuhan menurunkan kualitas Diri-Nya, dari Dzat Mutlak yang teramat Suci menjadi dua sebagaimana dibayangkan akal. Tidak seperti itu sama sekali. Penurunan ini hanya sekedar ungkapan yang bermakna simbolis. Sama halnya dengan air laut yang menampakan diri dengan penampakan lain berupa gelombang.Sebenarnya tidak ada bedanya antara air laut dan gelombang, keduannya adalah satu juga.
Inilah martabat Tuhan yang kedua yakni Martabat Wahdat. Dia sudah melakukan proses pencipaan pertama. Ciptaan pertama-Nya ini berupa Nur Muhammad atau Cahaya Muhammad. Ranggawarsita menyebutnya sebagai Syajaratul Yakin atau Pohon Keyakinan. Ibnu ‘Arabi menjabarkannya sebagai Asyajaratul Kaun atau Pohon Kejadian. Cahaya ini memiliki nama agar mudah dikenali. Orang-orang Islam menyebut-Nya dengan sebutan Allah. Di berfirman : “Allah adalah Cahaya bagi langit dan bumi.” Nur Muhammad bukan Tuhan tapi juga bukan makhluk. Ia ada di tengah-tengah antara keduannya. Namun dalam Martabat Wahidiyat ini, Nur MUhammad lebih bersifat ketuhanan. Allah yang di sembah orang-orang hakikatnya adalah Tuhan yang sudah menurunkan Diri, bukan Tuhan Sejati. Tuhan Sejati itu adalah Dzat Mutlak atau Aku.
3. Martabat Wahidiyat.
Penampakan atau tajalli Tuhan berikut ini adalah Martabat Wahidiyat. Pada martabat ini, Nur Muhammad yang bernama Allah dan bersifat ketuhanan menurunkan Diri menjadi Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan. Maka cahaya ini tidak lagi sebagai Tuhan, namun sebagai makhluk yang masih berupa satukesatuan cahaya. Disinilah terjadi proses pencitaan sebagaimana digambarkan oleh Ibn ‘Arabi dalam pohon kejadian yang tidak pernah putus mengalir. Benih tersebut berasal dari Cahaya Satu, dan Cahaya yang satu tersebut berasal dari Dzat-Nya.
Jadi, jelaslah, benih-benih kejadian berasal dari Cahaya Tuhan. Setiap penciptaan berasal dari-Nya. Setiap gerakan, tindakan, perkataan, pemikiran, angan-angan, semuannya bermula dari benih tersebut. Tidak ada satu gerakan pun dari makhluk yang lepas dari benih tersebut,sehigga Ranggawarsita menganggap semua makhluk sebagai anak-anak Tuhan karena berasal dari benih-Nya.
Dalam martabat ini pula Tuhan melahirkan Kehendak-Nya. Kehendak atau Iradat tersebut Dia salurkan dalam setiap benih kejadian. Tumbuhlah benih tersebut menjadi akar yang menjalar ke bawah. Akar atau Kehendak Tuhan inilah yang menjadi pondasi setiap ciptaan, maka segala sesuatu memiliki akar kejadian yakni berada di bawah kendari Tuhan dan terjadi atas kehendak-Nya.
Kehendak Tuhan merupakan ketetapan yang pasti atau takdir. Tuhan menyimpan taikdir tersebut di suatu tempat yang tersembunyi hingga tak satu pun yang mengetahuinya, kecuali orang-orang tertentu yang Dia beri kekuasaan untuk mengetahuinnya. Tuhan pun berfirman: ” Sesungguhnya Allah memiliki takdir (ketetapan) terhada segala sesuatu.” Dengan takdir inilah benih tersebut tumbuh keatas menjadi batang. Batang tersebut mampu tumbuh keatas karena memiliki kemampuan atau kudrat yang berasal dari Kudrat-Nya. Semakin tinggi batang itu naik hingga bercabang menjadi dua. Inilah sifat makhluk sejati, yakni bercabang menjadi dua yang saling berpasangan. Tuhan membuat keadaan makhluk menjadi berpasangan sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya. Dia memerintahkan agar manusia mengenal dua sifat yang saling berlawanan ini, “Dan Aku menciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka saling mengenal satu sama lain.” Ini menjadi petunjuk bagi manusia untuk tidak dalam penampakan kemakhlukan yang memiliki dua pasangan. Manusia yang masih mengagungkan salah satu sifat pasangan dan mengesampingkan sifat lainnya akan tersesat. Padahal dua-duanya berasal dari-Nya. Inilah martabat yang bersifat kemakhlukan namun masih menjadi satu dan belum terpisah-pisahkan. Semua kejadian makhluk masih berbentuk konsep yang tersimpan rapi dan terjadi di sisi-Nya.
4. Alam Arwah.
Konsep atau skenario Tuhan tidak akan berwujud nyata jika tidak dimasukkan kedalam suatu wadah. Proses penampakan atau tajalli Tuhan berikutnya adalah menciptakan wahana bagi kehendak-kehendak-Nya tersebut. Dalam martabat ini, Tuhan menciptakan makhluk yang sangat halus yakni ruh. Ruh adalah sarana sebagai sumber kehidupan. Ruh itu berasal dari Diri Tuhan. Mula-mula, Ruh tersebut masih satu dan akhirnya terbagi-bagi menjadi banyak sekali. Bagian-bagian ruh tersebut siap untuk mengisi tiap-tiap bentuk yang akan diciptakan-Nya kemudian.
5. Alam Misal.
Keberadaan ruh sebagai sarana sumber kehidupan tidak akan berguna jika tidak ada suatu yang dia masuki. Tuhan menciptakan beberapa bentuk ciptaan melalui proses penurunan Diri. Dia mengambil Nur Muhammad sebagai bahan-Nya. Maka inilah makhluk sejati, bukan Tuhan, karena berasal dari Nur Muhammad yang bersifat kemakhlukan dan tidak berasal langsung dari Dzat Tuhan. Ciptaan dalam Alam Misal ini berupa makhluk-makhluk halus atau gaib namun nyata bentuknya seperti malaikat, jin, setan, jiwa, iblis, surga, neraka, dan sebagainya. Ruh-ruh datang dan memasuki setiap bentuk gaib tersebut hingga hiduplah mereka.
6. Alam Ajsam.
Bentuk-bentuk gaib pada Alam Misal di atas masih di rasa kurang sempurna. Maka Tuhan menurunkan Diri dalam penampakan terluar berupa benda-benda jasmani. Maka terlihatlah beragam materi dengan segala pernak-pernik didalamnya. Ini adalah hijap atau diding penghalang yang paling besar untuk melihat Tuhan karena dalam setiap materi tersebut dibungkus dengan syahwat. Kebanyakan manusia akan tertipu dan sulit untuk kembali ke asal-usul dirinya apabila terlena oleh penampakan fisik ini.
7. Alam Insan Kamil.
Pada akhirnya, Tuhan menurunkan Diri menjadi manusia sempurna sebagai gambaran Diri-Nya yang sempurna. Melalui manusia sempurna inilah Dia menikmati hasil ciptaan-Nya. Maka manusia dibekali akal dan hati sebagai sarana kehadiran Tuhan. Kelebihan utama manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah kemampuan untuk menampung kehadiran Tuhan hingga menjadi wakil (khalifah) bagi-Nya. Melalui manusia sempurna inilah harapan-Nya untuk mengenal dan dikenal akan terlaksana.
AKAL MANUSIA ADALAH SINGGASANA KEMAKMURAN-NYA
HATI MANUSIA ADALAH SINGGASANA KEMULIAAN-NYA DAN
KEMALUAN MANUSIA ADALAH SINGGASANA KESUCIAN-NYA.
Ketiga bagian tubuh manusia ini menjadi sarana vital kehidupan, sebagai tempat hadir Tuhan untuk menikmati keelokan hasil karya-Nya.
Hati (Qalb)
Dalam konteks sufisme, yang dimaksud qalbu atau hati bukanlah pengertian secara fisik yaitu segumpal daging yang berada dekat pusat atau liver, yang berfungsi untuk mengedarkan darah. Bukan pula suatu yang beredar dalam dada seseorang. Ia bukanlah hati yang merupakan organ intusi supra rasional yang berhubungan dengan lathifah rabbaniyyah, yaitu sesuatu yang halus di dalam sosok manusia yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah. Jadi, apa yang berdebar di dalam dada seseorang yang acapkali didekap-dekap sambil dibisiki: “Hatiku, hatiku, hatiku,” menusut terminologi sufi ia bukanlah merupakan hati sebenarnya.

Dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa hati (Qalb) mempunyai dua makna. Makna pertama ialah hati sebagai bagian dari anggota tubuh manusia, serupa daging yang disebut jantung, terletak di dalam rongga dada. Makna kedua ialah sebagai lathifah rabbaniyyah yang merupakan daya kemampuan manusia yang diberikan Allah Swt. untuk mengetahui, memahami dan menguasai seluk beluk sesuatu.

Itulah sebabnya sering dinyatakan, bahwa di dalam tubuh manusia yang kecil ada sebuah alam yang luasnya melebihi alam jagad raya ini, yaitu hakikatnya hati seorang al’arif billah. Diriwatkan dalan hadis qudsi, Allah Azza wal Jalla berfirman : “Bumi dan langit tidak akan mampu menampung-Ku, dan hanya hati orang-orang yang beriman sajalah tempat-Ku bersemayam.”

Maka ketika Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang di mana Allah berada, apakah di bumi atau di langit. Jawab beliau, “Dia berada di hati hamba-hamba-Nya yang berimam.”

Tentu, keluasan makna ini merujuk kepada keadaan hati yang suci yang dimiliki oleh golongan ‘arifin. Di mana hati yang suci itu bisa digambarkan laksana sebuah negeri yang makmur dan subur, dihiasi taman yang penuh berkah, mata airnya tak pernah keing, kenikmatannya tak pernah habis, dan pohonnya terus berbuah tak mengenal batas musim. Dengan begitu, orang yang selalu memperhatikan kesucian hatinya, menjaga dan memdidiknya dengan baik, maka rohnya akan tetap muda, perasaannya lembut, dan penampilan pun akan ceria dan bergairah. Namun, hati baru akan bisa tenang dan istiqomah manakala ia terus disirami dengan percikan-percikan iman melalui amal ibadah yang mudawamah (tidak berkeputusan). Dan juga hati itu akan lebih hidup manakala ia selalu berada dalam dzikrullah dan mulazamah di dalam melakukan mujahadtrun nafsi, serta tekun melakukan tazkiyah,yakni membersihkan hati dari segala kotoran dan penyakit hati. Disamping itu, akan merasa sedih dan kecewa bila tidak mampu melaksanakan hal-hal yang baik dan terpuji, dan juga akan menyesal manakala melakukan hal-hal yang salah dan tercela.

Hakikat hati nurani manusian adalah berasal dari nur Ilahiyah, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya, “Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya (nur)-Nya siapa saja yang Dia kehendaki.” (QS. An Nur:35)

Pendek kata, sejahat apapun manusia yang selalu menuruti hawa nafsunya, namun dalam hati nuraninya akan tetap jujur untuk menyadari kesalahan dirinya.
Zikir
Peringkat Ahli Zikir

Menurut Imam Ghazali ada dua tingkatan zikrullah. Pertama adalah tingkatan para wali yang pikiran-pikiran seluruhnya terserap dalam perenungan akan keagungan Allah, dan sama sekali tidak menyisakan lagi di relung hati mereka untuk hal-hal lain. Terhadap zikir seperti inilah Rasulullah Saw. bersabda : “Orang yang bangun pagi hanya dengan Allah di dalam pikirannya, maka Allah akan menjaga di dunia ini maupun di akhirat.” Zikir pada peringkat ini adalah zikirnya orang-orang yang sudah mencapai tingkat istiqamah dan mulazamah dalam zikrullah, dan ini hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang menduduki derajat kematangan dan kesempurnaan iman, dimana hatinya senantiasa belum merasa tenang manakala ia tidak mengingat Allah. Sehingga dalam (keadaan apapun) dan semua garak-geriknya baik lahiriah maupun batiniah hati dan jiwa orang itu akan terus terkuasai sebaik-baiknya. Dimanapun dia berada, hal itu tidak menghalanginya untuk berzikir kepada Allah.

Adapun peringkat yang kedua yaitu zikir golongan kanan (Ashabul Yakin), yakni orang-orang yang saleh. Zikir mereka belum sampai membawa larut kedalam pikiran tentang keagungan-keagungan Allah, melainkan tetap sadar diri. Tentang peringkat dua zikir ini ada satu anekdot dari sufi klasik. Pernah seorang mutasawwif bertanya kepada mursyidnya, seorang guru sufi terkenal, Abu Uthman Al Hiri, “Aku berzikir dengan lidah, tetapi hatiku sulit bersatu dengan zikirku” ia menjawab, “Bersyukurlah, bahwa salah satu anggota badanmu menaati dan dibimbing kejalan yang benar. Barangkali hatimu kelak akan ikut juga, kelak akan mendaki ke tingkat yang lebih tinggi.”

Memang bisa dipahami bahwwa amaliah zikir bagi kelompok khawas, elit rohani yang terbatas jumlahnya, memungkinkan mereka itu hidup berkekalan dalam zikir yang sempurna. Berbeda dengan orang awam, agama tidak memberatinya mereka hanya diajak berzikir sebatas kesanggupannya. Zikir bagi orang awam dapat dilakukan dimana saja, pada saat apa saja, tanpa dibatasi pada waktu-waktu shalat atau pada tempat suci tertentu saja. Yang penting, zikir dapat diupayakan terus menerus, pagi, siang, sore, malam, duduk, berdiri. Namun perlu disadari oleh siapapun bahwa suatu zikir baru bisa efektif bia hati orang yang berzikir benar-benar menghayati kalimat-kalimat yang keluar dari lisannya. Sayangnya, yang banyak dijumpai adalah lisan berzikir tapi hatinya lalai, zikir cukup di lisan saja tanpa disertai oleh hatinya. Sehingga tidak sedikit orang mengamalkan zikir bertahun-tahun tapi tidak membekas didirinya. Meskipun itu jauh lebih baik dari pada orang yang tidak melakukan zikir. Sebab orang yang tidak melakukan zikir termasuk golongan ghafilun, orang-orang yang lalai.

Dalam Quran Al `Ankabut ayat 45 menerangkan :

” Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Rasulullah Saw. bersabda : ” Hendaknya lisanmu selalu basah karena berzikir kepada Allah Ta’ala.” Jadi, alangkah baiknya seorang mukmin mau melatih lisan dan hatinya untuk selalu mengingat Allah, meski di tengah kesibukan duniawi tetapi tetap perhatiannya selalu terpusat pada zikrullah.

Lambat laun, bila hati seorang hamba Allah sudah diliputi keinginan untuk mencapai kemuliaan yang hakiki, maka zikir kepada Allah akan senantiasa tumbuh dan lestari dalam hati itu. Amaliah zikirnya yang penuh konsentrasi dan kekhusyu’an sehingga benar-benar meresap ke dalam hati, akan senantiasa menuntun jiwa orang itu kepada rasa cinta yang tinggi kepada Allah Swt. Dan bila perasaan cinta (mahabbah) itu telah mengendap di dasar lubuk hati seorang abid, dan menghujan kuat dalam benaknya maka jiwa orang itu akan selalu berbunga-bunga karena kedekatannya dengan Allah yang telah menjadi kecintaannya. Dan siapa saja yang telah menemukan sinar mahabbah, tentu akan nampak tanda-tandanya, yaitu hati orang itu akan selalu rindu dan semakin senang berzikir kepada-Nya.

Allah telah menyuruh orang-orang yang beriman untuk selalu berzikir, mendekatkan diri kepada-Nya denga rasa cinta, kepasrahan dan penuh kedamaiaan, sebagaimana dalam firman-nya, ” Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang” (QS Al Ahzab: 41-42)

Dan juga disebutkan bahwa semua makhluk bertasbih kepada Allah, dan mereka melakukan zikir dengan cara tertentu.(QS. Al Ankabut:63) Kemudia ditegaskan pula bahwa apa pun yang dibisikan oleh hati seseorang Allah mengetahuinya, dan Dia selalu lebih dekat kepada manusia dari pada urat nadi sendiri.(QS. Qaaf:16) Tentu saja, kedekatan ini bukan berarti dekat jarak, karena sama sekali Allah tidak dibatasi oleh suatu jarak dan waktu.

Zikir meskipun bukan hukum fardhu, namun sangat dianjurkan dalam islam. Disebabkan keutamaan yang terkandung di dalam zikir sangatlah besar, terutama untuk menngkatkan kedekatan dan kecintaan kepada Allah Swt. Apalagi ketika dunia modern dewasa ini sudah menjadi terlalu rasional dan cenderung materialis, sehingga manusia merasakan penat dan ingin kembali ke hal-hal yang religius untuk mereguk rasa keagamaan yang hakiki. Dan itu bisa ditemukan oleh orang-orang yang hati mereka tenggelam dalam kekhusyu’an zikrullah. Sebagaimana yang telah dijanjikan Allah, ” Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.”(QS. Ar Ra’ad:28)

Manusia akan menemuan tingkat kedekatan dengan Allah selagi ia terus menerus berada dalam zikir, dan terus-menerus menghindari dari segala sesuatu yang bisa melupakan Allah. Karena zikir dapat menjadi penghubung antara hamba dengan Tuhan, dan merupakan kunci pembuka tabir yang menutupi hubungan hamba dengan Tuhan. Tabir yang disebabkan kekotoran hati manusia dapat di sucikan dengan alat penyuci zikrullah, sehingga terbukalah tabir hijab, dan hati menjadi dekat dengan Tuhan .

Rasulullah Saw. bersabda : ” Bahwasannya bagi tiap-tiap sesuatu itu ada alat untuk menyucikan, dan alat untuk menyucikan itu ialah zikrullah.”

Dalam hadis lain disebutkan : ” Janganlah kamu memperbanyak pembicaraan tanpa ngat kepada Allah Swt. Sesungguhnya banyak pembicaraan tanpa mengingat Allah akan menimbulkan kesesatan hati, dan sesungguhnya sejauh-jauh manusia dari Allah adalah hati yang sesat.”

Zikir merupakan tiang yang kuat di jalan menuju Allah, juga sebagai langkah utama di jalan menuju cinta kepada-Nya. Sebab, orang tak dapat mencapai rasa cinta, tanpa mengingat-Nya terus menerus. Orang yang beriman dan cinta kepada Allah hatinya selalu dihiasi dengan zikrullah, karena zikir alah telah dijadikan santapan bagi jiwa mereka
Wasiat Al-Ghazali
Ketika Imam Ghazali pergi ke Rahmatullah pada hari Senin, 14 Jumada al-Tsani 505 H, tepatnya 18 Desember 1111M, dalam usia ke 53. Dan Ahmad saudara Al Ghazali menghubungkan fajar dari hari meninggalnya Al Ghazali. Ia berwudh dan berkata : “Bawakan kain kafanku!” kemudian ia mengambilnya dan menciumnya serta meletakkan di depannya kemudia Al Ghazali berkata : ” Dengan senang hati saya memasuki Kehadirat Kerajaan.” kemudian ia memasuki tempat yang siapapun tidak boleh memasukinya. Saat mereka masuk, didapati Al Ghazali sedang menghadap kiblat dan sudah memakai kain kafannya, serta di atas kafannya terdapat selembar kertas yang berisi syair-syair. Menurut Margareth Smith M.A,Ph.D penulis biografi Al Ghazali dalam bukunya. Dan salah satu syair itu yakni :
Katakanlah kepada teman-temanku, saat mereka melihatku mati.
Mencucurkan air mata padaku, berduka cita atas dalam duka.
Jangan percaya, mayat yang kau lihat adalah aku.
Dengan Nama Allah, kukatakan kepadamu, mayat itu bukan aku.
Aku adalah Ruh, badan ini tidak ada apa-apanya, cuma daging.
Jasad itu, tempat tinggal pakaian sementaraku.
Aku adalah pusaka, dan badan ini hanya kulit penjaga.
Dihiasi debu, melayaniku sebagai tempat keramat.
Akulah mutiara, yang ditinggalkan kulit di padang pasir.
Akulah narapidana, yang menghabiskan waktu dalam duka.
Akulah burung, dan jasad ini adalah sangkarku.
Tatkala aku bebas terbang, ada bekas ku tinggalkan.
Segala puji bagi Tuhan, yang telah melepaskanku, bebas.
Ia persiapkan tampatku, di surga tertinggi.
Hari ini aku mati, setelah aku hidup di tengah-tengahmu.
Kini aku hidup dalam kebenaran, dengan kafan yang terbuang.
Hari ini aku dapat berbicara dengan orang suci di atas sana.
Sekarang tanpa penghalang aku berhadapan melihat Tuhan.
Aku melihat lembaran, dan disitu ku baca isinya.
Semuanyan ada padanya, yang hilang, sedang dan akan terjadi.
Biarkan rumahku hancur, letakkan sangkarku di atas tanah.
Lemparkanlah jasad, sebagai bukti, tidak lebih dari pada itu.
Lepaskan jubahku, karena itu hanyalah pekaian luarku.
Tempatkan semuanya di kuburan, biarkan, agar terlupakan.
Aku telah melalui jalanku, kau akan menyusul kemudian.
Tempat tinggalmu bukan tempat tinggalku.
Jangan kau kira, mati adalah mati, bukan, tetap hidup.
Hidup yang melampaui semua yang di impikan disini.
Selagi di dunia, kita hanya bisa tidur
Mati, lebih dari sekedar tidur, ialah tidur yang dipanjangkan.
Jangan takut saat mati menghampiri mendekatimu.
Mati hanyalah suatu awal menuju rumah yang di berkati.
Pujilah kelembutan-Nya dan datanglah jangan takut.
Apa yang ku alami, akan kau alami.
Sepengetahuanku, engkau juga seperti aku.
Seluruh jiwa manusia berasal dari Tuhan.
Raga mereka semuanya tersusun serupa.
Baik dan buruk, bergembiralah sekarang.
Semoga kedamaian Tuhan dan kesenangan abadi menyertaimu.


No comments: