06 March 2018

Matilah sebelum mati


Ada satu nasehat dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi “Muutu qabla an tamuutu” yang artinya “matilah sebelum mati”
Nasehat Rasulullah tersebut sarat dengan makna. Mati pada hakikatnya adalah terbebasnya ruh (ruhani) dari jasad (jasmani). Jadi upayakanlah dalam kehidupan ini ruh (ruhani) kita tidak terkukung oleh jasmani atau tidak terkukung oleh hawa nafsu. Upayakanlah ruh (ruhani) kita mengendalikan hawa nafsu bukan hawa nafsu yang mengendalikan ruh (ruhani) kita.
Berikut ulasan dari seorang teman akan nasehat dari Rasulullah di atas
***** awal kutipan *****
“Sebelum anda meninggal dunia, cobalah mematikan diri anda sejenak.
Tutuplah kedua mata anda dan bayangkan jenazah anda sedang berada di atas keranda mayat diiringi oleh para pengantar jenazah. Keadaan bagaimana yang anda inginkan setelah anda mati, maka jadilah seperti yang anda inginkan di saat anda hidup sekarang ini.
Perbaikilah kesalahan anda, perbaikilah tingkah laku anda, bertaubatlah di atas segala perbuatan maksiat anda, bukalah lembaran baru kehidupan anda dengan perjalanan hidup dan budi pekerti yang baik.
Cucilah hati anda dari kedengkian dan bersihkanlah dari pengkhianatan. Kelak anda akan mengingat apa yang telah anda lakukan karena makhluk-makhluk ibarat pena Allah ta’ala dan seluruh manusia adalah saksi Allah ta’ala di bumiNya.
Jika mereka bersaksi dengan memuji anda, maka itu adalah khabar baik buat anda dan kesaksian ini diterima di sisi Allah yang Maha Esa. Namun jika mereka bersaksi dengan menyebutkan keburukan anda, maka anda sangat merugi di atas apa yang sedang menanti anda“
*****akhir kutipan ****
Nasehat Rasulullah di atas tidak diingat lagi siapa-siapa perawinya sebagaimana umumnya hadits-hadits yang berhubungan dengan akhlak atau berhubungan dengan tentang Ihsan atau tasawuf.
Nasehat Rasulullah di atas disampaikan oleh para ulama yang sholeh bersanad ilmu sampai kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Mereka yang terhasut atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi umumnya akan mempertanyakan hal-hal seperti,
“bagaimana antum bisa memvalidasi “nasehat” itu benar dari lisan Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wasallam ?”
“bagaimana kita tahu itu sebuah hadits jika tidak diketahui sanadnya ?”

Pertanyaan mereka pada hakikatnya adalah mempertanyakan dalil terhadap sebuah nasehat.
Mereka yang mempertanyakan dalil terhadap sebuah nasehat merupakan wujud dari terkena hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi
Salah satu penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpulan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab) dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf. Laurens mengupah ulama-ulama yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis.
Protokol Zionis yang ketujuhbelas
…Kita telah lama menjaga dengan hati-hati upaya mendiskreditkan para ulama non-Yahudi dalam rangka menghancurkan misi mereka, yang pada saat ini dapat secara serius menghalangi misi kita. Pengaruh mereka atas masyarakat mereka berkurang dari hari ke hari. Kebebasan hati nurani yang bebas dari paham agama telah dikumandangkan dimana-mana. Tinggal masalah waktu maka agama-agama itu akan bertumbangan..

Mereka yang terhasut maka mereka tidak lagi mempercayai apa yang disampaikan oleh para ulama yang sholeh yang bersanad ilmu tersambung kepada lisannya Rasulullah, mereka tidak lagi mempercayai apa yang disampaikan oleh para ulama yang sholeh keturunan cucu Rasulullah , termasuk tidak lagi mempercayai apa yang disampaikan oleh Imam Mazhab yang empat.
Sehari-hari mereka disibukkan kembali dengan apa yang telah dilakukan dan diselesaikan oleh Imam Mazhab yang empat, padahal mereka tidak berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak
Oleh karena kesibukkan mereka berijtihad dalam perkara syariat akhirnya mereka tidak punya waktu lagi untuk mendalami hadits-hadits tentang akhlak atau tentang ihsan atau tentang tasawuf
Hadits yang wajib diketahui sanadnya adalah hadits yang terkait dengan hukum atau terkait perkara agama atau perkara syariat, syarat sebagai hamba Allah, perkara yang telah diwajibkanNya, wajib dijalankan dan wajib dijauhi meliputi perkara kewajiban yang jika ditinggalkan berdosa, perkara larangan dan pengharaman yang jika dikerjakan/dilanggar berdosa.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban (ditinggalkan berdosa), maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa larangan (dikerjakan berdosa)), maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu (dikerjakan berdosa), maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi)
Urusan agama atau perkara syariat atau perkara yang diwajibkanNya (wajib dikerjakan dan wajib dijauhi) telah sempurna dan telah disampaikan seluruhnya oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

No comments: