Ramai yang tentu tahu tentang dari mana datangnya ayat-ayat yang berikut:
13. Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
14. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.”
15. Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? (Al Kahfi)
16. Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu”.
=============================
.
Pada saat kita membaca surah Al Kahf (bagi orang Melayu kita selalu sebut Al-Kahfi) maka imaginasi kita akan terbawa suatu keadaan di mana orang-orang yang hidup di masa itu adalah penyembah-penyembah berhala.
Ia suatu era yang tidak ada pada saat ini dan tidak pernah terbayangkan terjadi dalam kehidupan kita saat ini.
.
Benarkah demikian?
Saya sendiri melihat bahawa kehidupan pada saat ini amat2 memenuhi syarat seperti apa yang terjadi pada masa kisah sahibul kahfi berlaku.
Kalau tidak bersetuju… tidak mengapalah.
.
Siapakah tuhan-tuhan baru pada saat ini?
Mereka ada macam2. Contoh2 nya ialah beraneka aliran sesat, agama-agama syirik, hawa nafsu, keserakahan, ketamakan, pemuasan keinginan, wang, kekuasaan, takut mati, takut miskin, bos-bos pemilik wang, bos-bos pemilik kekuasaan, sistem kerja, sistem pemerintahan, penghambaan atas nama disiplin dan kesetiaan serta ahli-ahli agama yang mengikuti hawa nafsu.
.
Adakah saya sedang mengarut?
Perhatikan di pagi hari setiap orang berusaha melakukan aktiviti2 tertentu kerana mengikuti sebuah sistem di mana mereka harus pergi bekerja atau bersekolah pada waktu dan pada jam yang sama.
Mereka kelihatan sungguh-sungguh dan penuh dedikasi, dan ketakutan melebihi pengabdian mereka kepada Tuhan, mereka tidak boleh pergi dan pulang sesuka hati, kerana mereka diancam sangsi dan tekanan administratif.
Apabila mendengar ajakan ibadah, maka tentu ada kecenderungan menunda atau meninggalkan kerana mereka beranggapan sangsinya belum tentu ada.
.
Apakah mereka bukan orang Islam?
Mereka adalah orang-orang Islam yang kerakusan sebagaimana orang-orang kafir bahkan lebih lagi.
.
Benarkah begini?
“Ayat 96 (Surah Al Baqarah) – Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling haloba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih haloba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”.
.
Maka, apakah kita harus lari ke dalam gua-gua secara harafiah? Tidak praktikal?
Tentu tidak, di tengah masyarakat yang membebaskan kita untuk beribadah, gua-gua itu bukanlah gua-gua di bukit atau gunung. Gua itu adalah tempat di mana kita boleh menghindari kerumunan orang-orang yang sibuk berebutkan dunia, suatu tempat di mana kita boleh perbanyakkan amalan2 peribadi.
Keluar hanya untuk menunaikan keperluan-keperluan wajib, seperti mencari nafkah, berbelanja dan segala kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang wajib.
Orang-orang yang berdalih mencari nafkah, menolong sesama manusia, membawa kepada kemaslahatan yang lebih besar, melakukan perbaikan dan berbagai macam alasan, di mana sesungguhnya terjadi adalah mereka masuk kepada suatu jebakan mutakhir yang sesungguhnya dibuat dari jebakan lama, (harta, kekuasaan, kebanggaan diri/kesombongan) berubah menjadi serigala2 lapar yang siap memangsakan orang2 lain yang dianggap lemah.
Perhatikan ustaz2 yang masuk ke dalam Parlimen, sebelumnya mereka diharapkan memberikan penambahbaikan kepada sistem Parlimen kita.
.
Maka apa yang realitinya sedang berlaku?
Ia memberikan perubahan lain pulak. Apa yang terjadi adalah mereka (ustaz2) tersebut yang menjadi setan-setan baru, dan enggan untuk turun dari tampuk kekuasaan. Bila akan digantikan, mereka akan berdalih bahawa parti perlu orang yang berpengalaman.
.
Benarkah begini?
Perhatikan orang-orang yang bersosialisasi dengan alasan silaturrahim, berapa banyak yang tersesat kerana terlalu banyak organisasi dan forum silaturrahim, berapa banyak kebohongan dan fitnah yang keluar dari mulut agar boleh diterima oleh komuniti mereka?
Perzinaan, khalwat, perbuatan menghambur2 kan wang, menyia-nyiakan waktu dengan alasan silaturrahim serta sosial?
Silaturrahim dianjurkan, namun semua haruslah mengenal batas. Silaturrahim dengan tetangga dan kerabat adalah hal-hal yang patut lebih diutamakan, sedangkan kepada pihak-pihak di luar itu sudah tidak ditekankan lagi melainkan memang ada waktu terluang.
.
Benarkah begini?
Apa sungguhnya batas2 kita telah terjebak?
1. Sering berada di luar rumah bersama orang lain dibandingkan dengan keluarga sendiri.
2. Mulai meninggalkan kewajipan yang wajib.
3. Banyak senda gurau dibandingkan zikir.
4. Jarang silaturrahim dengan tetangga dan kerabat (yang lebih utama).
5. Sering menghamburkan wang untuk rekreasi, makan, bersantai bersama teman kerja serta teman bisnes jika dibandingkan dengan keluarga.
.
Justeru apa perbezaan perilaku sahibul kahfi dengan mengasingkan diri?
Sikap sahibul kahfi:
1. Didasari kepada ketakwaan dan mengharap redha dari Allah.
2. Sikap penuh rendah hati akan kemampuan diri yang tidak mampu menghadapi fitnah-fitnah dunia.
3. Suatu sikap defensif terhadap fitnah dunia.
4. Melaksanakan ketaatan dalam keramaian maupun saat bersendiri.
5. Ikhlas dalam melaksanakan ketaatan, kerana rasa takut kepada Allah.
.
Sikap mengasingkan diri yang bukan seperti sahibul kahfi:
1. Dikotori sikap riya’, cirinya ialah menonjolkan penampilan dan cara berpakaian.
2. Melanggar perintah agama tentang kewajipan mencari nafkah bagi kepala keluarga.
3. Seakan-akan taat, namun hatinya tersiksa, melaksanakan ketaatan yang terlihat manusia, bermaksiat saat bersendiri.
.
Tanda-tanda Era Sahibul Kahfi yang sejajar dengan apa yang sedang berlaku kini:
1. Orang mengaku Islam, Iman membuat aturan sekaligus melanggarnya.
2. Orang banyak berbicara tentang orang lain, namun dirinya sendiri tidak diperbaiki.
3. Orang ahli maksiat menuduh orang lain melakukan maksiat (sikap pencuri menunjukkan pencuri lain).
4. Nasihat agama hanya sekadar hiburan, pelipur lara, menghilangkan stress dan rekreasi.
5. Orang tidak sungguh-sungguh belajar agama sebagaimana belajar ilmu dunia.
6. Orang suka menasihati, namun dirinya sendiri tidak buat.
7. Stress melihat kemaksiatan namun merasa perlu terus mendakwahi orang lain karena berpikir itu juga merupakan tanggung jawab dirinya. Sehingga dayanya habis, dan objek dakwahnya tidak berubah sedikitpun, akhirnya menghancurkan diri sendiri, sebagaimana sifat lilin yang menyinar sekitarnya dengan cahaya rendah, sementara, akhirnya kembali gelap, dan lilinnya ikut musnah. Inilah yang banyak dihindari oleh para ulama besar.
8. Agama hanya bahan diskusi, meninggikan diri dan kelompok, mencela orang lain, namun minimum sekali pelaksanaannya.
9. Puas dengan ilmu agama yang sedikit.
10. Beragama berasaskan logik serta kaedah barat dan persepsi literatur. Meninggalkan kebiasaan ulama terdahulu, yang berasaskan hafalan Quran, hafalan hadis, hafalan kitab, dan guru-guru yang soleh.
.
Sekadar pemerhatian sahaja semua ini.
Semoga bermanfaat difikir2 kan.
Allahu’alam… Wassalam.



💛💛💛💛❤❤❤❤❤💚💚💚💚💚💚💚♥️♥️♥️♥️💙💙💙
.