اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
3X سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقَهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu kepada اللهَ
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Kerdipan Mataku berIstighfar Astaghfirullah (أسْتَغْفِرُاللهَ)
Hatiku berdetik disetiap saat menyebut Subhanallah (سُبْحَانَ اللَّهِ)
Denyutan Nadiku dengan Alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ)
Degupan Jantongku bertasbih LA ILAHA ILLALLAH (لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)
Hela Turun Naik Nafasku berzikir Allāhu akbar (اللَّهُ أَكْبَرُ)
الْحَمْدُ لِلَّهِ syukur kepada وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ...اللهَ
Ilmu Awaluddin Makrifatullah
BELAJAR dah bertahun-tahun ..dah faham dah Ilmu Awaluddin
Makrifatullah ini..TETAPI kita belum juga kenal kenal akan DIRI kita itu...apa
lagi yang wajar kita lakukan ????
Mungkin ramai diantara kita dalam perjalanan menuju
Makrifatullah, telah mendalami dan mengamalkan Ilmu Syariat, Tariqat hingga
keperingkat Samaniah, telah berzikir, berwirid serta menjaga Tauhid…..TETAPI
MASIH BELUM DAPAT MERASAI – MENGALAMI ERTI MAKRIFAH YANG SEBENAR.
Jika kita berpegang kepada Ajaran Tasauf Sunni Al-Ghazali,
maka caranya hanyalah dengan cara cara Tariqat yang kita anuti dan diajar oleh
Murshid kita.
Kita akan kecewa kerana dizaman kita ini tersangatlah susah
untuk mencari MURSHID.
Namun begitu haruslah kita ingat akan kenyataan Saidina Ali
rda : BAHAWA UNTUK KENAL ALLAH MESTILAH DENGAN ALLAH JUA dan Ingatan Ulamak
bahawa UNTUK MENEMUI YANG MAHA GHAIB MESTILAH DENGAN YANG GHAIB JUA.
Dalam perkara ini kita sudahpun faham akan maksudnya.
Allah berfirman bahawa pengetahuan manusia tentang Ruh
adalah sedikit. Sedikit pada Allah melimpahruah pada kita. Jika kita faham apa
yang dikatakan YANG SEDIKIT itu dan faham pula akan JALAN-NYA untuk MENEMUI RUH
TUHAN yakni NYAWA kita …maka berkemungkinan besar …
JALAN MAKRIFATULLAH kita sudah terbuka……maka katakanlah
ALHAMDULILLAH.
TETAPI ….ya TETAPI …kita masih lagi belum nampak jalan
..bagaimana caranya untuk …MENEMUI DIRI itu…belum lagi dapat jalan untuk
mengenal dan bertemu dengan LAPISAN LUAR yakni RUH RUHANI ..apatah lagi …RAHSIA
ALLAH yakni….RUH Al-QUDSI
Dalam keadaan sebegini ..adalah normal jika kita berasa
susah hati kerana kita tidak tahu dimanakah boleh kita temui guru untuk belajar
tentang cara caranya. Kalau pun kita ketemui guru yang sedemikian, kita hendaklah
pasti bahawa guru yang mengajar kita itu TELAHPUN bertemu dengan DIRI-nya sebab
pada peringkat ini kita tidak lagi mahu berkisar dalam lautan ilmu. Ianya hal
praktikal.
ILMU MAKRIFATULLAH & LADUNI(FIRASAT)
2 ILMU BATIN TERTINGGI DALAM DIRI
ILMU MAKRIFATULLAH & LADUNI(FIRASAT)
NABI KHIDIR
Tuhan mentajallikan Cahaya-Nya. Cahaya Tuhan itu bernama
Nur. Jadi, Nur itu Cahaya Tuhan. Itulah Rahasia Tuhan. Rahasia Tuhan itulah
juga dinamakan Muhammad yang awal dan Nur Muhammad itu juga dinamai titik Nur
yang awal. Nur Muhammad sudah “lahir”, baru bersuara. Inilah suara Allah
langsung pada Muhammad.
Dari mana awal suara dari mulut dan lidah kita ini? Tentulah
dari hati.
Dari mana awal suara dari hati ini? Tentulah dari sirr.
Dari mana awal suara dari sirr hati ini? Tentulah dari Zat.
Dari mana awal suara dari Zat ini? Tentulah dari Allah.
Dari Allah ⇒ Zat [Rahasia Allah] ⇒
sirr ⇒
hati ⇒
lisan
Renungkanlah perjalanan suara ini. Dengan sirr ini kita
dapat membezakan mana suara dari syaitan, mana suara dari Allah.
Tuhan menjadikan kita punya zahir dan punya batin. Yang
batin itu ruh dan yang zahir itu tubuh. Ruh ini Zat; tubuh ini sifat. Kelakuan
zahir ini kelakuan dari mana? Dari batin. Kelakuan batin itu kelakuan siapa?
Kelakuan Zat. Siapa yang berkelakuan pada Zat itu? Tentulah Zat-nya Zat, itulah
Tuhan maka ilham Allah pada Ruh yang musyahadah pastinya benar,,,,namun bukan
zat Allah bersatu dalam ruh kerna Ruh adalah makhlok sedangkan Allah adalah
Qadim laisa kamislihi syaik;
Maka ketika orang tauhid sudah mengetahui jalan ini,
dirasakannya semua dari Allah: minallah. Kalau sudah dirasakan oleh batinnya
semua dari Allah, berarti batinnya sudah karam musyahadahnya pada Allah dan
ketika melihat zahirnya itu, dirasakannya rasa isbat saja.
Pengetahan usul ini penting diketahui dan dipahami karena
usul itu kesempurnaan. Kalau tidak ada usul, bagaimana kita akan mendapatkan
kesempurnaan? Jadi, belajar itu hendaklah sampai pada pemahaman yang tidak
dimakan oleh usul. [tidak tertolak atau bertentangan dengan usul]
Ketahuilah bahwa Zat itu Diri Makrifat. Diri Makrifat itu
menghimpunkan semua Af`al, semua Asma, semua Sifat, dan semua Diri.
Sederhananya, Diri Makrifat itu menghimpunkan semua tubuh-hati-nyawa-rahasia.
Diri Makrifat itulah yang menggerakkan Zat-Sifat-Asma-Af`al.
Diri Makrifat ini Rahasia Tuhan yang ada pada Adam (kita). Kalau sudah paham
ini, bagaimana lagi kita mau menyangkal bahwa tiada perbuatan baharu lagi?
“Jika bukan karena engkau Muhammad, tiada Ku-ciptakan alam
ini.”
Apa hikmah perkataan [hadis qudsi] ini dari sisi hakiki?
Kalau tidak ada engkau Diri Makrifat, tidak akan ada pergerakan jasad. Inilah
isyarat dua kalimah syahadat.
Jadi Diri Makrifat itu Sifat Tuhan juga Rahasia Tuhan. Jadi
diri Makrifat itu jadi apa pada kita ini? Jadi ruh.
Cahaya Diri Makrifat inilah yang menjadi firasatan,
sedangkan Nur Muhammad itu menjadi per.ingat.an.
Mengapa Nabi Khidr a.s. dapat mengetahui semuanya dan
perbuatannya bertentangan dengan syara? Karena Nabi Khidr mengetahui Diri
Makrifat itu firasatan. Sedangkan Diri Makrifat itu mustahil berbohong.
Maka orang tauhid hakiki tidak bingung dengan kelakuan Nabi
Khidr a.s. sebagaimana kisah dalam Q.S. al-Kahfi karena orang tauhid hakiki
tahu soal firasatan dan per-ingatan ini. Dari sini diketahui bahwa Nabi Khidir
itu Allah karuniai firasatan yang tinggi [ilmu hikmah].
Sebenarnya ilmu firasatan ini menggunakan bahasa Cahaya:
Cahaya Ilahi.
Timbulnya ingatan itu dari firasatan. Timbulnya firasatan
itu dari Tuhan.
Ciri bahasa Cahaya Ilahi itu: laa raiba fiihi hudan lil
muttaqiin [Q.S. Al-Baqarah:2] alias tidak ada keraguan satu zarah pun!
Nabi Khidr a.s. itu ahli bahasa Cahaya ini. Jadi, tidak usah
hairan kalau para wali Allah itu banyak mengetahui hal-hal yang tidak diketahui
orang awam karena para wali Allah itu belajar dan menguasai ilmu firasatan
alias bahasa Cahaya Ilahi ini dari Nabi Khidr a.s. Sang Murabbi.
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki
[Q.S. Nur:35]
"Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang
kepadanya, dan hamba-Ku tidak dapat mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu
yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan (perkara syariat), jika
hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan kebaikan, maka
Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang
ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang,
dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya
untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta
perlindungan kepada-Ku, pasti Ku-lindungi. Dan Aku tidak ragu untuk melakukan
sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk
mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku
sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya.” (H.R. Bukhari 6021)
Susah menguasai bahasa firasat ini. Kalau yang pakai bahasa
seperti aksi nujum bak belalang ,iyer ramai
Makan Nasi 1 biji padi
Tak pula jagungpun jadi.. !!
- Hidan kakuzu.
Dicatat oleh KunciLangit di 2:02 PTG
Dicatat oleh KunciLangit di 12:31 PG
No comments:
Post a Comment