BismillahHirahmanirRahim... الحمد لله syukur kepada الله Everything happening with الله permission : #Sesungguhnya Aku berniat kerana الله:Tugasan geraktubuh badanKu Daku Niatkan Tasbih anggota tubuhku buat الله. Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya kepada~Mu Ya الله.. Setiap Detik Hatiku menyebut Subhanallah سبحان الله Denyutan Nadiku dengan Alhamdulillah الحمد لله Degupan Jantongku bertasbih LA ILAHA ILLALLAH لا إله إلا الله Nafasku berzikir Allāhu akbar الله أكبر
25 December 2019
ORANG YANG BERJALAN DI ATAS AIR
ORANG YANG BERJALAN DI ATAS AIR
Seorang darwis yang suka berpegang pada kaidah, yang berasal dari mazhab sangat saleh, pada suatu hari berjalan menyusur tepi sungai. Ia memusatkan perhatian pada pelbagai masalah moral dan ajaran, sebab itulah yang menjadi pokok perhatian pengajaran Sufi dalam mazhabnya. Ia menyamakan agama perasaan dengan pencarian Kebenaran mutlak.
Tiba-tiba renungannya terganggu oleh teriakan keras: seseorang terdengar mengulang-ngulang suatu ungkapan darwis.”Tak ada gunanya itu,” katanya kepada diri sendiri, “sebab orang itu telah salah mengucapkannya. Seharusnya diucapkannya YA-HU, tapi dia mengucapkannya U-YA-HU.”
Kemudian ia menyadari bahwa, sebagai Darwis yang lebih teliti, ia mempunyai kewajiban untuk meluruskan ucapan orang itu. Mungkin orang itu tidak pernah mempunyai kesempatan mendapat bimbingan yang baik, dan karenanya telah berbuat sebaik-baiknya untuk menyesuaikan diri dengan gagasan yang ada di balik suara yang diucapkannya itu.
Demikianlah Darwis yang pertama itu menyewa perahu dan pergi ke pulau di tengah-tengah arus sungai, tempat asal suara yang didengarnya tadi.
Didapatinya orang itu duduk disebuah gubuk alang-alang, bergerak-gerak sangat sukar teratur mengikuti ungkapan yang diucapkannya itu. “Sahabat,” kata darwis pertama, “Anda keliru mengucapkan ungkapan itu. Saya berkewajiban memberitahukan hal ini kepada Anda, sebab ada pahala bagi
orang yang memberi dan menerima nasehat. Inilah ucapan yang benar.” Lalu di beritahukannya ucapan itu.
“Terima kasih,” kata darwis yang lain itu dengan rendah hati.
Darwis pertama turun ke perahunya lagi, sangat puas, sebab baru saja berbuat amal. Bagaimanapun, kalau orang bisa mengulang-ngulang ungkapan rahasia itu dengan benar, ada kemungkinan bisa berjalan diatas air. Hal itu memang belum pernah disaksikannya sendiri tetapi –berdasarkan alasan
tertentu– darwis pertama itu ingin sekali bisa melakukannya.
Kini ia tak mendengar lagi suara gubuk alang-alang itu, namun ia yakin bahwa nasehatnya telah dilaksanakan sebaik-baiknya.
Kemudian didengarnya kembali ucapan U-YA yang keliru itu ketika darwis yang di pulau tersebut mulai mengulang-ngulang ungkapannya.
Ketika darwis pertama merenungkan hal itu, memikirkan betapa manusia memang suka bersikeras mempertahankan kekeliruan, tiba-tiba disaksikannya pandangan yang menakjubkan. Dari arah pulau itu, darwis kedua tadi tampak menuju perahunya, berjalan diatas air.
Karena takjubnya, ia pun berhenti mendayung. Darwis keduapun mendekatinya, katanya, “Saudara, maaf saya mengganggu Anda.
Saya datang untuk menanyakan cara yang benar untuk mengucapkan ungkapan yang Anda beritahukan kepada saya tadi;
sulit benar rasanya mengingat-ingatnya.”
Catatan
Dalam Bahasa Indonesia, hanya satu arti yang bisa diungkapkan oleh kisah ini. Dalam versi Arab sering dipergunakan kata-kata yang bunyinya sama tetapi berbeda erti (homonim) untuk menyatakan bahwa kata itu bisa dipergunakan untuk memperdalam kesadaran, disamping juga
menunjukkan sesuatu yang nilainya dangkal.
Di samping terdapat dalam sastra masa kini yang populer di Timur, kisah ini juga didapati dalam naskah-naskah pelajaran darwis, beberapa diantaranya sangat penting. Versi ini berasal dan Kaum Asaaseen (‘hakiki,’ ‘asli’), di Timur Dekat dan Tengah.
Related posts
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment