أعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu kepada اللهَ
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
(الْحَمْدُ لِلَّهِ)Tahmid Dengan Denyutan Nadiku
(لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)Tahlil Degupan Jantungku
(اللَّهُ أَكْبَرُ)Takbir dalam Hela Turun Naik Nafasku
اَلْحَمْدُ ِللهِ syukur kepadaMU YA اللهَ
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ... اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ ALLAH اللهَ
ALLAH اللهَ
Mengenal Allah-Kimyatusy- Sya'adah -
NEXT: ANAK KUNCI
ALLAH اللهَ ALLAH اللهَ ALLAH اللهَALLAH اللهَ
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ... اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ ALLAH اللهَ
Mengenal Allah-Kimyatusy- Sya'adah -
Kimyatusy- Sya'adah - Mengenal Allah
Satu Hadis Nabi Muhammad SAW. yang masyhur ialah;
"Siapa yang mengenal dirinya, mengenal ia akan TuhanNya"
Ini berarti dengan mematuhi dan
memikirkan tentang dirinya dan sifat-sifatnya, manusia itu bisa sampai
mengenal Alloh. Tetapi oleh karena banyak juga orang yang memikirkan
tentang dirinya tetapi tidak dapat mengenal Tuhan, maka tentulah ada
cara-caranya yang khusus bagi mengenal ini.
Sebenarnya ada dua cara untuk mencapai
pengetahuan atau pengenalan ini. Salah satunya sangat sulit dan sukar
difahami oleh orang-orang biasa, maka cara yang ini tidak usahlah kita
terangkan di sini. Yang satu cara lagi adalah seperti berikut:
Apabila seseorang memikirkan dirinya, dia tahu bahwa ada suatu ketika ia tidak berwujud, seperti tersebut dalam Al-Quran: “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu sesuatu yang dapat disebut?” (Al Insan:1)
Selanjutnya ia juga tahu bahwa ia
dijadikan diri setitik air yang tidak ada akal, pendengar, penglihatan,
kepala, tangan, kaki dan sebagainya, dari sini teranglah bahwa walau
bagaimanapun seseorang itu mencapai taraf kesempurnaan, tidaklah dapat
ia membuat dirinya sendiri meeskipun hanya sehelai rambut.
Kemudian pula jika ia setitik air,
alangkah lemahnya ia? Demikianlah seperti yang kita lihat di bab
pertama dulu, didapatinya dalam dirinya kekuasaan, kebijaksanaan dan
kecintaannya terhadap Alloh terbayang dalam bentuk yang kecil. Jika
semua manusia dalam dunia ini berkumpul dan mereka tidak mati, niscaya
mereka tidak dapat mengubah dan memperbaiki bentuk walau satu bagian
dari tubuhnya itu.
Misalnya, dalam penggunaan gigi depan
dan gigi samping untuk menghancurkan makanan, penggunaan lidah, air
liur, tengkuk, kerongkong, kita dapatinya penciptaan itu tidak dapat
diperbaiki lagi. Begitu juga, fikirkan pula tangan dan jari kita. Jari
ada lima dan tidak pula sama panjang, empat daripada jari itu mempunyai
tiga persendian, dan ibu jari hanya ada dua persendian, dan lihat pula
bagaimana ia bisa digunakan untuk memegang, mencincang, memukul dan
sebagainya. Jelas sekali manusia tidak akan dapat berbuat demikian,
meski hendak menambah atau mengurangkan jumlah jari itu dan susunannya
.
Lihat pula makanan, tempat tinggal kita
dan sebagainya. Semuanya cukup dikurniakan oleh Alloh yang maha kaya.
Tahulah kita bahwa rahmat atau Kasih Sayang Alloh itu sama dengan
Kekuasaan dan Kebijaksanaan-Nya, seperti firman Alloh Subhanahuwa
Taala.
"RahmatKu itu lebih besar dari kemurkaanKu"
Dan sabda Nabi SAW:
"Alloh itu sayang kepada hamba-hambanya lebih dari sayang ibu kepada anaknya"
Demikianlah, dari makhluk yang
dijadikanNya, manusia bisa tahu tentang wujud Alloh, dari keajaiban
tubuhnya, ia dapat tahu tentang Kekuasaan dan Kebijaksanaanya Alloh;
dan dari kurnia rezeki Tuhan yang tidak terbatas itu, nampaklah Cinta
Alloh kepada hambaNya.
Dengan cara ini, mengenal diri sendiri itu menjadi anak kunci kepada pintu untuk mengenal Alloh Subhanawa Taala.
Sifat-sifat manusia itu adalah bayangan
Sifat-sifat Alloh. Begitu juga cara wujud ruh manusia itu memberi kita
sedikit pandangan tentang wujud Alloh, yaitu Alloh dan ruh itu tidak
kelihatan, tidak bisa dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan, tidak tunduk
kepada ruang dan waktu, diluar kemampuan kuantitas (jumlah) dan
kualitas, dan tidak bisa diperikan dengan bentuk, warna atau ukuran.
Orang merasa sulit hendak membentuk satu konsep berkenaan
hakikat-hakikat ini karena ia tidak termasuk dalam bidang kualitas dan
kuantitas, dan sebagainya, tetapi coba perhatikan betapa susah dan
payahnya memberi konsep tentang perasaan kita sehari-hari seperti
marah, suka, cinta dan sebagainya.
Semua itu adalah konsep pikiran atau
tanggapan khayalan, dan tidak dapat dikenali oleh indera. kualiti,
kuantiti dan sebagainya dan itu adalah konsep indera (tanggapan
pancaindera). Sebagaimana telinga kita tidak dapat megenal warna, dan
mata kita tidak dapat mengenal bunyi, maka begitu jugalah mengenal Ruh
dan Alloh itu bukanlah dengan inderanya.
Alloh itu adalah Pemerintah alam
semesta raya ini. Dia tidak tunduk kepada ruang dan waktu, kuantiti dan
kualiti, dan menguasai segala makhluknya. Begitu juga ruh itu
memerintah tubuh dan anggotanya. Ia tidak bisa dilihat, tidak bisa
dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan tidak tunduk kepada tempat
tertentu.
Karena bagaimana mungkin sesuatu yang tidak bisa dibagi-bagikan itu diletakan ke dalam sesuatu yang bisa dibagi atau dipecah?
Dari keterangan yang kita baca diatas itu, dapatilah kita lihat bagaimana benarnya sabda Nabi SAW.:
" Alloh jadikan manusia menurut rupanya".
Setelah kita mengenal Zat dan Sifat
Alloh hasil dari bertafakur kita tentang zat dan sifat Ruh, maka
sampailah pengenalan kita kepada cara-cara kerja dan pemerintahan Alloh
Taala dan bagaimana ia mewakilkan kuasa-kuasaNya kepada
malaikat-malaikat, dan lain-lain.
Dengan cara bertafakur tentang bagaimana diri kita memerintah alam kecil kita sendiri.
Kita ambil satu contoh:
Katakanlah seorang manusia hendak
menulis nama Alloh. Mula-mulanya kehendak atau keinginan itu terkandung
dalam hatinya. Kemudian dibawa ke otak oleh daya ruhani. Maka bentuk
perkataan "Alloh" itu terdapat dalam khayalan atau pikiran otak itu.
Selepas itu ia mengembara melalui saluran urat saraf, lalu menggerakkan
jari dan jari itu mengerakkan pena. Maka tertulislah nama "Alloh" atas
kertas, serupa seperti yang ada didalam otak penulis itu.
Begitu juga apabila Alloh Subahanahuwa
Taala hendak menjadikan sesuatu hal, Ia mula-mulanya nampak dalam
peringkat keruhanian yang disebut didalam Quran sebagai "Al-'Arasy".
Dari situ ia turun dengan urusan Keruhanian ke peringkat yang di
bawahnya yang digelar "Al-Kursi". Kemudian bentuknya nampak dalam
"Al-Luh Al-Mahfuz". Dari situ dengan perantaraaan tenaga-tenaga
"Malaikat" terbentuklah hal itu dan kelihatanlah di atas bumi ini dalam
bentuk tumbuh-tumbuhan, pokok-pokok dan binatang, yang mewakilkan atau
menggambarkan Iradat dan Ilmu Alloh.
Sebagaimana juga huruf-huruf yang
tertulis, yang menggambarkan keinginan dan kemauan yang terbit dan
terkandung dalam hati, dan bentuk itu dalam dalam otak penulis tadi.
Tidak ada orang yang tahu Hal Raja
melainkan Raja itu sendiri. Alloh telah memberi kita Raja dalam bentuk
yang kecil yang memerintah kerajaan yang kecil. Dan ini adalah satu
salinan kecil Diri (Zat)Nya dan KerajaanNya. Dalam kerajaan kecil pada
manusia itu, Arash itu ialah Ruhnya; ketua segala Malaikat itu ialah
hatinya, Kursi itu otaknya, Luh Mahfuz itu ruang khazanah khayalan atau
pikirannya. Ruh itu tidak bertempat dan tidak bisa dibagikan dan ia
memerintah tubuhnya sebagaimana Alloh memerintah Alam Semester Raya
ini. Pendeknya, tiap-tiap orang manusia itu diamanahkan dengan satu
kerajaan kecil dan diperintahkan supaya jangan lengah dan lalai
mengatur kerajaan itu.
Berkenaan dengan mengenal ciptaan Alloh
Subhanahuwa Taala, ada banyak derajat pengetahuan. Ahli Ilmu Alam yang
biasa adalah ibarat semut yang merangkak atas sekeping kertas dan
memperhatikan huruf-huruf hitam terbentang di atas kertas itu dan
merujukkan sebab kepada pena atau qalam itu saja.
Ahli Ilmu Falak adalah ibarat semut
yang luas sedikit pandangannya dan nampak jari-jari tangan yang
menggerakkan pena itu, yaitu ia tahu bahwa unsur-unsur itu adalah daya
bintang-bintang, tetapi dia tidak tahu bahwa bintang itu adalah di
bawah kuasa Malaikat.
Oleh karena berbeda-bedanya derajat
pandangan manusia itu, maka tentulah timbul perbedaan hasil atau kesan.
Mereka yang tidak memandang lebih jauh dari fenomena alam nyata ini
adalah ibarat orang yang mengganggap hamba abdi yang paling rendah itu
sebagai raja.
Walau bagaimanapun, adalah salah besar menganggap hamba itu tuannya.
Karena ada perbedaan ini, maka
pertengkaran akan terus terjadi. Ini adalah ibarat orang buta yang
hendak mengenal gajah. Seseorang memegang kaki gajah itu lalu
dikatakannya gajah itu seperti tiang. Seorang lain memegang gadingnya
lalu katanya gajah itu seperti kayu bulat yang keras. Seorang lagi
memegang telinganya lalu katanya gajah itu macam kipas.
Tiap-tiap seorang mengganggap
bagian-bagian itu sebagai keseluruhan. Dengan itu, ahli ilmu alam dan
ahli ilmu Falak menyanggah hukum-hukum yang mereka dapat dari ahli-ahli
hukum. Kesalahan dan sangkaan seperti itu terjadi juga kepada Nabi
Ibrahim seperti yang tersebut dalam Al-Quran, Nabi Ibrahim menghadap
kepada bintang, bulan dan matahari untuk disembah. Lama kelamaan beliau
sadar siapa yang menjadikan semua-benda-benda itu, lalu bisa berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kita selalu mendengar orang merujuk
kepada sebab yang kedua bukan kepada sebab yang pertama dalam hal apa
yang digelar sakit. Misalnya; jika seseorang itu tidak lagi cenderung
kepada keduniaan, segala keindahan tidak lagi dipedulikannya, dan tidak
peduli apa pun, maka dokter mengatakan, "Ini adalah penyakit gundah
gulana, dan ia perlu obat ini A" Ahli
fisika akan berkata "Ini adalah kekeringan otak yang disebabkan oleh
cuaca panas dan tidak dapat dilegakan kecuali udara menjadi lembab." Ahli nujum akan mengatakan bahwa itu adalah pengaruh bintang-bintang.
"Hanya itulah kebijaksanaanya mereka"
Kata Al-Quran, tidaklah mereka tahu bahwa sebenarnya apa yang terjadi
ialah: Alloh Subahana Wataala memberi kebajikan orang yang sakit itu
dan dengan itu memerintahkan hamba-hambanya seperti bintang-bintang
atau unsur-unsur, mengeluarkan keadaan seperti itu kepada orang itu
agar ia berpaling dari dunia ini mengadap kepada Tuhan yang
menjadikannya.
Pengetahuan tentang hakikat ini adalah
sebuah mutiara yang amat bernilai dari lautan ilmu yang berupa Ilham;
dan ilmu-ilmu yang lain itu jika dibandingkan dengan Ilmu Ilham ini
adalah ibarat pulau-pulau dalam lautan Ilmu Ilham itu.
Dokter, Ahli Fisika dan Ahli Nujum itu
memang betul dalam bidang ilmu mereka masing-masing. Tetapi mereka
tidak tahu bahwa penyakit itu bisa dikatakan sebagai "Tali Cinta" ,
yang dengan tali itu Alloh menarik AuliaNya kepadaNya. Berkenaan ini
Alloh ada berfirman yang bermaksud;
"Aku sakit tetapi engkau tidak melawat Aku".
Sakit itu sendiri adalah satu bentuk
pengalaman yang dengannya manusia itu bisa mencapai pengetahuan tentang
Alloh sebagaimana firman Alloh melalui mulut Rasul-rasulNya,
"Sakit itu sendiri adalah hambaKu dan disertakan kepada orang-orang pilihanKu".
Dengan ulasan-ulasan yang terdahulu,
dapatlah kita meninjau lebih mendalam lagi maksud kata-kata yang selalu
diucapkan oleh orang-orang yang beriman yaitu,
"Maha Suci Alloh" (SubhanAlloh)
"Puji-pujian Bagi Alloh (Alhamdulillah)
"Tiada Tuhan Melainkan Alloh (La ilaha illAlloh)
"Alloh Maha Besar" (Allohu Akbar).
Berkenaan dengan "Allohu Akbar" itu
bukanlah bermaksud Alloh itu lebih besar (secara fisik) dari makhluk,
karena makhluk itu adalah penampakan-Nya sebagaimana cahaya
memperlihatkan matahari. Tidaklah bisa dikatakan matahari itu lebih
besar daripada cahayanya. Ia bermaksud yaitu Kebesaran Alloh itu tidak
dapat diukur dan melampaui jangkauan kesadaran, dan kita hanya bisa
membentuk gambaran yang tidak sempurna dan tidak nyata berkenaanNya.
Jika seorang anak-anak bertanya kepada
kita untuk menerangkan enaknya mendapat pangkat yang tinggi, kita hanya
dapat mengatakan seperti perasaan anak-anak itu tatkala sedang bermain
bola, meskipun pada hakikat kedua-dua itu tidak ada persamaan langsung,
kecuali hanya kedua-dua hal itu termasuk dalam jenis kesenangan.
Oleh yang demikian, kata-kata "Allohu
Akbar" itu berarti Kebesaran itu melampaui semua kuasa pengenalan dan
pengetahuan kita. Tidak sempurna pengenalan kita berkenaan Alloh itu,
bukan dengan pikiran saja tetapi adalah disertai oleh ibadat dan
pengabadian kita.
Apabila seorang itu mati, maka ia
berhubungan dengan Alloh saja. Jika kita hidup dengan orang lain,
kebahagiaan kita bergantung kepada derajat kemesraan kita terhadap
orang itu.
Cinta itu adalah benih kebahagiaan, dan Cinta kepada Alloh itu dituju dan dibangun melalui ibadat.
Ibadat dan sentiasa mengenang Alloh itu
memerlukan kita supaya bersikap sederhana dan mengekang
kehendak-kehendak tubuh. Ini bukanlah berarti semua kehendak tubuh itu
dihapuskan; karena itu akan menyebabkan punahnya manusia. Apa yang
diperlukan ialah membatasi kehendak-kehendak tubuh itu. Oleh karena
seseorang itu bukanlah Hakim yang paling bijak untuk mengadili dirinya
sendiri tentang batas itu, maka ia lebih baik merundingi
pemimpin-pemimpin keruhanian dalam hal ini, dan hukum-hukum yang mereka
bawa melalui Wahyu Ilahi menentukan batas yang harus diperhatikan dalam
hal ini. …., Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang lalim. (Al-Baqarah; 229).
Walaupun Al-Qur'an telah memberi
keterangan yang nyata, masih ada juga orang yang melanggar batas karena
kejahilan mereka tentang Alloh dan kejahilan ini adalah karena beberapa
sebab,
Pertama, ada golongan manusia yang
terus mencari Alloh melalui pikiran, lalu mereka membuat kesimpulan
dengan mengatakan tidak ada Tuhan dan alam ini terjadi dengan
sendirinya atau wujudnya tanpa permulaan. Mereka ini seperti orang yang
melihat surat yang tertulis dengan indahnya, dan mereka mengatakan
surat itu sedia tertulis tanpa penulis atau ada begitu saja.Orang yang
seperti ini telah jauh tersesat dan tidak berguna berhujah dan
bertengkar dengan mereka. Setengah daripada orang-orang seperti ini
adalah Ahli Fizika dan Ahli Bintang yang telah kita sebutkan di atas
tadi.
Kedua, orang karena kejahilan tentang
keadaan sebenarnya Ruh itu. Mereka menyangkal adanya hidup di Akhirat
dan menyangkal manusia itu diadili di sana . Mereka anggap diri mereka
itu satu taraf dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan dan akan hancur
begitu saja.
Ketiga, orang yang percaya dengan Alloh
dan Hari Akhirat, tetapi kepercayaan atau Iman mereka itu sangat lemah.
Mereka berkata kepada diri mereka sendiri,
Pikiran mereka ini seperti orang sakit yang disuruh makan obat, tetapi ia berkata, "Apa untung atau ruginya dokter itu jika aku makan obat atau tidak makan obat?" .
Memang tidak terjadi apa-apa kepada
dokter itu tetapi orang itulah yang akan bertambah sakit karena
bodohnya. Tubuh yang sakit berakhir dengan mati. Maka Ruh atau Jiwa
yang sakit berakhir dengan kesusahan dan siksaan di akhirat nanti,
seperti firman Alloh Taala dalam Al-Qur'an yang bermaksud :
"Hanya Dan barang siapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (Luqman-23)
"Hanya Dan barang siapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (Luqman-23)
Keempat, ialah mereka yang berkata;
"Hukum Syariat menyuruh kita jangan
marah, jangan menurut nafsu, jangan bersikap munafik. Ini tidak mungkin
karena sifat-sifat ini memang telah ada semula jadi pada kita. Lebih
baik tuan suruh saya membuat yang hitam itu jadi putih".
Mereka ini sebenarnya bodoh. Mereka
jahil dengan hukum Syariat. Hukum Syariat tidak menyuruh manusia
membuang sama sekali perasaan itu, tetapi hendaklah dikendalikan supaya
tidak melanggar batas yang dibenarkan. Supaya terhindar dari dosa
besar, dan kita bisa memohon keampunan terhadap dosa-dosa kita yang
kecil. Sedangkan Rasulullah ada bersabda,
"Saya ini manusia juga seperti kamu, dan marah juga seperti orang lain".
Firman Alloh dalam Al-Qur'an:
Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Al-Imran:146)
Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Al-Imran:146)
Ini berarti bukan mereka yang tidak ada perasaan marah.
Kelima, ialah mereka yang menekankan
Kemurahan Tuhan saja tetapi menepikan KeadilanNya, lalu mereka berkata
kepada diri mereka sendiri,
"Kami buat apa saja karena Alloh itu Maha Pemurah dan Maha Penyayang".
Mereka tidak ingat meskipun Alloh itu
Pengasih dan Penyayang, namun beribu-ribu manusia mati kelaparan dan
karena penyakit. Meraka tahu, barang siapa hendak hidup atau hendak
kaya, atau hendak belajar, mestilah jangan hanya berkata, "Alloh itu
Kasih Sayang". tetapi perlulah ia berusaha sungguh-sungguh. Meskipun
ada firman Alloh dalam Al-Qur'an : Dan
tidak ada suatu mahluk pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam mahluk itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).
(Hud:06)
tetapi hendaklah juga ingat Alloh juga berfirman :
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (Furqon:47)
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (Furqon:47)
Sebenarnya mereka yang berpendapat di atas itu adalah dipengaruhi oleh Syaitan dan mereka berkata di mulut saja, bukan di hati.
Keenam, pula menganggap mereka telah
sampai ke taraf kesucian dan tidak berdosa lagi. Tetapi kalau anda
layani mereka dengan kasar dan tidak hormat, anda akan dengar mereka
marah dan bertahun-tahun mencela anda. Dan jika anda ambil makanan
sesuap saja yang patut, seluruh alam ini kelihatan gelap dan sempit
pada perasaan mereka. Kalau pun mereka itu telah dapat menakluki hawa
nafsu mereka, mereka tidak berhak menganggap dan mengatakan diri mereka
itu tidak berdosa lagi, karena Nabi Muhammad SAW. sendiri, manusia yang
paling tinggi darajatnya, sentiasa mengaku salah dan memohon ampun
kepada Alloh. Setengah daripada Rasul-rasul itu sangat takut berbuat
dosa sehingga pada hal- hal yang halal pun mereka menghidarkan diri .
Diriwayatkan, suatu hari Nabi Muhammad
SAW. telah diberi sebiji Tamar. Beliau enggan memakannya kerena beliau
tidak pasti Tamar itu didapati secara halal atau tidak. Tetapi mereka
menelan arak berbotol-botol banyaknya dan berkata mereka lebih mulia
daripada Nabi. (Saya gemetar semasa menulis ini) . Pada hal sebutir
Tamar pun tidak disentuh oleh Nabi jika belum pasti sama ada halal atau
tidak. Sesungguhnya mereka telah diseret dan disesatkan oleh Iblis.
Aulia Alloh yang sebenarnya mengetahui
bahwa orang yang tidak menundukkan hawa nafsunya tidak patut dipanggil
"orang" dan orang Islam yang sebenarnya ialah mereka yang dengan rela
hati, tidak mahu melanggar Syariat.
Mereka yang melanggar Syariat adalah
sebenarnya dipengaruhi oleh Syaitan dan mereka ini sepatutnya bukan
dinasihati dengan pena, tetapi adalah sewajarnya dengan pedang.
Sufi-sufi yang palsu ini kadang-kadang
berpura-pura tenggelam dalam lautan keheranan atau tidak sadar, tetapi
jika anda tanya mereka apakah yang mereka heirankan itu, mereka tidak
tahu. Sepatutnya mereka disuruh menungkan keheranan sebanyak-banyak
yang mereka suka, tetapi di samping itu hendaklah ingat bahwa Alloh
Subhanahuwa Taala itu adalah Pencipta mereka dan mereka itu adalah
hamba Alloh saja.
Terjemahan Kitab Kimyatusy- Sya'adah - KIMIA KEBAHAGIAAN - Karya : Imam Al-Ghazali
ALLAH اللهَ ALLAH اللهَ ALLAH اللهَALLAH اللهَ
اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ
والله أعلم بالـصـواب
Moga Bermanfaat.
Moga Bermanfaat.
...........................................................................................................
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Subhanallah 100X سبحان الله
Alhamdulillah 100X الحمد لله
LA ILAHA ILLALLAH 100X لا إله إلا الله
Allāhu akbar 100X الله أكبر
Alhamdulillah syukur kepada ALLAH
Subhanallah 100X سبحان الله
Alhamdulillah 100X الحمد لله
LA ILAHA ILLALLAH 100X لا إله إلا الله
Allāhu akbar 100X الله أكبر
Alhamdulillah syukur kepada ALLAH
No comments:
Post a Comment