30 December 2019

KATA PENGANTAR 2


KATA PENGANTAR 2

Edisi Kedua

Kami berterima kasih kepada Anda untuk perhatian terhadap publikasi ini. Kami berharap Anda akan mendapatkan isi buku ini yang menarik, sebagaimana yang kita kerjakan ketika mem­perkenalkan pada buku yang disiapkan Abdullah M. Al-Rehaili.

Tujuan kami menerbitkan kembali buku ini sama dengan penerbit yang asli, yakni untuk memaparkan/mengekspose dunia kepada buku yang menakjubkan yang dinamakan al-Quran dalam lingkaran pemikiran Islam. Sebagian besar keterangan yang salah telah diter­bitkan berhubungan dengan/berkenaan dengan posisi Muslim dan Islam terhadap ilmu pengetahuan. Sehingga kami mendapat pekerjaan ini sebagai langkah lain yang berkenaan dengan investigasi lebih jauh lagi yang objektif dan membuka pikiran kepada keajaiban al-Quran, menumbuhkan semangat dari gambaran pencipta yang menakjubkan dari Sang Pencipta. Selanjutnya mengembangkan pengetahuan itu kepada cita-cita pemuda Islam agar memasuki bidang yang ilmiah. Semua itu membutuhkan waktu lama untuk memberikan pendekatan ilmu pengetahuan dari segi agama. Dan tidak mungkin dalam pemikiran Barat yang sekuler dan beberapa yang memadu secara otomatis dipersiapkan untuk menghadapi konflik antara fakta ilmiah dan doktrin agama.

Hal ini harus diklarifikasikan, Akan tetapi keyakinan Muslim tidak disyaratkan apakah tergantung kepada fakta ilmiah atau tidak yang bertepatan dengan apa yang ditemukan di dalam al-Quran atau perkataan Nabi Muhammad SAW Jika penemuan ilmiah itu bertepatan dengan apa yang telah tersebut di dalam al-Quran, hal ini selanjutnya dipandang sebagai penegasan apa yang telah dipegang sebagai kebenaran. Hal ini juga menjadi penjelasan atas permasalahan yang bisa menambah pengalaman seseorang di lain waktu.

Hal ini mungkin timbul, di mana pandangan yang dipegang oleh lingkaran ilmiah mungkin menimbulkan konflik dengan tuntutan yang dibuat di dalam al-Quran dan hadis yang autentik Sebagai contoh, Muslim berkewajiban menerima batas yang jelas dalam konteks keagamaan dan harus meneliti dengan cermat apa yang dipegang untuk menjadi pandangan ilmiah. Hal ini menjadi aturan yang umum dengan pandangan untuk memakai konteks agama dari al-Quran dan hadis.

Jika setelah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah (sepenuhnya) hal yang khusus itu dan tidak dapat di­bantah, selanjutnya Islam tidak meninjau kembali dirinya sendiri, atau umat Islam tidak mengubah/meninjau kembali dengan membuktikan isi sumber Islam, khususnya al-Quran dan hadis. Lebih baik lagi umat Islam memahami dirinya juga paham dengan isi kedua sumber itu. Al-Quran itu mukjizat bahkan sampai sekarang tidak ada kontradiksi dengan fakta yang tidak dapat dibantah yang ditemukan dari dalam al-Quran. Sebaliknya, semua pernyataan yang tegas itu telah dibuktikan sebagai hal yang tidak akurat dan dalam beberapa hal membersihkan dari prasangka atau pengetahuan yang salah. Pada kenyataannya, kebenaran apa yang telah dibuktikan ilmu pengetahuan yang ditemukan baru-baru ini sebenarnya sudah diungkapkan al-Quran beberapa tahun silam.

Tafsir al-Quran didasarkan atas apa yang telah diuji/dibuktikan dengan peralatan secara ilmiah. Hal ini berdasarkan ayat al-Quran. Apakah yang disampaikan Nabi Muhammad SAW menyebutkan hal tersebut, apa yang dipahami sahabat beliau itu berkenaan dengannya. Bahasa Arab dan hal tersebut di mana tidak ada pernyataan yang langsung dari sumber ini, maka ilmuwan boleh menggunakan alat lain untuk menarik kesimpulan arti yang sebenarnya. Inilah tingkat di mana ilmu eksak mungkin dimanfaatkan untuk mem­bantu dalam mengklarifikasi atau menjelaskan maksudnya.

Sudut pandang itu banyak perbedaan dari segi fakta atau teori dan harus ada satu keputusan, tidak bingung kedua-duanya. Sudah terjadi di masa lalu, di mana ilmuwan mempresentasikan hipotesis, pandangan atau teori hanya untuk merevisi apa yang telah dinyatakan lebih awal yang berhubungan dengan kemajuan teknologi atau penemuan-penemuan baru. Sebagai contoh, perkembangan embrio manusia. ketika ilmuwan Eropa tidak bisa membuktikan secara benar bagaimana terjadinya reproduksi manusia, meskipun demikian mereka tetap bersikeras dengan teori mereka sekarang ini. Akan tetapi, pernyataan Nabi  Muhammad SAW yang dijamin benar, menolak pernyataan ilmiah ilmuwan Eropa yang selanjutnya mereka dipaksa dibuat menarik kembali pernyataan mereka yang sebelumnya. Hal ini juga menjadi jelas bahwa pandangan Islam sungguh-sungguh telah membenarkan kesemuanya.

Hal ini juga menunjukkan bahwa aiam yang tidak dapat dilihat atau supranatural adalah sesuatu yang di luar jangkauan ilmu pengetahuan dan tidak dapat diukur dengan peralatan. Islam, seperti agama mayoritas yang lain, tetap bertahan tentang kepercayaan adanya Tuhan malaikat, wahyu, mukjizat, kehidupan akhirat, dan hal lain yang pasti di luar jangkauan ilmu pengetahuan. Pekerjaan ini tidak berhubungan langsung dengan hal itu, akan tetapi mengikuti pertanyaan yang diajukan sebagai berikut: Jika al-Quran itu sangat akurat dalam hal mengkaji ilmu pengetahuan sehingga kita bisa membuktikan sekarang dan hal ini sebelum kemampuan seseorang mengerjakan hal tersebut, dengan tidak berpegang pada alasan itu bisakah dari proses sebuah sumber ilmu pengetahuan melebihi kemampuan diri kita?

Apakah tidak berpegang Pada alasan, misalnya, sebuah sumber yang selanjutnya dapat berhubungan dengan hal-hal yang tidak dapat dilihat secara akurat, jiwa manusia dan kehidupan di akhirat yang mana tidak ada manusia yang dapat mengingkarinya secara ilmiah atau berdasarkan ilmu pengetahuan?

Kita harus mempertimbangkan pesan yang lebih besar yang membawa keempat itu di dalam al-Quran dan yang dibawa Nabi Muhammad SAW Mengenai kondisi manusia dan yang dinantikan umat manusia, kami berharap semoga usaha ini paling tidak memberi tawaran “makanan untuk dipikir” bagi siapa saja yang menyisihkan waktu untuk membaca buku ini.

Format edisi kedua ini berbeda dengan format edisi pertama dalam hal memberikan arus yang berkaitan dengan isi tekstual yang lebih besar dan meningkatkan ketertarikan atau minat membaca. Referensi yang berkaitan dengan pembicara yang aktual sebenarnya telah dibuat sesuai dengan yang diperlukan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada saudara Abdul Qadir Abdul – Kahlq, Ahmder Valmoria, Amir Ornidu, dan Walid Timbang dengan editingnya yang bernilai, saran, dan juga koreksi teks.

Panitia Buku

Yayasan Islam al-Haramain (September 1999)

Related posts

No comments: