Tugasan gerakkerja organ-organ tubuh badanKu kepada اللهَ
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Tahmid Dengan Denyutan Nadiku اللهَ (اَلْحَمْدُ ِللهِ) الله
Tahlil Degupan Jantungku لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله) اللهَ )
Takbir Hela Turun Naik Nafasku (اللَّهُ أَكْبَرُ) اللهَ
اَلْحَمْدُ ِللهِ syukur kepadaMU YA اللهَ اللهَ ALLAH اللهَ
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ .... اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ ALLAH اللهَ
Apabila
Rasulullah saw. hendak keluar dalam suatu perjalanan selalu mengadakan
undian di antara para istri beliau dan siapa di antara mereka yang
keluar undiannya, maka Rasulullah saw. akan berangkat bersamanya.
Aisyah berkata: Lalu Rasulullah saw. mengundi di antara kami untuk
menentukan siapa yang akan ikut dalam perang dan ternyata keluarlah
undianku sehingga aku pun berangkat bersama Rasulullah saw. Peristiwa
itu terjadi setelah diturunkan ayat hijab (Al-Ahzab ayat 53) di mana
aku dibawa dalam sekedup dan ditempatkan di sana selama perjalanan
kami. Pada suatu malam ketika Rasulullah saw. selesai berperang lalu
pulang dan kami telah mendekati Madinah, beliau memberikan aba-aba
untuk berangkat. Aku pun segera bangkit setelah mendengar mereka
mengumumkan keberangkatan lalu berjalan sampai jauh meninggalkan
pasukan tentara. Seusai melaksanakan hajat, aku hendak langsung
menghampiri unta tungganganku namun saat meraba dada, ternyata kalungku
yang terbuat dari mutiara Zifar putus. Aku pun kembali untuk mencari
kalungku sehingga tertahan karena pencarian itu. Sementara orang-orang
yang bertugas membawaku mereka telah mengangkat sekedup itu dan
meletakkannya ke atas punggung untaku yang biasa aku tunggangi karena
mereka mengira aku telah berada di dalamnya. Ia menambahkan: Kaum
wanita pada waktu itu memang bertubuh ringan dan langsing tidak banyak
ditutupi daging karena mereka hanya mengkomsumsi makanan dalam jumlah
sedikit sehingga orang-orang itu tidak merasakan beratnya sekedup
ketika mereka mengangkatnya ke atas unta. Apalagi ketika itu aku anak
perempuan yang masih belia. Mereka pun segera menggerakkan unta itu dan
berangkat. Aku baru menemukan kalung itu setelah pasukan tentara
berlalu. Kemudian aku mendatangi tempat perhentian mereka, namun tak
ada seorang pun di sana. Lalu aku menuju ke tempat yang semula dengan
harapan mereka akan merasa kehilangan dan kembali menjemputku. Ketika
aku sedang duduk di tempatku rasa kantuk mengalahkanku sehingga aku pun
tertidur. Ternyata ada Shafwan bin Muaththal As-Sulami Az-Dzakwani yang
tertinggal di belakang pasukan sehingga baru dapat berangkat pada malam
hari dan keesokan paginya ia sampai di tempatku. Dia melihat bayangan
hitam seperti seorang yang sedang tidur lalu ia mendatangi dan langsung
mengenali ketika melihatku karena ia pernah melihatku sebelum
diwajibkan hijab. Aku terbangun oleh ucapannya, "inna lillaahi wa inna
ilaihi raji`uun" pada saat dia mengenaliku. Aku segera menutupi wajahku
dengan kerudung dan demi Allah, dia sama sekali tidak mengajakku bicara
sepatah kata pun dan aku pun tidak mendengar satu kata pun darinya
selain ucapan "inna lillahi wa inna ilaihi raji`uun". Kemudian ia
menderumkan untanya dan memijak kakinya, sehingga aku dapat menaikinya.
Dan ia pun berangkat sambil menuntun unta yang aku tunggangi hingga
kami dapat menyusul pasukan yang sedang berteduh di tengah hari yang
sangat panas. Maka celakalah orang-orang yang telah menuduhku di mana
yang paling besar berperan ialah Abdullah bin Ubay bin Salul. Sampai
kami tiba di Madinah dan aku pun segera menderita sakit setiba di sana
selama sebulan. Sementara orang-orang ramai membicarakan tuduhan para
pembuat berita bohong padahal aku sendiri tidak mengetahui sedikit pun
tentang hal itu. Yang membuatku gelisah selama sakit adalah bahwa aku
tidak lagi merasakan kelembutan Rasulullah saw. yang biasanya kurasakan
ketika aku sakit. Rasulullah saw. hanya masuk menemuiku, mengucapkan
salam, kemudian bertanya: Bagaimana keadaanmu? Hal itu membuatku
gelisah, tetapi aku tidak merasakan adanya keburukan, sampai ketika aku
keluar setelah sembuh bersama Ummu Misthah ke tempat pembuangan air
besar di mana kami hanya keluar ke sana pada malam hari sebelum kami
membangun tempat membuang kotoran (WC) di dekat rumah-rumah kami.
Kebiasaan kami sama seperti orang-orang Arab dahulu dalam buang air.
Kami merasa terganggu dengan tempat-tempat itu bila berada di dekat
rumah kami. Aku pun berangkat dengan Ummu Misthah, seorang anak
perempuan Abu Ruhum bin Muthalib bin Abdi Manaf dan ibunya adalah putri
Shakher bin Amir, bibi Abu Bakar Sidik. Putranya bernama Misthah bin
Utsatsah bin Abbad bin Muththalib. Aku dan putri Abu Ruhum langsung
menuju ke arah rumahku sesudah selesai buang air. Tiba-tiba Ummu
Misthah terpeleset dalam pakaian yang menutupi tubuhnya sehingga
terucaplah dari mulutnya kalimat: Celakalah Misthah! Aku berkata
kepadanya: Alangkah buruknya apa yang kau ucapkan! Apakah engkau memaki
orang yang telah ikut serta dalam perang Badar? Ummu Misthah berkata:
Wahai junjunganku, tidakkah engkau mendengar apa yang dia katakan? Aku
menjawab: Memangnya apa yang dia katakan? Ummu Misthah lalu
menceritakan kepadaku tuduhan para pembuat cerita bohong sehingga
penyakitku semakin bertambah parah. Ketika aku kembali ke rumah,
Rasulullah saw. masuk menemuiku, beliau mengucapkan salam kemudian
bertanya: Bagaimana keadaanmu? Aku berkata: Apakah engkau mengizinkan
aku mendatangi kedua orang tuaku? Pada saat itu aku ingin meyakinkan
kabar itu dari kedua orang tuaku. Begitu Rasulullah saw. memberiku
izin, aku pun segera pergi ke rumah orang tuaku. Sesampai di sana, aku
bertanya kepada ibu: Wahai ibuku, apakah yang dikatakan oleh
orang-orang mengenai diriku? Ibu menjawab: Wahai anakku, tenanglah!
Demi Allah, jarang sekali ada wanita cantik yang sangat dicintai
suaminya dan mempunyai beberapa madu, kecuali pasti banyak berita kotor
dilontarkan kepadanya. Aku berkata: Maha suci Allah! Apakah setega itu
orang-orang membicarakanku? Aku menangis malam itu sampai pagi air
mataku tidak berhenti mengalir dan aku tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Pada pagi harinya, aku masih saja menangis. Beberapa waktu
kemudian Rasulullah saw. memanggil Ali bin Abu Thalib dan Usamah bin
Zaid untuk membicarakan perceraian dengan istrinya ketika wahyu tidak
kunjung turun. Usamah bin Zaid memberikan pertimbangan kepada
Rasulullah saw. sesuai dengan yang ia ketahui tentang kebersihan
istrinya (dari tuduhan) dan berdasarkan kecintaan dalam dirinya yang ia
ketahui terhadap keluarga Nabi saw. Ia berkata: Ya Rasulullah, mereka
adalah keluargamu dan kami tidak mengetahui dari mereka kecuali
kebaikan. Sedangkan Ali bin Abu Thalib berkata: Semoga Allah tidak
menyesakkan hatimu karena perkara ini, banyak wanita selain dia
(Aisyah). Jika engkau bertanya kepada budak perempuan itu (pembantu
rumah tangga Aisyah) tentu dia akan memberimu keterangan yang benar.
Lalu Rasulullah saw. memanggil Barirah (jariyah yang dimaksud) dan
bertanya: Hai Barirah! Apakah engkau pernah melihat sesuatu yang
membuatmu ragu tentang Aisyah? Barirah menjawab: Demi Zat yang telah
mengutusmu membawa kebenaran! Tidak ada perkara buruk yang aku lihat
dari dirinya kecuali bahwa Aisyah adalah seorang perempuan yang masih
muda belia, yang biasa tidur di samping adonan roti keluarga lalu
datanglah hewan-hewan ternak memakani adonan itu. Kemudian Rasulullah
saw. berdiri di atas mimbar meminta bukti dari Abdullah bin Ubay bin
Salul. Di atas mimbar itu, Rasulullah saw. bersabda: Wahai kaum
muslimin, siapakah yang mau menolongku dari seorang yang telah sampai
hati melukai hati keluarga? Demi Allah! Yang kuketahui pada keluargaku
hanyalah kebaikan. Orang-orang juga telah menyebut-nyebut seorang
lelaki yang kuketahui baik. Dia tidak pernah masuk menemui keluargaku
(istriku) kecuali bersamaku. Maka berdirilah Saad bin Muaz Al-Anshari
seraya berkata: Aku yang akan menolongmu dari orang itu, wahai
Rasulullah. Jika dia dari golongan Aus, aku akan memenggal lehernya dan
kalau dia termasuk saudara kami dari golongan Khazraj, maka engkau
dapat memerintahkanku dan aku akan melaksanakan perintahmu. Mendengar
itu, berdirilah Saad bin Ubadah. Dia adalah pemimpin golongan Khazraj
dan seorang lelaki yang baik tetapi amarahnya bangkit karena rasa
fanatik golongan. Dia berkata tertuju kepada Saad bin Muaz: Engkau
salah! Demi Allah, engkau tidak akan membunuhnya dan tidak akan mampu
untuk membunuhnya! Lalu Usaid bin Hudhair saudara sepupu Saad bin Muaz,
berdiri dan berkata kepada Saad bin Ubadah: Engkau salah! Demi Allah,
kami pasti akan membunuhnya! Engkau adalah orang munafik yang berdebat
untuk membela orang-orang munafik. Bangkitlah amarah kedua golongan
yaitu Aus dan Khazraj, sehingga mereka hampir saling berbaku-hantam dan
Rasulullah saw. masih berdiri di atas mimbar terus berusaha meredahkan
emosi mereka mereka hingga mereka diam dan Rasulullah saw. diam.
Sementara itu, aku menangis sepanjang hari, air mataku tidak berhenti
mengalir dan aku pun tidak merasa nyenyak dalam tidur. Aku masih saja
menangis pada malam berikutnya, air mataku tidak berhenti mengalir dan
juga tidak merasa enak tidur. Kedua orang tuaku mengira bahwa tangisku
itu akan membelah jantungku. Ketika kedua orang tuaku sedang duduk di
sisiku yang masih menangis, datanglah seorang perempuan Ansar meminta
izin menemuiku. Aku memberinya izin lalu dia pun duduk sambil menangis.
Pada saat kami sedang dalam keadaan demikian, Rasulullah saw. masuk.
Beliau memberi salam, lalu duduk. Beliau belum pernah duduk di dekatku
sejak ada tuduhan yang bukan-bukan kepadaku, padahal sebulan telah
berlalu tanpa turun wahyu kepada beliau mengenai persoalanku.
Rasulullah saw. mengucap syahadat pada waktu duduk kemudian bersabda:
Selanjutnya. Hai Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku bermacam
tuduhan tentang dirimu. Jika engkau memang bersih, Allah pasti akan
membersihkan dirimu dari tuduhan-tuduhan itu. Tetapi kalau engkau
memang telah berbuat dosa, maka mohonlah ampun kepada Allah dan
bertobatlah kepada-Nya. Sebab, bila seorang hamba mengakui dosanya
kemudian bertobat, tentu Allah akan menerima tobatnya. Ketika
Rasulullah saw. selesai berbicara, air mataku pun habis sehingga aku
tidak merasakan satu tetespun terjatuh. Lalu aku berkata kepada ayahku:
Jawablah untukku kepada Rasulullah saw. mengenai apa yang beliau
katakan. Ayahku menyahut: Demi Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku
katakan kepada Rasulullah saw. Kemudian aku berkata kepada ibuku:
Jawablah untukku kepada Rasulullah saw.! Ibuku juga berkata: Demi
Allah, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepada Rasulullah saw.
Maka aku pun berkata: Aku adalah seorang perempuan yang masih muda
belia. Aku tidak banyak membaca Alquran. Demi Allah, aku tahu bahwa
kalian telah mendengar semua ini, hingga masuk ke hati kalian, bahkan
kalian mempercayainya. Jika aku katakan kepada kalian, bahwa aku bersih
dan Allah pun tahu bahwa aku bersih, mungkin kalian tidak juga
mempercayaiku. Dan jika aku mengakui hal itu di hadapan kalian,
sedangkan Allah mengetahui bahwa aku bersih, tentu kalian akan
mempercayaiku. Demi Allah, aku tidak menemukan perumpamaan yang tepat
bagiku dan bagi kalian, kecuali sebagaimana dikatakan ayah Nabi Yusuf:
Kesabaran yang baik itulah kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan. Kemudian aku pindah
dan berbaring di tempat tidurku. Demi Allah, pada saat itu aku yakin
diriku bersih dan Allah akan menunjukkan kebersihanku. Tetapi, sungguh
aku tidak berharap akan diturunkan wahyu tentang persoalanku. Aku kira
persoalanku terlalu remeh untuk dibicarakan Allah Taala dengan wahyu
yang diturunkan. Namun, aku berharap Rasulullah saw. akan bermimpi
bahwa Allah membersihkan diriku dari fitnah itu. Rasulullah saw. belum
lagi meninggalkan tempat duduknya dan tak seorang pun dari isi rumah
ada yang keluar, ketika Allah Taala menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya.
Tampak Rasulullah saw. merasa kepayahan seperti biasanya bila beliau
menerima wahyu, hingga bertetesan keringat beliau bagaikan mutiara di
musim dingin, karena beratnya firman yang diturunkan kepada beliau.
Ketika keadaan yang demikian telah hilang dari Rasulullah saw. (wahyu
telah selesai turun), maka sambil tertawa perkataan yang pertama kali
beliau ucapkan adalah: Bergembiralah, wahai Aisyah, sesungguhnya Allah
telah membersihkan dirimu dari tuduhan. Lalu ibuku berkata kepadaku:
Bangunlah! Sambutlah beliau! Aku menjawab: Demi Allah, aku tidak akan
bangun menyambut beliau. Aku hanya akan memuji syukur kepada Allah.
Dialah yang telah menurunkan ayat Alquran yang menyatakan kebersihanku.
Allah Taala menurunkan ayat: Sesungguhnya orang-orang yang membawa
berita bohong itu adalah dari golonganmu juga, dan sepuluh ayat
berikutnya. Allah menurunkan ayat-ayat tersebut yang menyatakan
kebersihanku. Abu Bakar yang semula selalu memberikan nafkah kepada
Misthah karena kekerabatan dan kemiskinannya, pada saat itu mengatakan:
Demi Allah, aku tidak akan lagi memberikan nafkah kepadanya sedikitpun
selamanya, sesudah apa yang dia katakan terhadap Aisyah. Sebagai
teguran atas ucapan itu, Allah menurunkan ayat selanjutnya ayat: Dan
janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara
kalian, bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kaum
kerabat mereka, orang-orang miskin sampai pada firman-Nya: Apakah
kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian. (Hibban bin Musa
berkata: Abdullah bin Mubarak berkata: Ini adalah ayat yang paling aku
harapkan dalam Kitab Allah). Maka berkatalah Abu Bakar: Demi Allah,
tentu saja aku sangat menginginkan ampunan Allah. Selanjutnya dia (Abu
Bakar) kembali memberikan nafkah kepada Misthah seperti sediakala dan
berkata: Aku tidak akan berhenti memberikannya nafkah untuk selamanya.
Aisyah meneruskan: Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Zainab binti
Jahsy, istri Nabi saw. tentang persoalanku: Apa yang kamu ketahui? Atau
apa pendapatmu? Zainab menjawab: Wahai Rasulullah, aku selalu menjaga
pendengaran dan penglihatanku (dari hal-hal yang tidak layak). Demi
Allah, yang kuketahui hanyalah kebaikan. Aisyah berkata: Padahal dialah
yang menyaingi kecantikanku dari antara para istri Nabi saw. Allah
menganugerahinya dengan sikap warak (menjauhkan diri dari maksiat dan
perkara meragukan) lalu mulailah saudara perempuannya, yaitu Hamnah
binti Jahsy, membelanya dengan rasa fanatik (yakni ikut menyebarkan apa
yang dikatakan oleh pembuat cerita bohong). Maka celakalah ia bersama
orang-orang yang celaka. (Shahih Muslim No.4974)
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ .... اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ ALLAH اللهَ
48. Shahih Muslim - Kitab Taubat
Kitab Tobat
1. Anjuran untuk bertobat dan bergembira dengannya
• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.:
Ia
berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sungguh Allah
akan lebih senang menerima tobat hamba-Nya yang beriman daripada
seseorang yang berada di tanah tandus yang berbahaya bersama hewan
tunggangan yang membawa bekal makanan dan minumannya. Lalu dia tidur
kemudian ketika bangun didapati hewan tunggangannya tersebut telah
menghilang. Dia pun segera mencarinya sampai merasa dahaga kemudian dia
berkata dalam hatinya: Sebaiknya saya kembali ke tempat semula dan
tidur di sana sampai saya mati. Lalu dia tidur dengan menyandarkan
kepalanya di atas lengan sampai mati. Tetapi ketika ia terbangun
didapatinya hewan tunggangannya telah berada di sisinya bersama bekal
makanan dan minuman. Allah lebih senang dengan tobat seorang hamba
mukmin, daripada orang semacam ini yang menemukan kembali hewan
tunggangan dan bekalnya. (Shahih Muslim No.4929)
• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah
saw. bersabda: Sungguh Allah akan lebih senang menerima tobat hamba-Nya
ketika ia bertobat kepada-Nya daripada (kesenangan) seorang di antara
kamu sekalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat
tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan
minumannya dan putuslah harapannya untuk memperoleh kembali. Kemudian
dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya
karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika
dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah
berdiri di hadapan. Lalu segera ia menarik tali kekang unta itu sambil
berucap dalam keadaan sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah hambaku
dan aku adalah Tuhan-Mu. Dia salah mengucapkan karena terlampau merasa
gembira. (Shahih Muslim No.4932)
2. Tentang besarnya kasih sayang Allah Taala yang senantiasa mendahului murka-Nya
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa
Nabi saw. bersabda: Tatkala Allah menciptakan makhluk, Allah telah
menuliskan dalam kitab catatan-Nya yang berada di sisi-Nya di atas arsy
bahwa sesungguhnya kasih sayang-Ku mengalahkan murka-Ku. (Shahih Muslim
No.4939)
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda: Allah telah menjadikan kasih
sayang-Nya terbagi dalam seratus bagian. Dia menahan sembilan puluh
sembilan bagian di sisi-Nya dan menurunkan satu bagian ke bumi. Dari
satu bagian itulah para makhluk saling kasih-mengasihi sehingga seekor
induk binatang mengangkat cakarnya dari anaknya karena takut
melukainya. (Shahih Muslim No.4942)
• Hadis riwayat Umar bin Khathab ra.:
Bahwa
ia datang menghadap Rasulullah saw. dengan membawa beberapa orang
tawanan. Di antara para tawanan itu terlihat seorang wanita sedang
mencari-cari, lalu jika ia mendapatkan seorang bayi di antara tawanan
dia langsung mengambil bayi itu lalu mendekapkannya ke perut untuk
disusui. Lalu Rasulullah saw. berkata kepada kami: Bagaimana pendapat
kamu sekalian, apakah wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?
Kami menjawab: Tidak, demi Allah, sedangkan dia mampu untuk tidak
melemparnya. Rasulullah saw. bersabda: Sungguh Allah lebih mengasihi
hamba-Nya daripada wanita ini terhadap anaknya. (Shahih Muslim No.4947)
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa
Rasulullah saw. bersabda: Terdapat seorang lelaki yang belum pernah
melakukan satu kebajikan pun berkata kepada keluarganya apabila dia
mati, maka hendaklah mereka membakar jenazahnya lalu menebarkan
setengah dari abunya ke daratan dan yang setengah lagi ke lautan. Demi
Allah! Jika sekiranya Allah kuasa atasnya, tentu Dia akan menyiksanya
dengan siksaan yang tidak pernah Dia timpakan kepada seorang pun di
dunia ini. Kemudian ketika orang itu meninggal mereka segera
melaksanakan apa yang diperintahkan. Lalu Allah memerintahkan daratan
untuk mengumpulkan abu jenazahnya yang ditebarkan kepadanya, dan
memerintahkan lautan untuk mengumpulkan abu jenazahnya yang ditebarkan
kepadanya. Kemudian Allah berfirman: Mengapa kamu melakukan ini? Orang
itu menjawab: Karena takut kepada-Mu wahai Tuhanku padahal Engkau
sendiri lebih mengetahui. Lalu Allah mengampuni orang tersebut. (Shahih
Muslim No.4949)
• Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Dari
Nabi saw. bahwa seorang lelaki di antara umat sebelum kalian telah
Allah karuniakan harta kekayaan dan anak keturunan, lalu ia berpesan
kepada anak-anaknya: Kamu sekalian harus melakukan apa yang aku
perintahkan kalau tidak maka aku akan mengalihkan harta warisanku
kepada orang lain. Jika aku telah meninggal nanti, maka bakarlah
jenazahku. Sejauh pengetahuanku orang itu juga berkata: Kemudian
tumbuklah sampai halus (abu sisa pembakaran itu) lalu tebarkanlah ke
arah hembusan angin karena aku sama sekali tidak menyimpan satu
kebajikan pun di sisi Allah padahal Allah berkuasa untuk menyiksaku.
Lalu orang itu mengambil perjanjian dengan mereka. Demi Tuhan, mereka
pun melaksanakan perintah itu. Allah bertanya kepada orang itu: Apa
yang membuatmu berbuat demikian? Orang itu menjawab: Rasa takut
terhadap-Mu. Jadi, alasan perbuatannya itu tiada lain hanyalah karena
takut kepada Allah. (Shahih Muslim No.4952)
3. Diterimanya tobat dari segala dosa, meskipun dosa dan tobat diperbuat berulang kali
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra:
Dari
Nabi saw. tentang yang beliau riwayatkan dari Tuhannya, beliau
bersabda: Seorang hamba melakukan satu perbuatan dosa lalu berdoa: "Ya
Allah, ampunilah dosaku". Allah Taala berfirman: Hamba-Ku telah berbuat
dosa dan dia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni
dosa atau akan menghukum karena dosa itu. Kemudian orang itu mengulangi
perbuatan dosa, lalu berdoa lagi: Wahai Tuhan-ku, ampunilah dosaku.
Allah Taala berfirman: Hamba-Ku telah berbuat dosa dan dia mengetahui
bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa atau menyiksa
karena dosa itu. Kemudian orang itu melakukan dosa lagi, lalu berdoa:
Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku. Allah Taala berfirman: Hamba-Ku telah
berbuat dosa dan dia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang akan
mengampuni dosa atau menghukum karena dosa itu serta berbuatlah
sesukamu, karena Aku benar-benar telah mengampunimu. Abdul A`la
berkata: Aku tidak mengetahui apakah Allah berfirman "berbuatlah
sesukamu" pada yang ketiga kali atau keempat kali. (Shahih Muslim
No.4953)
4. Tentang kecemburuan Allah Taala dan larangan perbuatan keji
• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah
saw. bersabda: Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai pujian
daripada Allah maka oleh karena itulah Dia memuji Zat-Nya sendiri. Dan
tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah maka karena itu
Allah mengharamkan perbuatan keji. (Shahih Muslim No.4955)
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah
saw. bersabda: Sesungguhnya Allah itu cemburu dan orang yang beriman
juga cemburu. Kecemburuan Allah, yaitu jika orang mukmin melakukan apa
yang diharamkan. (Shahih Muslim No.4959)
5. Firman Allah Taala: Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapus dosa perbuatan-perbuatan buruk
• Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.:
Bahwa
seorang lelaki telah mencium seorang perempuan, lalu orang datang
menemui Nabi saw. untuk menceritakan hal itu kepada beliau. Maka
turunlah ayat: Dan dirikanlah salat itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan baik itu menghapus dosa perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang mau ingat. Lelaki itu
bertanya: Apakah ayat ini untukku, wahai Rasulullah? Rasulullah saw.
bersabda: Untuk siapa saja di antara umatku yang melakukan hal itu.
(Shahih Muslim No.4963)
• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:
Seorang
lelaki datang menemui Nabi saw. lalu berkata: Ya Rasulullah! Aku telah
melanggar hukum hudud, maka laksanakanlah hukuman itu atas diriku!
Kemudian tibalah waktu salat dan ia pun ikut salat bersama Rasulullah
saw. Setelah menyelesaikan salat, orang itu berkata lagi: Ya
Rasulullah! Sesungguhnya aku telah melanggar hukum hudud, maka
laksanakanlah hukuman Allah itu atas diriku! Rasulullah saw. bertanya:
Apakah engkau ikut melaksanakan salat bersama kami? Orang itu menjawab:
Ya! Rasulullah saw. bersabda: Kamu telah diampuni. (Shahih Muslim
No.4965)
6. Diterimanya tobat seorang pembunuh, meskipun telah banyak membunuh
• Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Bahwa
Nabi saw. bersabda: Di antara umat sebelum kamu sekalian terdapat
seorang lelaki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Lalu
dia bertanya tentang penduduk bumi yang paling berilmu, kemudian dia
ditunjukkan kepada seorang pendeta. Dia pun mendatangi pendeta tersebut
dan mengatakan, bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang,
apakah tobatnya akan diterima? Pendeta itu menjawab: Tidak! Lalu
dibunuhnyalah pendeta itu sehingga melengkapi seratus pembunuhan.
Kemudian dia bertanya lagi tentang penduduk bumi yang paling berilmu
lalu ditunjukkan kepada seorang alim yang segera dikatakan kepadnya
bahwa ia telah membunuh seratus jiwa, apakah tobatnya akan diterima?
Orang alim itu menjawab: Ya, dan siapakah yang dapat menghalangi tobat
seseorang! Pergilah ke negeri Anu dan Anu karena di sana terdapat kaum
yang selalu beribadah kepada Allah lalu sembahlah Allah bersama mereka
dan jangan kembali ke negerimu karena negerimu itu negeri yang penuh
dengan kejahatan! Orang itu pun lalu berangkat, sampai ketika ia telah
mencapai setengah perjalanan datanglah maut menjemputnya. Berselisihlah
malaikat rahmat dan malaikat azab mengenainya. Malaikat rahmat berkata:
Dia datang dalam keadaan bertobat dan menghadap sepenuh hati kepada
Allah. Malaikat azab berkata: Dia belum pernah melakukan satu perbuatan
baik pun. Lalu datanglah seorang malaikat yang menjelma sebagai manusia
menghampiri mereka yang segera mereka angkat sebagai penengah. Ia
berkata: Ukurlah jarak antara dua negeri itu, ke negeri mana ia lebih
dekat, maka ia menjadi miliknya. Lalu mereka pun mengukurnya dan
mendapatkan orang itu lebih dekat ke negeri yang akan dituju sehingga
diambillah ia oleh malaikat rahmat. (Shahih Muslim No.4967)
7. Tentang berita bohong dan diterima tobat orang yang menuduh
• Hadis riwayat Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata:
ALLAH اللهَ ALLAH اللهَ ALLAH اللهَALLAH اللهَALLAH اللهَ ALLAH اللهَALLAH اللهَALLAH
48. Shahih Muslim - Kitab Taubat
اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ
..................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................................
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكاتُهُ
Doa dan usap keseluruh tubuh setiap lepas solat
Maka ucaplah sebutlah, lafazlah, katalah dengan lidahmu disetiap saat akan zikir memuji dan mengAgungkan kebesaran ALLAH Swt dengan Tasbih dibawah secara istiqomah.
100 X (سُبْحَانَ اللَّهِ)
100 X (سُبْحَانَ اللَّهِ)
100X (أسْتَغْفِرُاللهَ)
100X (الْحَمْدُ لِلَّهِ)
100X (لآ اِلَهَ اِلّا اللّهُ)
100X (لآ اِلَهَ اِلّا اللّهُ)
100X (اللَّهُ أَكْبَرُ)
100X (اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ)
100X (لآ اِلَهَ اِلّا اللّهُ مُحَمَّدٌ رَسُوُل اللّهِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ
100X (اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ)
100X (لآ اِلَهَ اِلّا اللّهُ مُحَمَّدٌ رَسُوُل اللّهِ)
اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ ٱلظَّالِمِينَ
لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ ٱلظَّالِمِينَ
آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن
.........................................................................
Zikirullah
No comments:
Post a Comment