30 April 2020

Syekh Siti Jenar Dan Wali Songo (Konflik?)

أعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
 اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ 
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu kepada اللهَ
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
Sakit kepala? Puncanya adalah saluran darah tersumbat!(سُبْحَانَ اللَّهِ)‎ Tasbeh Hatiku berdetik setiap saat  
(أسْتَغْفِرُاللهَ)Istighfar dari Kerdipan Mataku 
(الْحَمْدُ لِلَّهِ)Tahmid Dengan‎ Denyutan Nadiku 
(لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)Tahlil ‎Degupan Jantungku 
(اللَّهُ أَكْبَرُ)‎Takbir Hela Turun Naik Nafasku 
اَلْحَمْدُ ِللهِ syukur kepada اللهَ 
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ   ...     اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ                  ALLAH اللهَ 
                                                                       ALLAH اللهَ  

Syekh Siti Jenar Dan Wali Songo (Konflik?)

SANTRI BUNTET

Wishing to be santri anywhere…
Antara Syariat Syekh Siti Jenar & Wali Lainnya

15 Nopember, 2007 in Kajian Kitab, Pengalaman Rohani, Supranatural, Tokoh

Terinspirasi oleh Tulisan Danalingga yang menarik tentang masalah Syahadat Siti Jenar yang dikaitkan dengan merebaknya aliran sesat. Tulisan ini sequel dari tulisan sebelumnya.

MENUJU Tuhan rupanya menjadi hal yang terus menerus diupayakan para hamba pencinta. Dalam ajaran agama, banyak cara dan jalan yang ditempuh oleh para ulama (rohaniwan) mengajarkan pada kita. Salah satu contoh di dalam ajaran Islam mengenal istilah adalah gerakan batin (hakikat).

Semisal yang dica­nangkan oleh Al Hallaj dan diterus­kan oleh Syekh Siti Jenar di Indonesia. Wali ini tidak dimasukan dalam ling­kungan atau anggota Wali Sanga. Mungkin kerana sistem dan metodanya tidak sama. Tetapi gene­rasinya terus berkem­bang hingga kini. Tidak mengetahui di mana shalatnya.

Di samping itu ada banyak jenis gerakan selain Syekh Siti Jenar yang dica­nang­kan oleh para Wali (songo). Dianta­ranya adalah thareqat. Pertanyaanya, apa­kah gerakan tarikat yang dicanang­kan para wali itu masuk dalam kategori syareat atau gerakan hakikat?

Islam lahir didahului oleh hakikat baru kemudian syareat. Buktinya Nabi saw lama bertahannuts (bermalam) di gua Hira. Beliau menghabiskan malam-malam­nya di sana untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah swt. Beberapa malam kemu­dian, turun­lah wahyu pertama. Di sinilah syareat mulai dibentuk untuk umatnya.

Namun pada giliran periode berikutnya, muncul gerakan yang mirip hakikat yang diajarkan oleh Al Hallaj yang cukup bertentangan dengan syareat pada umum­nya. Beratus tahun kemu­dian hadir pula di Indonesia. Pelopor­nya adalah Syekh Siti Jenar.

Gerakan ini cukup berhasil membawa para pengi­kutnya untuk terus mengupayakan gerak­an ini berkembang. Entah bagai­ma­na, akhirnya syareat yang biasanya dianut oleh masyarakat umum tiba-tiba tidak lagi menjadi fokus utama dalam beri­badah kepada Allah. Yang hadir dan ramai di anut oleh masyarakat adalah sejenis hakikat. Di antara yang kerap dibicarakan orang adalah ung­bila “eling”. Atau “manungaling kaula Gusti”. Semacam penyadaran akan penya­tuan antara hamba dengan Tuhannya.

Konon ajaran itu masuk dalam kategori hakikat. Adapun syareat­nya tidak seperti para penganut Islam biasanya. Atau barang­kali tidak ada syareat sama sekali. Sean­dainya pun ada syareat, maka dipastikan sangat berbeda dengan para pemegang rukun Islam pada umumnya.

Ajaran Syekh Siti Jenar, salah satunya, menurut salah satu pembimbing tarikat, adalah gera­kan shalat di atas daun. Generasinya hingga kinipun ma­sih mem­praktek­kannya. Selembar daun di­po­tong dan digelar sebagai sajadahnya lalu melak­sanakan shalat di atas daun itu di per­muka­an air.

Atau suatu ketika selembar daun pisang menempel di dahannya, maka di situlah mengerjakan shalatnya. Jadi begi­tulah seseorang yang (khusus) mendalami ilmu syareat Syeh Siti Jenar.

Kerananya, tidak musta­hil seseorang itu mempelajari bagai­mana boleh terbang dan meng­hilang. Itulah yang diajar­kannya. Itulah karomahnya. Itulah yang saya dengar dari guru. Masalah benar tidaknya saya belum tahu.

Bagaimana dengan Gerakan para Wali Lainya?

Menurut Abdullah As Sya’roni bukan itu yang istimewa. Karomah dipandang oleh As Sya’roni adalah al Istiqomah, meski­pun kecil kelihatannya. Sehingga timbul ungbila “khoirun min alfi karomah” istiqomah itu lebih baik daripada seribu karomah. Kerananya, tidak perlu terta­rik dan tidak perlu mempelajari hal-hal seperti itu.

Inilah yang disebut gerakan tarikat yang dipelo­pori oleh para aulia. Kerananya pernah ada seorang ulama besar mem­buat geger orang-orang, di mana shalat­nya tidak pernah diketahui. Namun tiba-tiba saja ulama itu ada di sana. Wallahu a’lam kita tidak tahu, na­mun itulah gerakan mereka. Jadi sangat antik mereka punya gerakan.

Kerana itu wali Songo tidak mau keting­galan punya gerakan juga. Thareqah namanya. Jadi tarikat yang diajarkan para wali itu sangat jelas dan terlihat apa adanya. Para pengikut tarikat saat berkumpul ramai-ramai kemudian me­la­kukan dzikir tarikat bersama-sama. Ramai-ramai di talqin atau di baiat oleh musyidnya, oleh muqoddam atau khali­fah, terserah istilahnya apa, itu sema­ta-mata untuk melestarikan gerak­an wali songo.

Itulah alasannya mengapa para pengikut tarikat berkumpul. Sementara para peng­ikut syekh Siti Jenar pun gigih membikin generasi penerusnya dengan gerakan-gerak­an yang dianggap kontro­ver­­sial. Sementera grupnya Wali Songo ternyata kelihatannya lebih berhasil dalam gerakannya. Sehingga berkem­banglah tarikat di seluruh dunia de­ngan berbagai versi dan silsilahnya hingga kini.

Salah satu inti gerakan tarikat yang dikedepankan oleh para Wali Songo adalah hal yang jelas bentuk sya­reat­­nya. Buktinya adalah orang-orang tarikat dzikir­knya jelas, bagai­mana uca­pan­nya, dimana tempat berdzikir­nya, apa yang diucapkan, siapa gurunya dan ke­pada siapa silsilahnya begitu jelas hing­ga wusul kepada Rasulullah saw. Tanpa ada yang disem­bunyikan sama se­­­ka­­li.

Tentang ajaran hakikat pada tarikat yang diajarkan para wali hanya mengajar­kan khofi selebihnya dzikir, sholawat dan membaca Al qur’an kepa­da para pengamal tarikat. Khofi sendiri merupakan hal rahasia yang tidak boleh diajarkan melainkan dengan talqin kepada mursyidnya, muqoddam atau khalifahnya.

Namun ajaran “hakikat” yang dikedepankan oleh tarikat tidak untuk menciptakan sebuah kelebhan (karomah). Semata-mata hanya untuk bagaimana mampu ber­komunikasi kepada Allah dalam segala tingkat kea­da­an dan situasi. Jika pun ada kelebihan yang ditimbulkan, hal itu semata-mata kerana maziah saja dan tidak ditam­pakkan.

Bahkan jika seorang pengikut tarikat memiliki karomah, ia sendiri menganggapnya sebagai beban yang berat sekali dipikul­nya. Pendek­nya, menjadi pengamal tarikat adalah individu yang siap menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Tak Perlu Diadu

Bukan berarti gerakan Wali Songo lebih baik dari gerakan Syekh Siti Jenar atau seba­liknya. Hal itu tidak perlu diadu dan dibuat komparasi (perban­dingan). Kerana hal ini tidak perlu diadu antara kelebihan dan kekurangannya. Sebab dalam salah satu ajaran tarikat menye­but­kan bahwa tidak perlu mengo­reksi ilmu orang lain. Nafsi-nafsi saja. Memperbaiki dan menambah kekurangan diri.

Akhirnya, seringkali para guru meng­ajar­kan kepada para pengikutnya: marilah bersama-sama untuk saling tertarik guna mendalami ilmu bersama Allah SWT. Ilmu ini berada dalam hati, bukan di dalam pikiran. Sebab ilmu tarikat tidak­lah mengajarkan sese­orang ahli suatu bidang, melainkan bagai­mana memanaj hati. Jika hati tenang maka akan meno­long segala urusan keduniaan dan kea­khiratan. Bukankah Allah men­jan­jikan: “Ingatlah, hanya dengan meng­ingati Allah-lah hati menjadi tenteram.. (Ar Ra’ad: 28)

Kesimpulan:

· Tarikat merupakan sebuah bentuk gerakan keimanan yang bertujuan untuk memperbiki akhlak melalui upaya pembersihan diri (batin) de­ngan terus menerus mengingat Alalh.

· Ada yang berorientasi hanya pada inti hakikat saja (batin) tanpa dengan sya­reat pada umumnya. Diwakilii oleh gerakan Al Hallaj dan generasi beri­kut­nya adalah Syekh Siti Jenar.

· Ada pula yang mementingkan syareat dan hakikat sekaligus. Namun lebih condong ke pelaksanaan syareat se­perti biasanya. Sementara hakikat hanya dalam bentuk dzikir khofi saja. Ini yang kebanyakan diwakili oleh gerakan tarikat Wali Songo dengan berbagai jenisnya yang mu’tabarah.

· Pada akhirnya, gerakan Wali Sanga ini lebih banyak diterima oleh masya­rakat.

· Tidak perlu membandingkan dua jenis gerakan ini, mana yang lebih unggul. Masing-masing menjalankan keya­kinan­nya. Wallhu a’lam.







Pemicu Tulisan:

http://danalingga.wordpress.com/2007/11/09/syahadat-jenar/

http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Siti_Jenar

Antara Syekh Siti Jenar dengan Wali Songo ada konflikkah? :

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1004/04/teropong/resensi_buku.htm

Wawancara Penulis Buku Best Seller Syekh Siti Jenar

sumber : http://santribuntet.wordpress.com/2007/11/15/banyak-jalan-menuju-tuhan/


ALLAH اللهَ ALLAH  اللهَ ALLAH  اللهَALLAH  اللهَ
                                  























ALLAH اللهَ ALLAH اللهَALLAH اللهَALLAH اللهَ                               

Syekh Siti Jenar Dan Wali Songo (Konflik?)

                       اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ
                            والله أعلم بالـصـواب    
                   Moga Bermanfaat.
                 
...........................................................................

No comments: