Syair ini menurut cerita dari mulut ke mulut berasal dari seorang Datu di tanah Banjar (Kalimantan Selatan) bernama DATU SANGGUL di sekitar abad ke - 18 Masehi. Dikutip dari tulisan lama tanpa nama dan tanpa tanggal (tarikh) yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun. Syair SARABA AMPAT mengisyaratkan kedalaman pengetahuan si-Penyair dengan gaya bahasa daerah menurut zamannya, ditambah pula dengan "raqam" untuk menambah kejelasan terhadap syair tersebut. Sekurang-kurangnya dalam mengacu kepada penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam atau kemungkinan sebagai bahan bandingan.
SARABA AMPAT
Allah jadikan saraba ampat Syariat Thoriqat Hakikat Makrifat Menjadi satu di dalam khalwat Rasanya nyaman tiada tersurat
Huruf Allah ampat banyaknya ALIF `itibar dari pada Zat-Nya LAM AWAL dan AKHIR sifat dan asma HA isyarat dari ap`al-Nya
JIBRIL - MIKAIL malaikat mulia Isyarat sifat JALAL dan JAMAL IZRAIL - ISRAFIL rupa pasangannya `Itibar sifat QAHAR dan KAMAL
JABAR - AIL asal katanya Bahasa Suryani asal mulanya Kebesaran Allah itu artinya JALALULLAH bahasa Arabnya
NUR MUHAMMAD bermula nyata Asal jadi alam semesta Saumpama api dengan panasnya Itulah Muhammad dengan Tuhannya.
Api dan banyu tanah dan hawa Itulah dia alam dunia Menjadi awak barupa rupa Tulang sungsum daging dan darah
Manusia lahir ke alam insan Di alam Ajsam ampat bakawan Si TUBANIYAH dan TAMBUNIYAH URIAH lawan Si CAMARIAH
RASA dan AKAL, DAYA dan NAFSU Didalam raga nyata basatu AKU meliputi segala liku Matan hujung rambut ka ujung kuku
TUBUH dan HATI, NYAWA - RAHASIA Satu yang zhohir amat nyatanya Tiga yang batin pasti adanya ALAM SHOGHIR itu sabutnya
MANI-MANIKAM-MADI dan MADZI Titis manitis jadi manjadi Si Anak Adam balaksa kati Hanya tahu Allahu Rabbi
Ka-ampat ampatnya kada tapisah Datang dan bulik kepada Allah Asalnya awak dari pada tanah Asalpun tanah sudah disyarah
Dadalang Simpur barmain wayang Wayang asalnya si kulit kijang Agung dan Sarun babun dikancang Kaler bapasang di atas gadang
Wayang artinya si bayang-bayang Antara kadap si lawan tarang Samua majaz harus dipandang Simpur balalakun hanya saorang
SAMAR, BAGUNG si NALAGARING Si JAMBULITA suara nyaring ampat isyarat amatlah panting Siapa handak mencari haning
Syair ini berbahasa Melayu-Banjar. Kalau memang benar bahwa syair ini adalah dari Datu Sanggul (panggilan untuk seorang Auliya di masa itu dengan sebutan Datu) maka bila dihubungkan dengan kegemaran beliau "menyanggul binatang" (menunggu binatang buruan) sambil bersenandung kecil, yang juga kedudukan beliau yang diberikan sebutan oleh masyarakatnya sebagai seorang Waliullah, maka syair dalam nada-nada Ke-Tuhanan itu cenderung untuk mengakui bahwa syair itu dari beliau. Sepanjang kisah, bila beliau menginginkan binatang buruan untuk makanan anak kampung/desa, beliau cukup "menyanggul" (menunggu) datangnya binatang buruan yang menyerahkan dirinya sebagai korban, sambil bersenandung dengan syair-syair Ke-Tuhanan. Ada sementara catatan bahawa nama asli beliau adalah ABDUL JALIL (Syekh Abdul Jalil) Arti kata-kata dalam syair:
Khalwat = dzikir/ibadat ditempat yang sepi
Banyu = air
Awak barupa-rupa = tubuh yang bermacam bentuk/rupa
Di Alam Ajsam ampat bakawan = diperut ibu sudah berbentuk manusia dan bersama dengan empat kejadian yang lain
Tubaniah = air ketuban
Tambuniah = Tembuni
Uriyah = ari-ari/uri
Camariah = darah yang mengiringi kelahiran anak
Basatu = bersatu
Segala liku = segala ruang
Matan = dari
Sabutnya = namanya
Balaksa kati = angka yang tak terbatas
Laksa = 10.000
Kati = 100.000
Kada Tapisah = tidak terpisah
Sudah disyarah = sudah dijelaskan
Dadalang Simpur = Dalang yang bernama Simpur
Agung = gong
Sarun = saron
Babun dikancang = genderang dikencangkan talinya
Kaler = kain layar untuk bermain wayang
Gadang = batang pisang
Antara kadap silawan tarang = antara gelap dan terang
Majaz = bayang (arab)
Saurang = sendiri
Balalakun = berbuat sekehendaknya
Samar = Semar
Bagung = Bagong
Nalagaring = Gareng
Jambulita = Petruk
Haning = hening |
No comments:
Post a Comment