10 March 2014

TAWASSUL



KUBURAN-KUBURAN YANG DIZIARAHI
Kuburan-kuburan yang banyak kita saksikan di negara-negara Islam; seperti Syam, Iraq, Mesir, dan negara Islam lainnya, sungguh tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Berbagai kuburan itu dibangunkan sedemikian rupa, dengan biaya yang tidak sedikit. Padahal Rasulullah SAW melarang mendirikan bangunan di atas kuburan. Dalam hadis shahih disebutkan yang bermaksud:
"Rasulullah melarang mengapur kuburan, duduk dan mendirikan bangunan di atasnya." (HR. Muslim)
Sedang dalam riwayat yang shahih oleh At-Tirmizi disebutkan pula larangan untuk menuliskan sesuatu di atas kuburan. Termasuk di dalamnya menuliskan ayat-ayat Al-Quran, syair dan sebagainya.
Berikut ini, hal-hal penting yang berkaitan dengan kuburan:
1. Kebanyakan kuburan-kuburan yang diziarahi itu adalah tidak benar.
 
Al-Husain bin Ali misalnya, beliau mati syahid di Iraq dan tidak dibawa ke Mesir. kerana itu, kuburan Al-Husain bin Ali di Mesir adalah tidak benar. Bukti yang paling kuat atas kebohongan tersebut adalah bahwa kuburan Al-Husain ada pula di Iraq dan di Syam. Bukti yang lain iaitu bahawa para sahabat tidak menguburkan mayat dalam masjid. Hal itu sebagai pengamalan dari sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, "Allah melaknat orang-orang Yahudi, mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid-masjid." (Muttafaq alaih)
Hikmah dari pelanggaran tersebut adalah agar masjid-masjid terbebas dari syirik. Allah swt berfirman yang bermaksud:
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah." (Al-Jin: 18)
Menurut riwayat yang terpercaya dan benar, Rasulullah SAW adalah dikubur di rumah beliau, tidak di dalam Masjid Nabawi. Tetapi kemudian orang-orang dari Bani Umayyah memperluas masjid tersebut, dan memasukkan kuburan Nabi ke dalam masjid. Alangkah baiknya, hal itu tidak mereka lakukan.
Sekarang ini, kuburan Al-Husain berada di dalam masjid. Sebahagian orang bertawaf di sekitarnya. Meminta hajat dan keperluan mereka kepadanya, sesuatu hal yang sesungguhnya tidak boleh diminta kecuali kepada Allah. Seperti memohon kesembuhan dari sakit, menghilangkan kesusahan dan sebagainya. Sebab agama menyuruh kita agar meminta hal-hal tersebut kepada Allah semata, serta agar kita tidak bertawaf kecuali di sekitar Kaabah.
Allah berfirman yang bermaksud:
"Dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)." (Al-Hajj: 29)
2. Kuburan Sayyidah Zainab binti Ali di Mesir dan di Damaskus adalah tidak benar.
Sebab beliau tidak meninggal di Mesir, juga tidak di Syam. Sebagai bukti kebohongan itu adalah terdapatnya kuburan satu orang (Sayyidah Zainab) di kedua negara tersebut.
3. Islam mengingkari dan melarang pembangunan kubah di atas kuburan, bahkan hingga kubah di atas masjid yang di dalamnya terdapat kuburan. Seperti kuburan Al-Husain di Iraq, Abdul Kadir Jailani di Baghdad, Imam Syafi'i di Mesir dan lainnya. Sebab pelarangan membangunkan kubah di atas kuburan adalah bersifat umum, sebagaimana kita baca dalam hadis terdahulu.
Seorang syaikh yang dapat dipercaya memberitahu, suatu kali ia melihat seseorang shalat ke kuburan Syaikh Jailani, dan ia tidak menghadap kiblat. Syaikh itu lalu memberinya nasihat, tetapi orang tersebut menolak, sambil berkata, "Kamu orang wahabi!". Seakan-akan orang itu belum mendengar sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
"Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan jangan pula shalat kepadanya." (HR. Muslim)
4. Sebahagian besar kuburan yang ada di Mesir adalah dibangunkan oleh Daulah Fathimiyah.
Dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir menyebutkan, bahawa mereka adalah orang-orang kafir, fasik, fajir (tukang maksiat), mulhid (kafir), zindiq (atheis), mu'aththil (mengingkari sifat-sifat Tuhan), orang-orang yang menolak Islam dan meyakini aliran Majusi.
Orang-orang kafir tersebut merasa hairan jika menyaksikan masjid-masjid penuh dengan orang yang melakukan shalat. Mereka sendiri tidak shalat, tidak haji dan selalu merasa dengki kepada umat Islam.
Oleh kerana itu, mereka berfikir untuk memalingkan manusia dari masjid, maka mereka membuat kubah-kubah dan kuburan-kuburan dusta. Mereka mendakwakan bahawa di dalamnya terdapat Al-Husain bin Ali dan Zainab binti Ali. Kemudian mereka menyelenggarakan berbagai pesta dan peringatan untuk menarik perhatian orang kepadanya. Mereka menamakan dirinya Fathimiyyin. Padahal ia hanya sebagai helah belaka, sehingga orang-orang cenderung dan senang kepada mereka.
Dari situ, mulailah umat Islam terperangkap tipu muslihat dari bid'ah yang mereka ada-adakan, sehingga menjerumuskan mereka kepada perbuatan syirik. Bahkan hingga mereka tak segan-segan mengeluarkan harta dalam jumlah yang besar untuk perbuatan syirik tersebut. Padahal di saat yang sama, mereka amat memerlukan harta tersebut buat membeli senjata untuk mempertahankan agama dan kehormatan mereka.
5. Sesungguhnya umat Islam yang mengeluarkan hartanya untuk membangunkan kubah-kubah, kuburan, dinding dan monumen di kuburan, semua itu sama sekali tidak bermanfaat untuk si mayat.
Seandainya harta yang dikeluarkan tersebut diberikan kepada orang-orang fakir miskin tentu akan bermanfaat bagi orang yang hidup dan mereka yang telah mati. Apatah lagi Islam mengharamkan umatnya mendirikan bangunan di atas kuburan sebagaimana telah ditegaskan di atas. Rasulullah SAW bersabda kepada Ali yang bermaksud,
"Janganlah engkau biarkan patung kecuali engkau menghancurkannya. Dan jangan (kamu melihat) kuburan ditinggikan kecuali engkau meratakannya." (HR. Muslim)
 
Tetapi, Islam memberi kemurahan untuk meninggikan kuburan kira-kira sejengkal, sehingga diketahui bahawa ia adalah kuburan.
6. Nazar-nazar yang ditujukan kepada orang-orang mati adalah termasuk syirik besar. Oleh para khadam (pelayan), nazar dan sesajen yang diberikan itu diambil secara haram. Bahkan terkadang mereka gunakan untuk berbuat maksiat dan tenggelam dalam perilaku syahwat. kerana itu, orang yang melakukan nazar dan orang yang menerimanya, bersekutu dalam perbuatan syirik tersebut.
Seandainya harta itu diberikan sebagai sedekah kepada orang-orang fakir, tentu harta tersebut bermanfaat bagi orang-orang yang hidup dan mereka yang telah mati. Dan tentu, apa yang dikehendaki oleh orang yang menyedekahkan harta tersebut, akan terpenuhi berkat dari sedekah yang ia berikan.
Ya Allah, tunjukilah kami kebenaran yang sesungguhnya, lalu berilah kami kurnia untuk mengikuti dan mencintainya. Dan tunjukilah kami kebatilan yang sesungguhnya, lalu kurniailah kami untuk menjauhi dan membencinya.
KEROSAKAN DAN BAHAYA SYIRIK
Perbuatan syirik menyebabkan kerosakan dan bahaya yang besar, baik dalam kehidupan peribadi mahupun masyarakat. Adapun kerosakan dan bahaya yang paling menonjol adalah:
1. Syirik menghinakan eksistensi kemanusiaan:
Syirik menghinakan kemuliaan manusia, menurunkan darjat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan umat manusia sebagai khalifah di muka bumi. Allah memuliakannya, mengajarkannya seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di bumi semuanya. Allah menjadikannya penguasa di jagad raya ini.
Tetapi kemudian ia tidak mengetahui darjat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebahagian dari makhluk Allah sebagai tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri padanya.
Berbagai kehinaan tersebut, –hingga hari ini– amat banyak untuk disaksikan. Ratusan juta orang di India menyembah sapi yang diciptakan Allah buat manusia, agar mereka menggunakan haiwan itu untuk membantu meringankan pekerjaannya atau menyembelihnya untuk dimakan dagingnya.
Sebahagian umat Islam menginap dan tinggal di kuburan untuk meminta berbagai keperluan mereka. Padahal, orang-orang yang mati itu juga hamba Allah seperti mereka. Tidak boleh mendatangkan manfaat atau bahaya untuk mereka sendiri.
Al-Husain bin Ali misalnya, ia tidak boleh menyelamatkan dirinya dari pembunuhan. Lalu bagaimana mungkin kemudian ia boleh menolak bahaya yang menimpa orang lain dan mendatangkan manfaat kepadanya?
Orang-orang yang meninggal itu justeru amat memperlukan doa dari orang-orang yang masih hidup. Kita mendoakan mereka, tidak berdoa dan memohon kepadanya, sebagai sesembahan selain Allah. Allah berfirman yang bermaksud:
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui, bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan." (An-Nahl: 20-21)
"Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (Al-Hajj: 31)
2. Syirik adalah sarang khurafat dan kebatilan:
Sebab orang yang mempercayai adanya sesuatu yang boleh memberi pengaruh selain Allah di alam ini, baik berupa bintang, jin, arwah atau hantu bererti menjadikan akalnya siap menerima segala macam khurafat (takhayul), serta mempercayai para dajjal (pendusta).
kerana itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, "barang dagangan" dukun, tukang nujum, ahli sihir dan semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka mendakwakan dirinya boleh mengetahui ilmu ghaib, yang sesungguhnya tak seorang pun mengetahuinya kecuali Allah. Di samping itu, dalam masyarakat semacam ini, mereka sudah tak mengindahkan lagi ikhtiar dan mencari sebab, serta meremehkan sunnah kauniyah (hukum alam).
3. Syirik adalah kezaliman yang sangat besar:
Iaitu zalim terhadap hakikat. Sebab hakikat yang paling agung adalah "Tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah) selain Allah", Tidak ada Rabb (pengatur) selain Allah, tidak ada Penguasa selainNya.
Adapun orang-orang yang musyrik, mereka mengambil selain Allah sebagai Tuhan, serta mengambil selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kezaliman dan penganiayaan terhadap diri sendiri. Sebab seorang musyrik menjadikan dirinya sebagai hamba bagi makhluk sesamanya, bahkan mungkin lebih rendah dari dirinya. Padahal Allah menjadikannya sebagai makhluk yang merdeka.
Syirik juga merupakan penganiayaan terhadap orang lain, sebab orang yang disekutukan dengan Allah telah ia aniaya, lantaran ia memberikan hak padanya, apa yang sebenarnya bukan miliknya.
4. Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan:
Orang yang akalnya menerima berbagai macam khurafat dan mempercayai kebatilan akan diliputi ketakutan dari berbagai arah. Sebab ia menyandarkan dirinya pada banyak tuhan. Padahal tuhan-tuhan itu lemah dan tak kuasa memberi manfaat atau menolak bahaya bagi dirinya.
kerana itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, putus asa dan ketakutan tanpa sebab adalah sesuatu hal yang lumrah dan banyak terjadi. Allah berfirman yang bermaksud:
"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim." (Ali Imran: 151)
5. Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat:
Sebab syirik mengajarkan kepada para pengikutnya untuk mengandalkan para perantara, sehingga mereka meninggalkan amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa, dengan i'tiqad bahawa mereka akan memberinya syafa'at (pertolongan) di sisi Allah. Dan inilah yang merupakan kepercayaan orang-orang Arab jahiliyah sebelum kedatangan Islam. Allah berfirman tentang mereka yang bermaksud:
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.'Katakanlah, 'Apakah kamu mengkhabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya baik di langit dan tidak (pula) di bumi.' Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu)." (Yunus: 18)
Orang-orang Kristian yang melakukan berbagai macam kemungkaran juga mempercayai bahawa Al-Masih telah menghapus dosa-dosa mereka, ketika ia disalib. Demikian menurut anggapan mereka.
Demikian pula sebahagian umat Islam, mereka meninggalkan berbagai kewajipan, melakukan ragam perbuatan haram, tetapi mereka tetap mengandalkan syafaat Rasul mereka agar dapat masuk Syurga. Padahal Rasulullah SAW telah bersabda kepada puterinya sendiri yang bermaksud:
"Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sekehendakmu, (tetapi) aku tidak bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi Allah." (HR. Al-Bukhari)
6. Syirik menyebabkan abadi di dalam Neraka:
Syirik menyebabkan kesia-siaan dan kehampaan di dunia. Sedang di akhirat, menyebabkan pelakunya abadi di dalam Neraka. Allah berfirman yang bermaksud:
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Syurga, dan tempatnya ialah Neraka, Tidaklah bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (Al-Maa'idah: 82)
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
"Barangsiapa meninggal sedang ia berdoa (memohon) kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), nescaya ia masuk Neraka." (HR. Al-Bukhari)
7. Syirik memecah belah umat:
Allah swt berfirman yang bermaksud:
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, iaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar-Ruum: 31-32)
KESIMPULAN:
Semua perbahasan di atas, memberikan kejelasan kepada kita bahawa syirik adalah sebesar-besar perkara yang wajib kita menjaga diri daripadanya. Kita harus bersih dari perbuatan syirik. Takut jika kita terjerumus ke dalamnya, kerana ia adalah dosa yang paling besar. Di samping itu, syirik juga boleh menghapuskan pahala amal shalih yang ia lakukan. Bahkan amalan yang terkadang bermanfaat untuk kepentingan umat dan kemanusiaan.
Allah swt berfirman yang bermaksud:
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Al-Furqaan: 23)
TAWASSUL YANG DISYARI'ATKAN
Allah swt berfirman yang bermaksud,
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri KepadaNya." (Al-Maa'idah: 35)
Qatadah berkata, "Dekatkanlah dirimu kepadaNya, dengan keta'atan dan amal yang membuatNya redha."
 
Tawassul yang disyariatkan adalah tawassul sebagaimana yang diperintahkan oleh Al-Quran, diteladankan oleh Rasulullah SAW dan dipraktikkan oleh para sahabat.
Di antara tawassul yang disyariatkan iaitu:
1. Tawassul dengan iman:
Seperti yang dikisahkan Allah dalam Al-Quran tentang hambaNya yang bertawassul dengan iman mereka. Allah swt berfirman yang bermaksud,
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (iaitu), 'Berimanlah kamu kepada Tuhanmu', maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." (Ali Imran: 193)
2. Tawassul dengan mengesakan Allah:
Seperti doa Nabi Yunus Alaihis Salam, ketika ditelan oleh ikan Nun. Allah mengisahkan dalam firmanNya yang bermaksud:
"Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, 'Bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya, dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (Al-Anbiyaa': 87-88)
3. Tawassul dengan Nama-Nama Allah:
Sebagaimana tersebut dalam firmanNya yang bermaksud,
"Hanya milik Allah Asma'ul Husna, maka mohonlah kepadaNya dengan menyebut Asma'ul Husna itu." (Al-A'raaf: 180)
Di antara doa Rasulullah SAW dengan Nama-namaNya iaitu:
"Aku memohon KepadaMu dengan segala nama yang Engkau miliki." (HR. At-Tirmizi, hadis hasan shahih)
4. Tawassul dengan Sifat-Sifat Allah:
Sebagaimana doa Rasulullah SAW yang bermaksud,
"Wahai Zat Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya), dengan rahmatMu aku mohon pertolongan." (HR. At-Tirmizi, hadis hasan)
5. Tawassul dengan amal shalih:
Seperti shalat, berbakti kepada kedua orang tua, menjaga hak dan amanah, bersedekah, zikir, membaca Al-Quran, shalawat atas Nabi, kecintaan kita kepada beliau dan kepada para sahabatnya, serta amal shalih lainnya.
Dalam kitab Shahih Muslim terdapat riwayat yang mengisahkan tiga orang yang terperangkap di dalam gua. Lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalihnya. Orang pertama bertawassul dengan amal shalihnya, berupa memelihara hak buruh. Orang kedua dengan baktinya kepada kedua orang tua. Orang yang ketiga bertawassul dengan takutnya kepada Allah, sehingga menggagalkan perbuatan keji yang hendak ia lakukan. Akhirnya Allah membukakan pintu gua itu dari batu besar yang menghalanginya, sampai mereka semua selamat.
6. Tawassul dengan meninggalkan maksiat:
Misalnya dengan meninggalkan minum khamr (minum-minuman keras), berzina dan sebagainya dari berbagai hal yang diharamkan. Salah seorang dari mereka yang terperangkap dalam gua, juga bertawassul dengan meninggalkan zina, sehingga Allah menghilangkan kesulitan yang dihadapinya.
Adapun umat Islam sekarang, mereka meninggalkan amal shalih dan bertawassul dengannya, lalu menyandarkan diri bertawassul dengan amal shalih orang lain yang telah mati. Mereka melanggar petunjuk Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
7. Tawassul dengan memohon doa kepada para nabi dan orang-orang shalih yang masih hidup.
Tersebutlah dalam riwayat, bahawa seorang buta datang kepada Nabi. Orang itu berkata, "Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar Dia menyembuhkanku (sehingga boleh melihat kembali)." Rasulullah SAW menjawab, "Jika engkau menghendaki, aku akan berdoa untukmu, dan jika engkau menghendaki, bersabar adalah lebih baik bagimu." Ia (tetap) berkata, "Doakanlah." Lalu Rasulullah SAW menyuruhnya berwuduk secara sempurna, lalu shalat dua rakaat, selanjutnya beliau menyuruhnya berdoa dengan mengatakan,
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu, dan aku menghadap kepadaMu dengan (perantara) NabiMu, seorang Nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap dengan (perantara)mu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar dipenuhiNya untukku. Ya Allah jadikanlah ia pemberi syafaat kepadaku, dan berilah aku syafaat (pertolongan) di dalamnya." la berkata, "Laki-laki itu kemudian melakukannya, sehingga ia sembuh." (HR. Ahmad, hadis shahih)
Hadis di atas mengandungi pengertian bahawa Rasulullah SAW berdoa untuk laki-laki buta tersebut dalam keadaan beliau masih hidup. Maka Allah swt mengabulkan doanya.
Rasulullah SAW memerintahkan orang tersebut agar berdoa untuk dirinya. Menghadap kepada Allah swt untuk meminta kepadaNya agar Dia menerima syafaat NabiNya. Maka Allah pun menerima doanya.
Doa ini khusus ketika Nabi masih hidup. Dan tidak mungkin berdoa dengannya setelah beliau wafat. Sebab para sahabat tidak melakukan hal itu. Juga, orang-orang buta lainnya tidak ada yang mendapatkan manfaat dengan doa itu, setelah terjadinya peristiwa tersebut.
TAWASSUL YANG DILARANG
Tawassul yang dilarang adalah tawassul yang tidak ada dasarnya dalam agama Islam.
Di antara tawassul yang dilarang iaitu:
1. Tawassul dengan orang-orang mati, meminta hajat dan memohon pertolongan kepada mereka, sebagaimana banyak kita saksikan pada saat ini.
Mereka menamakan perbuatan tersebut sebagai tawassul, padahal sebenarnya tidak demikian. Sebab tawassul adalah memohon kepada Allah dengan perantara yang disyariatkan. Seperti dengan perantara iman, amal shalih, Asmaa'ul Husnaa dan sebagainya.
Berdoa dan memohon kepada orang-orang mati adalah berpaling dari Allah. Ia termasuk syirik besar. Allah berfirman yang bermaksud,
"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim". (Yunus: 106)
Orang-orang zalim dalam ayat di atas bererti orang-orang musyrik.
2. Tawassul dengan kemuliaan Rasulullah SAW. Seperti ucapan mereka, "Wahai Tuhanku, dengan kemuliaan Muhammad, sembuhkanlah aku." Ini adalah perbuatan bid'ah. Sebab para sahabat tidak melakukan hal tersebut.
Adapun tawassul yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab dengan doa bapa saudara Rasulullah SAW, Al-Abbas adalah semasa ia masih hidup. Dan Umar tidak bertawassul dengan Rasulullah SAW setelah beliau wafat.
Sedangkan hadis yang bermaksud,
"Bertawassullah kalian dengan kemuliaanku."
Hadis tersebut sama sekali tidak ada sumber aslinya. Demikian menurut Ibnu Taimiyah.
Tawassul bid'ah ini boleh menyebabkan pada kemusyrikan. Iaitu jika ia mempercayai bahawa Allah memperlukan perantara. Sebagaimana seorang pemimpin atau penguasa. Sebab dengan demikian ia menyamakan Tuhan dengan makhlukNya.
Abu Hanifah berkata, "Aku benci memohon kepada Allah, dengan selain Allah." Demikian seperti disebutkan dalam kitab Ad-Durrul Mukhtaar.
3. Meminta agar Rasulullah SAW mendoakan dirinya setelah beliau wafat, seperti ucapan mereka, "Ya Rasulullah SAW doakanlah aku", ini tidak diperbolehkan. Sebab para sahabat tidak pernah melakukannya. Juga kerana Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud,
"Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakan kepada (orang tua)-nya." (HR. Muslim).
Kiriman aku punya
karkunku@yahoo.com - 31.01.2004

No comments: