24 February 2012

Diabetes

Lower Limb Amputation Rates Associated With Diabetes Drop, US.


An investigation by the Centers for Disease Control and Prevention, found that between 1996 and 2008, the number of leg and foot amputations among U.S. individuals, aged 40+ with diagnosed diabetes, decreased by 65%.

The study, entitled "Declining Rates of Hospitalization for Non-traumatic Lower-Extremity Amputation in the Diabetic Population Aged 40 years or Older: U.S., 1988-2008," is published online in the current issue of Diabetes Care.

In 1996, the age-adjusted rate of leg and foot amputations was 11.2 per 1,000 individuals with diabetes. However, in 2008 this rate fell to 3.9 per 1,000.

Non-traumatic, lower-limb amputations, refers to amputations caused by circulatory problems, rather than those caused by injuries. Circulatory problems are a prevalent adverse effect in individuals suffering with diabetes.

Furthermore, results from the study revealed that in 2008:
Women had lower age-adjusted rates of lower-limb amputations (1.9 per 1,000) than men (6 per 1,000)

Individuals aged 75+ had the highest rate (6.2 per 1,000) than people in other age groups

Rates were higher among blacks (4.9 per 1,000) than whites (2.9 per 1,000)According to the researchers, the decrease in lower-limb amputations among individuals with diabetes may partially be due to factors such as: declines in heart disease, improvements in blood sugar control, as well as foot care and diabetes management.

Nilka Ríos Burrows, M.P.H., an epidemiologist with CDC's Division of Diabetes Translation, explained:

"The significant drop in rates of non-traumatic lower-limb amputations among U.S. adults with diagnosed diabetes is certainly encouraging, but more work is needed to reduce the disparities among certain populations.

We must continue to increase awareness of the devastating health complications of diabetes. Diabetes is the leading cause of lower-limb amputations in the United States."

After examining data from the National Hospital Discharge Survey on non-traumatic lower-limb amputations from the National Health Interview Survey on the prevalence of diagnosed diabetes from 1988-2008, the researchers discovered that the decrease in rates was higher among individuals with diagnosed diabetes than people without the disease. Although, in 2008, the rate was still approximately 8 times higher among those with the disease than those without diabetes.

Diabetes is the leading cause of non-traumatic, lower-limb amputations, kidney failure, and blindness among adults. In addition, the disease is the 7th leading cause of mortality in the U.S.. Diabetes also increases the risk ofstrokes, hypertension, and heart attacks.

CDC's Division of Diabetes Translation supports prevention and control programs in all 50 states, seven U.S. territories and island jurisdictions, and the District of Columbia.

The National Diabetes Education Program provides education to enhance treatment for individuals with the disease, promote early diagnosis and prevent or delay type 2 diabetes from developing. The program is co-sponsored by CDC and the National Institutes of Health.

Kalau Facebook ada zaman dahulu!

Kalau Facebook ada zaman dahulu!
















MANUSIA YANG LEBIH SESAT DARIPADA BINATANG.

MANUSIA YANG LEBIH SESAT DARIPADA BINATANG.



وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)

Terjemahan:

(179) Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raaf 7:179)

Mukaddimah:

Tujuan makhluk jin dan manusia diciptakan oleh Allah adalah supaya mereka mentauhidkan dan beribadah kepada Allah (Al-Zaariyat :56). Beribadat kepada Allah adalah bukti kita mensyukuri ni’mat pemberianNya. Dan di antara ni’mat yang paling utama yang wajib kita syukuri ialah: Telinga, Mata dan Hati. Ketiga-tiganya pasti akan ditanya oleh Allah di akhirat nanti. Dan dengan ni’mat-ni’mat tersebut kita boleh menjadi manusia yang sempurna dan memiliki ilmu pengetahuan.

Firman Allah:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawapannya (ditanya). (Al-Israa 17:36)

وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (An-Nahl 16:78)

Di antara kesimpulan yang dapat diambil daripada ayat-ayat di atas ialah:


1. Telinga, mata dan hati termasuk ni’mat utama. Ketiga-tiganya disebut secara khusus dalam ayat untuk ditanya dan diminta pertanggung jawabannya di akhirat nanti, walaupun sebenarnya anggota-anggota lain juga akan ditanya.


2. Tujuan pemberian ketiga-tiga ni’mat tersebut ialah agar kita bersyukur kepada Yang Maha Pemberinya (Allah SWT).

Namun demikian, dalam kenyataannya (reality) sungguhsedikit manusia yang dapat mensyukuri ni’mat tersebut. Ini sebagaimana firman Allah:

وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
“Dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali yang bersyukur”. (As-Sajadah 32:9)

Manusia: Antara Malaikat Dan Binatang:

Pada garis besarnya makhluk terbagi kepada tiga golongan iaitu:

1. Golongan Malaikat. Makhluk ini hanya Allah akan berikan akal tanpa nafsu. Itu sebabnya semua mereka senantiasa patuh kepada Allah dan tidak pernah durhaka.

2. Golongan Haiwan (binatang). Makhluk ini hanya Allah berikan nafsu tanpa akal. Itu sebabnya mereka tidak ada daya penimbang ukuran antara baik dan buruk.


3. Golongan Jin Dan Manusia. Tujuan penciptaan mereka adalah sama, oleh itu Allah SWT anugerahkan kepada mereka kedua-duanya, iaitu: Akal dan Nafsu.

Akal senantiasa mendorong manusia agar berbuat baik dan nafsu pula senantiasa mendorong manusia agar berbuat jahat. Jika akal seseorang dapat menundukkan nafsunya, maka ia akan menjadi manusia yang baik. Malahan mungkin juga lebih baik daripada Malaikat seperti Nabi Muhammad (sallallahu alaihi wasalam) dapat mengatasi kedudukan Jibrail dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Malaikat Jibrail hanya mampu naik sampai ke Sidratul Muntaha, tetapi Baginda Rasul dapat naik lebih tinggi daripada itu untuk menemui Allah SWT.

Demikian juga menurut setengah riwayat tentang jenis Jin yang bernama Azazil yang pernah diangkat menjadi imam para malaikat di langit setelah ia beribadah kepada Allah selama 8000 tahun di bumi dan di langit.

Sebaliknya jika nafsu seseorang dapat menundukkan akalnya maka ia boleh menjadi manusia yang jahat. Malahan mungkin lebih jahat dan lebih sesat daripada binatang. Ini sebagaimana kandungan ayat yang menjadi topik pembahasan kita.

Tafsiran Ayat:

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia

Maksudnya: Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa kebanyakan penghuni neraka terdiri daripada golongan jin dan golongan manusia. Ini karena matlamat mereka dijadikan oleh Allah adalah sama iaitu agar mereka beribadah kepada Allah.

Apakah sifat-sifat manusia dan jin tersebut sehingga mereka mengalami nasib sedemikian? Allah SWT menjelaskan pada ayat yang sama bahwa di antara sebab-sebab utamanya ialah karena mereka tidak mensyukuri ni’mat telinga, mata dan hati.

Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)

Maksudnya: Dalam ayat ini pula Allah SWT menyatakan secara jelas sebab-sebab mengapa kebanyakan manusia dan jin dilemparkanNya ke dalam neraka Jahannam iaitu karena mereka tidak mensyukuri ketiga-tiga ni’mat di atas iaitu nikmat hati, ni’mat mata dan ni’mat telinga.

Imam Al-Ghazali berkata dalam kitabnya Ihyaa ‘Uluumiddin bahwa rukun syukur ada tiga:

1. Mengucap syukur dengan lidah (Alhamdulillah)

2. Pengakuan dalam hati bahwa ni’mat adalah anugerah Allah

3. Menggunakan ni’mat pada jalan yang diredhai Allah.

Atas dasar ini, seseorang belum lagi digolongkan telah bersyukur kepada Allah kalau hanya sekedar mengucapkan syukur dengan lisannya (Alhamdulillah) dan pengi’tirafannya bahwa ni’mat itu pemberian Allah sekiranya dia tidak ikuti dengan rukun ketiga iaitu menggunakan ni’mat tersebut sesuai dengan tujuan ni’mat itu diciptakan oleh Allah.

Mensyukuri ni’mat hati (minda) ialah dengan berusaha keras memahami ayat-ayat Allah samada ayat-ayat Al-Quraniyah ataupun ayat-ayat Kauniyah (kejadian dalam alam maya ini). Lanjutan daripada pemahaman yang mendalam itu akan membuahkan natijah bahwa hanya Allah saja yang wajib disembah dan dipatuhi dalam hidup ini.

Mensyukuri ni’mat mata (penglihatan) dan ni’mat telinga (pendengaran) ialah dengan menggunakan ni’mat-ni’mat tersebut untuk melihat akan kekuasaan Allah dan mendengar pengajaran dan nasehat yang terkandung dalam ayat-ayat Allah. Dan selanjutnya dengan bersikap demikian akhirnya ia akan insaf dan menjadi manusia yang lebih bertaqwa kepada Allah dan kometmen (istiqamah) dengan ajaran Islam.

Tetapi sekiranya ketiga-tiga ni’mat tersebut tidak disyukuri sebagaimana semestinya maka Allah SWT menggolongkan mereka seperti makhluk hewan (binatang), malahan lebih sesat lagi daripada binatang. Ini sebagaimana firman Allah SWT selanjutnya:

Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi

Maksudnya: Mereka yang mempunyai sifat sebagaimana yang tersebut di atas adalah seperti binatang ternak: onta, kerbau, lembu, kambing. Mengapa demikian? Karena ni’mat-ni’mat di atas (telinga dan mata) hanya mereka gunakan untuk memenuhi keperluan syahwat jasmani atau duniawy sahaja. Malahan kedudukan mereka lebih sesat daripada binatang. Dan mengapa pula demikian? Karena mereka mempunyai kelebihan yang tidak ada pada binatang iaitu alat pembeda antara yang baik dan buruk, antara yang haq dan batil iaitu hati atau minda atau akal.

Mereka itulah orang-orang yang lalai

Maksudnya: Mereka adalah orang-orang yang lalai akan kemaslahatan (kebaikan) mereka pada dua kehidupan iaitu kehidupan di dunia dan di akhirat. Sebab jika manusia benar-benar memahami dan mengikuti panduan Al-Quran tentang rahasia penciptaan manusia niscaya mereka akan mempergunakan ni’mat-ni’mat tersebut dengan sebaik-baiknya, bukan hanya untuk kebaikannya di dunia yang sementara ini saja tetapi lebih-lebih lagi untuk memperbanyak perbekalannya di alam akhirat yang kekal abadi nanti.

Peringkat Kelalaian Manusia:

Kelalaian manusia tidak sama derjatnya.

1. Ada di antara mereka yang lalai daripada menghayati ayat-ayat Allah yang ada pada diri mereka dan alam semesta (ayat kauniyah), yang sebenarnya boleh menolong mereka untuk mengenali Allah (Ma’rifatul Llaah).

2. Ada pula yang lalai daripada menggunakan minda mereka untuk memikirkan tentang matlamat utama mereka diciptakan oleh Allah.

3. Ada juga yang lalai terhadap keperluan mereka yang asasi; baik dia sebagai indevidu, atau dia sebagai ketua rumah tangga, atau dia sebagai anggota masyarakat, atau dia sebagai salah seorang muslim atau muslimat.

Kesimpulan:

1. Penghuni neraka Jahannam kebanyakannya terdiri daripada Jin dan Manusia yang jahil dan lalai. Kejahilan mereka karena lalai mensyukuri ni’mat-ni’mat Allah.

2. Pendengaran, Penglihatan dan Hati termasuk ni’mat yang paling utama. Siapa yang pandai mensyukurinya akan bahagia di dunia dan di akhirat. Tetapi jika sebaliknya, mereka boleh menjadi makhluk yang lebih sesat daripada binatang.

3. Jika hati selalu digunakan untuk memikirkan akan kebesaran Allah dan memahami ayat-ayatNya (Quraniyah dan Kauniyah) dan jika mata selalu digunakan untuk melihat kekuasaan Allah dan telingan untuk mendengar pengajaran Allah yang terkandung dalam firmanNya, Insya Allah kita termasuk ke dalam golongan yang mensyukuri ni’mat-ni’mat Allah.


Wasallam.

Sumber: Ustaz Abdullah Yasin.

Gantung tak bertali.

Gantung tak bertali.


Begitulah seksanya dan derita seorang isteri yang ditinggal suami tanpa khabar berita. Pada zahirnya, wanita itu masih bergelar isteri, tetapi secara batinnya dia digantung umpama layang-layang di langit. Jika ada tali yang mengikat layang-layang itu, maka mudahlah ikatan itu diputuskan.

Suami tidak mahu melafaskan cerai, alasannya masih sayang. Tetapi tak balik rumah,tak bagi nafkah zahir bathin, asyik dating dengan girl friend..Bila isteri minta pisah dengan mudah dikatanya isteri DERHAKA. Jenis apa suami ini?

Isteri juga ada nafsu. Bukan barang plastik. Perlu belaian dan kasih sayang seorang suami. Tapi entah kemana suami menghilangkan diri bersama wanita lain. Nak mengadu tak bertempat. Yang kurang iman terjerumus perbuatan zina akibat nafsu yang tak terkawal.. Ada yang murtad kerana berkahwin dengan lelaki bukan Islam. Maka dosa ditanggung oleh suaminya yang durjana yang tak berhati perut. Nauzubillah!

Mereka sesungguhnya lupa dengan firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 229 yang bermaksud:
“Dan peliharalah isteri kamu dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan cara yang baik juga.”
Begitu juga dengan status wanita malang itu, oleh kerana tidak ada ‘tali’ ikatan perkahwinan yang jelas, maka tidak dapat berbuat apa-apalah dia selain merujuk kepada mahkamah.

Alhamdulillah, hukum syarak dan peruntukan undang-undang membolehkan pihak mahkamah mampu ‘melihat’ tali yang tergantung itu. Lalu, para hakim akan menilai fakta kes, syarat kesaksian dan aspek-aspek perundangan yang lain seterusnya ‘memotong’ tali yang mengikat wanita itu.

Dengan kata lain, mahkamah selepas mendengar segala keterangan dan berpuashati dengannya, mempunyai kuasa untuk membubarkan sesebuah perkahwinan yang digantung tak bertali.

Begitulah secebis kisah penderitaan dan penyiksaan yang berlaku dalam masyarakat kita.

Pelbagai punca dikenalpasti menjadi sebab musabab mengapa seseorang isteri diperlukan sedemikian rupa.

Ada lelaki yang sengaja berbuat demikian kerana membalas dendam. Ia mungkin disebabkan oleh kerana isterinya itu sering meminta cerai dan perkahwinan mereka sudah tidak boleh diselamatkan lagi. Dendam kesumat yang bersarang di dalam hati itulah yang menyebabkan ada sesetengah lelaki enggan melepaskan isteri dengan cara yang baik.

Lelaki berkenaan menggantung status perkahwinannya kerana sengaja tidak mahu isterinya itu dipinang dan berkahwin dengan lelaki lain.

Ada juga lelaki yang kurang ilmu tetapi ingin berpoligami, lalu dibiarkan isteri pertamanya itu terkontang-kanting. Maka, terseksalah isteri pertama dek kerana perbuatan yang tidak berperikemanusiaan itu. Bagi wanita yang dalam dilema seperti ini, adalah menjadi keharusan untuk memohon perceraian dari mahkamah secara taklik atau fasakh.

Anda boleh merujuk kepada sijil perkahwinan yang jelas tertera lafaz taklik itu. Dalam lafaz taklik berkenaan, mana-mana suami yang tidak menjalankan tanggungjawab memberi nafkah zahir dan batin melebihi empat bulan boleh dirujuk kepada mahkamah seterusnya boleh dijadikan asas perceraian taklik. Syaratnya, anda perlu membawa saksi yang dapat mengesahkan perkara tersebut kepada mahkamah Syariah.

Perceraian secara taklik hendaklah mengikut prosedur yang ditetapkan iaitu Seksyen 50 Akta Undang-Undang Keluarga Islam (Wilayah Persekutuan) 1984, yang memperuntukan bagaimana perceraian taklik boleh disahkan oleh Mahkamah Syariah.

Wasallam.

APA MAKSUD DARAH ISTIHADHAH?

APA MAKSUD DARAH ISTIHADHAH?

Darah istihadhah ialah darah yang keluar bukan pada masa haid dan juga nifas. Darah istihadhah merangkumi;
  1. Darah yang keluar sebelum umur kemungkinan haid iaitu sembilan tahun mengikut jumhur ulamak.
  2. Darah yang keluar kurang dari tempoh minima haid iaitu sehari semalam mengikut mazhab Syafi’ie.
  3. Darah yang keluar melebihi tempoh maksima haid atau melebihi tempoh kebiasaan haid.
  4. Darah yang melebihi tempoh maksima nifas.
  5. Darah yang keluar dari wanita yang hamil mengikut pandangan jumhur ulamak selain mazhab Syafi’ie.
  6. Darah yang keluar melebihi umur putus haid
Darah istihadhah tidak turun dari rahim sebagaimana darah haid atau nifas, akan tetapi keluar dari urat yang dipanggil al-‘Azil. Sifat darah istihadhah menurut mazhab Syafi’ie, adalah cair dan berwarna merah terang (antara merah dan kuning).

Apa caranya untuk membezakan antara darah haid dan darah istihadhah jika seorang wanita menghadapi masalah keluar darah yang berterusan atau melebihi tempoh kebiasaan haid?

Berdasarkan hadis Nabi s.a.w., ada tiga kaedah untuk ia membezakannya;

1. Dengan merujuk kepada kebiasaan haidnya yang lalu.

Ini berdasarkan sabda Nabi s.a.w. kepada Wanita yang istihadhah pertamanya hendaklah merujuk kepada kebiasaan haidnya (yakni darah-darah yang keluar pada hari-hari kebiasaan haid adalah darah haid dan adapun yang keluar pada hari berikutnya adalah istihadhah). Ini berpandukan hadis dari ‘Aisyah r.a. yang menceritakan; “Fatimah binti Abi Hubaisyh r.a telah mengadu kepada Nabi s.a.w.:

"Sesungguhnya aku kedatangan haid tanpa putus-putus. Apakah aku perlu meninggalkan solat?” Nabi s.a.w. menjawab; ‘Tidak. Sesungguhnya itu adalah darah dari urat (عرق), bukan darah haid. (Oleh demikian, janganlah kamu tinggalkan solat pada keseluruhan hari datangnya darah itu), akan tetapi kamu tinggalkan solat hanya pada hari-hari kamu biasa kedatangan haid padanya, kemudian (apabila habis hari-hari tersebut), hendaklah kamu mandi dan tunaikanlah solat”. (Riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim).

Jadi, seorang wanita semasa menghadapi masalah tersebut, jika ia mengingati tempoh kebiasaan haidnya, hendaklah ia mengira bilangan hari haidnya mengikut tempoh kebiasaan tersebut dan darah yang keluar selepas tempoh itu dikira sebagai darah istihadhah dan ia tertakluk dengan hukum wanita istihadhah (bukan wanita haid atau nifas). Contohnya; jika ia biasa kedatangan haid selama tujuh hari, maka hendaklah ia menetapkan tempoh haidnya selama tujuh hari dan darah yang masih keluar selepas tujuh hari itu dikira istihadhah.

2. Dengan melihat kepada perbezaan darah.

Jika seorang wanita tidak mempunyai kebiasaan haid (kerana baru kedatangan haid atau melupai kebiasaan haidnya), hendaklah dirujuk kepada perbezaan darah. Ini berdasarkan hadis dari Saidatina Aisyah r.a. yang menceritakan; Fatimah binti Abi Hubaiysh r.a. menghadapi istihadhah, maka Rasulullah s.a.w. bersabda kepadanya:

“Sesungguhnya darah haid adalah darah berwarna hitam yang dikenali (yakni ia mempunyai bau yang dikenali oleh kaum wanita). Oleh demikian, jika kamu melihat darah sedemikian, hendaklah kamu menahan diri dari menunaikan solat. Tetapi jika kamu melihat darah berwarna lain, maka ambillah wudhuk dan kerjakanlah solat”. (Riwayat Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Hibban dan al-Hakim. ).

Hadis di atas menjadi dalil bahawa diambil kira perbezaan sifat darah di mana jika bersifat dengan warna hitam, maka ia adalah haid dan jika tidak, maka ia adalah istihadhah.

3. Dengan merujuk kepada kebiasaan haid kebanyakan wanita.

Sekiranya seorang wanita tidak mengetahui kebiasaan haidnya dan begitu juga ia tidak dapat membezakan darah dengan melihat sifat-sifatnya (yakni warna darah yang keluar adalah sekata), maka ketika itu ia hendaklah merujuk kepada kebiasaan haid kebanyakan wanita iaitu enam atau tujuh hari. Ini berdasarkan hadis dari Hamnah binti Jahsyi r.a. yang menceritakan; Aku telah kedatangan haid yang banyak dan kuat. Lalu aku datang kepada Nabi s.a.w. untuk meminta fatwa dari baginda. Lalu baginda bersabda;

"Sesungguhnya ia (bukanlah haid, tetapi) satu tindakan jahat dari Syaitan (hingga menyebabkan kamu lupa kebiasaan haid kamu). Oleh demikian, tetapkanlah tempoh haid kamu enam atau tujuh hari sahaja, kemudian mandilah" (Riwayat Abu Dad, at-Tirmizi dan Ibnu Majah).

Adalah wanita yang menghadapi masalah tersebut wajib merujuk kepada ulamak?

Ya, wajib ia merujuk kepada ulamak. Berkata Imam Ibnul-Jauzi dalam kitabnya “أحكام المرأة” (Hukum Hakam Wanita); apabila berlaku kepada seorang wanita yang kedatangan haid keadaan-keadaan yang berbeza dengan kebiasaan haidnya, wajib ke atasnya menceritakan kepada para fuqahak pada setiap apa yang berlaku (untuk mendapat pandangan Syarak serta fatwa). (Halaman 42).

Rujukan:
[1] Wahbah Zuhaili, 1/478.
[2] al-‘Azil (العاذل); menurut kamus al-Marbawi bermaksud urat yang mengalir darinya darah istihadhah.
[3] Ibrahim Muhammad al-Jamal, hlm. 50.

Sumber: USTAZ AHMAD ADNAN FADZIL

NAK JADI CANTIK, BACA INI!

NAK JADI CANTIK, BACA INI!

Nak jadi cantik? Macam si dia di dalam gambar tu? Tentulah, kan! Siapa tak nak jadi secantik wanita muslimah ni. Betul, tak?

Tetapi, wajah ciptaan ALLAH ni, tak boleh kita pinda-pinda. Boleh? Ooo... pakai botox? Suntik itu ini? Hmm... tapi semua tu sementara sahaja...

Kecantikan itu di muka aje ke? Wah, semua orang geleng dan akan cakap...

Kalau muka cantik, perangai teruk, tak jadi juga.

Ya, memang ramai yang mengakuinya. Ramai yang cakap, kecantikan itu mesti dua-dua.... luar dan dalam. Kerana ada yang berpendapat:

Wajah cermin hati.

Kalau hati busuk, muka lawa pun nampak macam monyet, huhu...

Bagi yang merasakan dirinya kurang cantik di luaran (tapi kena ingat bahawa kita ialah ciptaan ALLAH jadi mesti belajar bersyukur juga...) di sini ada Petua Untuk Menjadi Wanita Cantik. Bacalah...

1. Kecantikan sejati datangnya dari hati yang bersih.

- Hati yang bersih pula datangnya daripada iman yang luhur, yang tidak mudah dicemari oleh zarah-zarah kotor yang datangnya daripada sumber yang kotor.

- Hati yang bersih adalah hati yang datangnya dari insan yang mempercayai qada’ dan qadar.

2. Dia....
  • Tidak akan menyampai-nyampaikan perkara yang buruk,
  • Tidak menyebarkan fitnah,
  • Tidak suka melaga-lagakan sesama manusia,
  • Meninggalkan debat walaupun ia benar,
  • Nampak kesalahan diri,
  • Mudah meminta maaf,
  • Suka melakukan kebaikan,
  • Suka bersedekah,
  • Sentiasa berusaha dan
  • Bersangka baik dengan sesama manusia.
3. Dia mempercayai dengan penuh keyakinan bahawa Segala apa jua yang berlaku ada hikmah yang besar berselindung di sebaliknya.

4. Sesiapa jua yang berjaya menghadapi setiap dugaan dengan tabah, ikhlas dan redha.

Dialah yang paling CANTIK dan INDAH di pandangan manusia, dan semestinya ALLAH SWT

Wasallam.

Sumber: ANA SOFIYA

SOLAT UNTUK WANITA YANG SARAT MENGANDUNG?

SOLAT UNTUK WANITA YANG SARAT MENGANDUNG?


Untuk wanita sarat hamil, bergantung kepada keupayaan dan kekuatan dirinya. Jika mampu berdiri, lakukan seperti biasa. Jika tidak mampu berdiri, duduk. Namun tetap masih terikat pada takbiratul ihram mesti berdiri.

Rukun solat yang Kedua. Rukun sembahyang yang ke dua berdiri betul pada sembahyang fardu bagi yang kuasa berdiri dengan sendiri atau dengan bantuan orang lain.
  • Wajib berdiri pada sekelian sembahyang fardu iaitu sembahyang fardu lima waktu, sembahyang nazar, sembahyang fardu kifayah seperti sembahyang mayat, atau sembahyang yang ada rupa fardu seperti sembahyang fardu yang diulang (sembahyang muadah) dan sembahyang fardu kanak-kanak.
  • Wajib berdiri atas mereka yang kuasa berdiri dengan sendiri sama ada kuasa berdiri sendiri dengan tidat berhajat kepada suatu atau berdiri dengan berhajat pada suatu seperti bersandar kepada umpama dinding.
  • Wajib berdiri atas mereka yang boleh berdiri dengan bantuan orang lain sama ada dengan upah atau tidak. dan wajib memberi upah untuk berdiri atas mereka yang ada belanja yang lebih pada harinya dan malamnya. Begitu juga wajib memberi upah untuk bangkit dari rukuk dan sujud.
  • Sungguh mendukacitakan pada masa sekarang ramai yang sembahyang duduk diatas kerusi pada hal mereka boleh berjalan dan angkut kerusi ke masjid tetapi apabila sembahyang fardu mereka akan duduk diatas kerusi, apabila ditanya kenapa sembahyang duduk? mereka akan menjawab tak kuasa berdiri.
  • Apabila seseorang itu berdiri dan dia tidak boleh rukuk dan sujud dengan sebab penyakit umpamanya dan sekiranya dia sembahyang duduk dia dapat menyempurnakan rukuk dan sujudnya maka dia wajib berdiri dan isyarat pada rukuk dan sujudnya. Orang ini tidak boleh duduk didalam sembahyang fardunya atas alasan hendak menyempurnakan rukuk dan sujud.
Wasallam.

12 PERKARA UNTUK BUATKAN SUAMI TERKULAI


12 PERKARA UNTUK BUATKAN SUAMI TERKULAI



Perkahwinan itu diibaratkan seperti membina sebuah masjid. Mempertahankan ikatan suami isteri supaya kekal bahagia bukan sekadar hubungan seksual sahaja. Kebahagiaan itu merangkumi banyak perkara. Bagi isteri yang baru berkahwin, di awal perkahwinan kekurangan diri dapat dimaafkan. Tetapi selepas beberapa tahun berkahwin kenalah cari formula bagaimana hendak menambat hati sang suami supaya tetap menyayangi anda.

Anda memang sudah “pakar” dalam hal bercinta. Namun apakah anda sudah 100% pasti apa yang anda lakukan itu cukup memuaskan hati suami anda? Anda perlu ingat ketika “bercinta”, suami isteri haruslah mampu memberikan kepuasan kepada pasangannya. Jika anda merasakan bahawa anda masih belum mampu “memuaskan”suami sepenuhnya, 12 tips yang dipaparkan ini mungkin mampu membantu anda.

Berani Berinisiatif
Selalunya terjadi ketika hendak mengadakan hubungan seksual inisiatif selalunya datang daripada pihak suami. Sedangkan isteri hanya menunggu. Ini kerana kebanyakan isteri berasa malu (tapi mahu) untuk mengambil inisiatif walaupun mereka teringin untuk melakukannya. Sepatutnya dalam kehidupan seks suami isteri tidak boleh ada istilah malu. Isteri harus berani mengambil inisiatif sebab begini akan membuat suami gembira. Dan secara psikologi dapat mempengaruhi suami dalam bercinta.

Menghias Diri
Apabila ingin bercinta, isteri sepatutnya menghias diri. Jangan sesekali tampil ala kadar jer. Penampilan yang baik akan menambah semangat suami dalam bercinta. Sebab itu, sebelum bercinta, mandilah terlebih dahulu, pakailah pakaian yang bersih dan menarik. Juga sembur sedikit bau-bauan agar anda berbau harum.

Rapikan Kamar Tidur
Sebelum bercinta, rapikan tempat tidur. Bersihkan tempat tidur anda dari kain dan pakaian yang tidak berguna. Jika cadar dan sarung bantal kotor, gantikan dengan yang baru dan bersih. Jangan lupa untuk menyembur sedikit wangian agar ruang tidur terasa nyaman dan wangi. Tempat tidur yang rapi dan wangi secara psikologi akan dapat menambah semangat suami untuk bercinta dengan anda.

Bersifat Aktif
Cumbuan adalah bumbu percintaan. Ia tidak boleh dipandang remeh kerana ianya sama penting dengan hubungan intim itu sendiri. Dan samada suami atau isteri, kedua-duanya dituntut untuk aktif.. Sayangnya, dalam perkara ini yang aktif selalunya suami. Isteri sering bersifat pasif dan menyerah. Agar suami cukup berghairah, isteri perlu bersikap aktif melakukan ransangan di tempat-tempat sensitif.

Penuhi Kehendaknya
Dalam bercinta isteri sering menolak untuk melayani permintaan suami. Ini sering menimbulakan rasa jengkel dan marah si suami. Sebenarnya tiada alasan mengapa isteri perlu menolak keinginan suami, kecuali dia ingin anda melukukan diluar tabii. Apabila apa yang diinginkan suami itu dipenuhi isteri, maka suami akan berasa gembira dan puas. Dan perasaan sayang akan semakin kuat.

Tidak Statik
Sering terjadi, isteri hanya mahu melayan suami dalam satu gaya sahaja. Hal ini boleh menyebabkan suami merasa bosan. Untuk menghindari kebosanan suami, layanilah suami dengan berbagai gaya.

Bersikap Sopan
Ketika bercinta, isteri jangan sesekali bersikap kasar. Sentiasalah mengamalkan sikap yang sopan. Sikap sedemikian secara psikologi mempengaruhi semangat suami untuk bercinta.

Tidak Mengungkit Kelemahannya
Dalam bercinta jangan sesekali mengungkit kelemahan suami, misalnya mengungkit tentang ukuran penisnya yang agak kecil atau pendek. Ungkitan seperti ini boleh menurunkan ghairah suami.

Tidak Mengeluh
Jangan terlalu banyak mengeluh kerana itu hanya akan menyebabkan semangat suami untuk bercinta menurun.

Jangan Banyak Berbual
Anda mungkin seorang yang suka berbual. tetapi perkara ini jangan diamalkan ketika anda dan suami anda sedang bercinta. Sebab hal ini akan menyebabkan tumpuan suami dalam menikmati percintaan.

Bersifat Terbuka
Bersifat terbuka dan jujur adalah satu kemestian dalam bercinta, katalah isteri tidak suka apa yang dilakukan oleh suami, jangan sesekali berdiam diri sahaja. Sebaiknya berterus terang dan memberitahu apa yang seharusnya dilakukan oleh suami. Sikap yang begini akan menambah semangat suami dalam bercinta.

Beri Pujian
Setelah selesai bercinta, jangan lupa untuk memberikan pujian atas kehebatan suami. dengan pujian suami akan berasa bangga. Tetapi kalau suami kurang hebat jangan dicela. dengan cara yang baik beritahu tentang kekurangannya dan kalau boleh beri cadangan untuk mengatasinya. Semua ini akan membuat suami tampil lebih baik lagi di masa akan datang.

Wasallam.