22 April 2012

A3. DARI PENULIS


Anugerah Tanda llmiah

AI-Quran dan Sunnah

Inilah kebenaran dan kebenaran itu terletak dalam pengetahuan seseorang dari kenyataan tentang dirinya. Berbekal dengan sebuah kenyataan dan mengambil keuntungan dari sesuatu hal yang istimewa, hal ini memberi peluang untuk mengetahui realitas tentang dunia di sekitarnya dan selanjutnya memperhatikan tempatnya dalam kehidupan ini. Jangkauan dari hubungan dan jaringan lapangan, serta kebenarannya, maka di situlah kewajiban itu.

Kebenaran, bagaimanapun harus memiliki contoh yang harus ditujukan kepada orang di sekelilingnya dan menjelaskan realitanya kepada mereka. Itu merupakan pesan dari pemberitahuan yang sangat penting untuk pelajaran dan pengajaran. Pesan Allah telah ditunjukkan untuk siapa saja yang Dia kehendaki dari di antara utusan-Nya yang terpilih, seperti utusan-Nya yang mulia dan utusan-utusan besar yang dekat dengan-Nya yang Dia telah memberi pendidikan.

Dari pengetahuannya sendiri, Dia mengirim, menurunkan wahyu yang menjadi petunjuk kebenaran dan wahyu itu telah diperkenalkan. Selanjutnya, sebagai isyarat dari kekuasaannya dan petunjuk dunia, di semua waktu dan tempat, utusan yang mulia dan utusan yang dekat ini dikirim untuk makhluknya dan utusan yang lain. Sebagaimana firman Allah:

"Dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk." (QS ar-Ra'ad : 7)

Secara kenyataan, bahwa hal ini merupakan tugas yang menguntungl:an untuk mencari kebenaran kembali jauh pada zaman dahulu dan tetap pada sejarah dirinya. Sejak hal ini akan tetap pada hal-hal yang mendasar kehidupannya hingga Allah mewarisi bumi dan keseluruhannya, hal ini telah diperpanjang Allah untuk setiap orang yang beriman yang datang mengakuinya. Cendekiawan ditetapkan sebagai pengganti nabi sebagai perantara pesan dan petunjuk yang diperhatikan, cahaya dan keuntungan yang bagus yang berlaku untuk seluruh umat manusia.

Oleh karena itu, pesan terakhir yang dinamakan kitab suci al-Quran telah dturunkan untuk seluruh umat manusia untuk menyebarkan pengetahuan dan kebenaran tentang al-Quran. Akan tetapi, selama mengerjakan hal tersebut, hal ini menunjukkan penghargaan terhadap kemampuan intelek, meskipun dalam lingkup pengetahuan sebagai jajahan dari intelek. Hal ini juga memperjuangkan penyebab dari ilmu pengetahuan dan hasilnya, dengan sebuah pandangan dari motivasi seseorang untuk menggunakan semua usaha yang mungkin dalam pertimbangan dan tafsiran diberikan untuk semua versi oleh tradisi ramalan dan dikerjakan demikian, mengidentifikasi tanda dari dunia yang tampak dan yang tidak tampak serta jiwa di masa datang.

Allah menenteramkan orang dengan membuka pintu hatinya dan menunjukkannya jalan yang sesuai pada tempatnya. Penerangan-Nya itu bertambah jika dia jujur dalam maksudnya dan tekun dengan ketaatannya kepada Allah serta melakukan tugasnya dengan penuh semangat hanya untuk mengharap ridha-Nya. Tidak hanya itu, Dia juga menawarkan janji kepada mereka yang tidak dapat dipecahkan untuk pengaruh itu, kapan saja perjalanan memperoleh kekuatan untuk peneliti dan pemikir serta ketika mereka menghadapi betbagai halangan dan rintangan. Dia Yang Maha Kuasa akan mengirimkan utusan kepada mereka dan membantu membuka kenyataan dengan lebih mudah buat mereka. Hal ini, sebagaimanayang mereka ketahui melalui petunjuk-Nya, dan dengan kelembutan-Nya, membantu mereka mengidentifikasi kenyataan-kenyataan itu dengan mempertimbangkan penuh tekad bulat ketulusan dan usaha mereka karena Allah adalah semua yang berpengetahuan banyak tentang mereka.

Firman Allah SWT yang bagus sekali:

"Dan katakan­lah: Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan. " (QS an-Nahl : 93)

Oleh karena itu, tidak seorang pun yang memiliki alasan makhluk-makhluk-Nya tidak dapat menentang hukum Allah yang telah dibuat sedemikian rupa melalui kesadaran-Nya dan makhluk yang mau mendengarkan yang mengharapkan kebenaran, melawan makhluk Nya bagi siapa yang baik kurang memperhatikan atau herpura-pura perhatian tentang kebenaran. Sebagaimana firman Allah:

“Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima maka bantahan mereka itu sia-sia saja di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka axab yang sangat keras " (QS asy-Syura : 16)

A2. KATA PENGANTAR 2

Edisi Kedua

Kami berterima kasih kepada Anda untuk perhatian terhadap publikasi ini. Kami berharap Anda akan mendapatkan isi buku ini yang menarik, sebagaimana yang kita kerjakan ketika mem­perkenalkan pada buku yang disiapkan Abdullah M. Al-Rehaili.

Tujuan kami menerbitkan kembali buku ini sama dengan penerbit yang asli, yakni untuk memaparkan/mengekspose dunia kepada buku yang menakjubkan yang dinamakan al-Quran dalam lingkaran pemikiran Islam. Sebagian besar keterangan yang salah telah diter­bitkan berhubungan dengan/berkenaan dengan posisi Muslim dan Islam terhadap ilmu pengetahuan. Sehingga kami mendapat pekerjaan ini sebagai langkah lain yang berkenaan dengan investigasi lebih jauh lagi yang objektif dan membuka pikiran kepada keajaiban al-Quran, menumbuhkan semangat dari gambaran pencipta yang menakjubkan dari Sang Pencipta. Selanjutnya mengembangkan pengetahuan itu kepada cita-cita pemuda Islam agar memasuki bidang yang ilmiah. Semua itu membutuhkan waktu lama untuk memberikan pendekatan ilmu pengetahuan
dari segi agama. Dan tidak mungkin dalam pemikiran Barat yang sekuler dan beberapa yang memadu secara otomatis dipersiapkan untuk menghadapi konflik antara fakta ilmiah dan doktrin agama.

Hal ini harus diklarifikasikan, Akan tetapi keyakinan Muslim tidak disyaratkan apakah tergantung kepada fakta ilmiah atau tidak yang bertepatan dengan apa yang ditemukan di dalam al-Quran atau perkataan Nabi Muhammad SAW Jika penemuan ilmiah itu bertepatan dengan apa yang telah tersebut di dalam al-Quran, hal ini selanjutnya dipandang sebagai penegasan apa yang telah dipegang sebagai kebenaran. Hal ini juga menjadi penjelasan atas permasalahan yang bisa menambah pengalaman seseorang di lain waktu.

Hal ini mungkin timbul, di mana pandangan yang dipegang oleh lingkaran ilmiah mungkin menimbulkan konflik dengan tuntutan yang dibuat di dalam al-Quran dan hadis yang autentik Sebagai contoh, Muslim berkewajiban menerima batas yang jelas dalam konteks keagamaan dan harus meneliti dengan cermat apa yang dipegang untuk menjadi pandangan ilmiah. Hal ini menjadi aturan yang umum dengan pandangan untuk memakai konteks agama dari al-Quran dan hadis.

Jika setelah dibuktikan kebenarannya secara ilmiah (sepenuhnya) hal yang khusus itu dan tidak dapat di­bantah, selanjutnya Islam tidak meninjau kembali dirinya sendiri, atau umat Islam tidak mengubah/meninjau kembali dengan membuktikan isi sumber Islam, khususnya al-Quran dan hadis. Lebih baik lagi umat Islam memahami dirinya juga paham dengan isi kedua sumber itu. Al-Quran itu mukjizat bahkan sampai sekarang tidak ada kontradiksi dengan fakta yang tidak dapat dibantah yang ditemukan dari dalam al-Quran. Sebaliknya, semua pernyataan yang tegas itu telah dibuktikan sebagai hal yang tidak akurat dan dalam beberapa hal membersihkan dari prasangka atau pengetahuan yang salah. Pada kenyataannya, kebenaran apa yang telah dibuktikan ilmu pengetahuan yang ditemukan baru-baru ini sebenarnya sudah diungkapkan al-Quran beberapa tahun silam.

Tafsir al-Quran didasarkan atas apa yang telah diuji/dibuktikan dengan peralatan secara ilmiah. Hal ini berdasarkan ayat al-Quran. Apakah yang disampaikan Nabi Muhammad SAW menyebutkan hal tersebut, apa yang dipahami sahabat beliau itu berkenaan dengannya. Bahasa Arab dan hal tersebut di mana tidak ada pernyataan yang langsung dari sumber ini, maka ilmuwan boleh menggunakan alat lain untuk menarik kesimpulan arti yang sebenarnya. Inilah tingkat di mana ilmu eksak mungkin dimanfaatkan untuk mem­bantu dalam mengklarifikasi atau menjelaskan maksudnya.

Sudut pandang itu banyak perbedaan dari segi fakta atau teori dan harus ada satu keputusan, tidak bingung kedua-duanya. Sudah terjadi di masa lalu, di mana ilmuwan mempresentasikan hipotesis, pandangan atau teori hanya untuk merevisi apa yang telah dinyatakan lebih awal yang berhubungan dengan kemajuan teknologi atau penemuan-penemuan baru. Sebagai contoh, perkembangan embrio manusia. ketika ilmuwan Eropa tidak bisa membuktikan secara benar bagaimana terjadinya reproduksi manusia, meskipun demikian mereka tetap bersikeras dengan teori mereka sekarang ini. Akan tetapi, pernyataan Nabi Muhammad SAW yang dijamin benar, menolak pernyataan ilmiah ilmuwan Eropa yang selanjutnya mereka dipaksa dibuat menarik kembali pernyataan mereka yang sebelumnya. Hal ini juga menjadi jelas bahwa pandangan Islam sungguh-sungguh telah membenarkan kesemuanya.

Hal ini juga menunjukkan bahwa aiam yang tidak dapat dilihat atau supranatural adalah sesuatu yang di luar jangkauan ilmu pengetahuan dan tidak dapat diukur dengan peralatan. Islam, seperti agama mayoritas yang lain, tetap bertahan tentang kepercayaan adanya Tuhan malaikat, wahyu, mukjizat, kehidupan akhirat, dan hal lain yang pasti di luar jangkauan ilmu pengetahuan. Pekerjaan ini tidak berhubungan langsung dengan hal itu, akan tetapi mengikuti pertanyaan yang diajukan sebagai berikut: Jika al-Quran itu sangat akurat dalam hal mengkaji ilmu pengetahuan sehingga kita bisa membuktikan sekarang dan hal ini sebelum kemampuan seseorang mengerjakan hal tersebut, dengan tidak berpegang pada alasan itu bisakah dari proses sebuah sumber ilmu pengetahuan melebihi kemampuan diri kita?

Apakah tidak berpegang Pada alasan, misalnya, sebuah sumber yang selanjutnya dapat berhubungan dengan hal-hal yang tidak dapat dilihat secara akurat, jiwa manusia dan kehidupan di akhirat yang mana tidak ada manusia yang dapat mengingkarinya secara ilmiah atau berdasarkan ilmu pengetahuan?

Kita harus mempertimbangkan pesan yang lebih besar yang membawa keempat itu di dalam al-Quran dan yang dibawa Nabi Muhammad SAW Mengenai kondisi manusia dan yang dinantikan umat manusia, kami berharap semoga usaha ini paling tidak memberi tawaran "makanan untuk dipikir" bagi siapa saja yang menyisihkan waktu untuk membaca buku ini.

Format edisi kedua ini berbeda dengan format edisi pertama dalam hal memberikan arus yang berkaitan dengan isi tekstual yang lebih besar dan meningkatkan ketertarikan atau minat membaca. Referensi yang berkaitan dengan pembicara yang aktual sebenarnya telah dibuat sesuai dengan yang diperlukan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada saudara Abdul Qadir Abdul - Kahlq, Ahmder Valmoria, Amir Ornidu, dan Walid Timbang dengan editingnya yang bernilai, saran, dan juga koreksi teks.


Panitia Buku

Yayasan Islam al-Haramain (September 1999)

21 April 2012

A1. KATA PENGANTAR 1



EdisiPertama

Isi buku ini biasanya dihadirkan dalam bentuk videotape, pertemuan, dan dialogyang diadakan dengan ilmuwan terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan yangberbeda. Hal ini dilakuikan untuk menguji fakta ilmiah yang disebutkan dibeberapa ayat al-Quran. Selain itu, juga untuk menyoroti fakta bahwa agamaIslam itu mendorong ilmu pengetahuan dan pengetahuan Serta tldak adapertentangan sama sekali antara wahyu al-Quran dan fakta ilmiah.

Ilmuwan yang berpartisipasi dalam dialog ini semuanya non-Muslim. Sebagianbesar menjelaskan beberapa fakta ilmiah yang mana mereka baru menyadarlakhir-akhir ini dan beberapa tahun setelah mengadakan penelitian. Merekamengatakan bahwa apa yang telah mereka temukan akhir-akhir ini setelah merekamenghubungkannya dengan ayat al-Quran, baik secara langsung maupun tidak, lebihdari 1400 tahun yang lalu. Mereka menunjukkan banyak sekali keheranan.

Komentar mereka Sangat bervariasi Tetapi Sebagian besar mengakui bahwa al-Qurantidak datang dari manusia atau sumber biasa. Pada kenyataannya, sebagianmeyakini dan menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, yangtercakup dalam per­nyataan orang Islam yang dikenal dengan syahadat sebagaipintu gerbang menjadi Muslim.

Para ahli menyambut gembira fakta ini. Mereka membuktikan bukti kebenaran Islamdi depan mahasiswa mereka dan membantu dengan sedikit pengetahuan di antaramereka. Mereka sebenamya membuka pintu yang tertutup dan harapan jalankebenaran kepada Allah yang merajai alam semesta. Selanjutnya, dengan adanyaalasan tersebut, siapa yang mengingkari kebenaran seteLah adanya bukti dankesaksian para ilmuwan ini?

Allah mengatakan dalam al-Quran:

"Katakanlah: Terangkanlah kepadaku bagaimana pendapatmu jika al-Quran itudatang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari BaniIsrail mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) al-Quranlalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah ti­adamemberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. " (QS al-Ahqaaf :10).

Allah juga mengatakan:

"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapayang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesaklagi sempit, seolah-olah sudah mendaki ke langit. Begitulah Allah melimpahkansiksa kepada orang-orang yang tidak beriman." (QS al-An'am : 125)

Dialog asli dengan para ilmuwan ini direkam pada videotape yang diberi judul"Inilah Kebenaran". Di dalam video itu jauh lebih efektif dan lebihjelas untuk pemirsa. Untuk membuat pertukaran ide pada bermacam-macam orang,kami memutuskan untuk mempro­duksi buku ini yang berisi kesaksian para ilmuwanyang berpartisipasi dalam diskusi yang sebenar-benarnya sebagaimana yangdimunculkan dalam videotape, tanpa ada perubahan sama sekali.

Videotape itu juga berisi ulasan secara luas dari Syeikh Abdul Majidaz-Zindani. Ulasan ini juga direkam di sini sebagaimana yang mereka ungkapkandalam tape-tape versi bahasa Inggris. Semua ayat al-Quran da­lam videotape inijuga tertulis di buku ini sesuai dengan kitab suci al-Quran terjemahan bahasaInggris oleh Abdullah Yusuf Ali (beberapa pemakaian linguistik lama telahdiedit demi kejelasan) yang telah direvisi dan diedit Presiden IslamicResearch, IFTA, CALL, dan Guidance, Saudi Arabia.

Kami berharap buku ini akan bermanfaat bagi pembaca dan semoga Allah membantumereka memahami pesan Islam, membimbing mereka ke jalan yang lurus.


Abdullah M. Al-Rehaili

Riyadh, Ramadhan 1415 (Februari 1995)