18 October 2011

TRINITAS DITOLAK DALAM AL-QURAN


.....:::::::::: Articles ::::::::::.....
Harun Yahya

TRINITAS DITOLAK DALAM AL-QURAN

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya. ( An-Nisa : 171-172 )

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. ( Al-Maa'idah : 72 )

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam." Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?." Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Al-Maa'idah : 17 )

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?." Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib." ( Al-Maa'idah : 116 )

Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; ( Maryam : 30 -31 )

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. ( Ali Imran : 79 )

Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). ( Al-Maa'idah : 75 )

Him,’ We would repay him with Hell. That is how We repay wrongdoers. (Surat al-Anbiya’, 25-29)

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat[958] melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.Dan barangsiapa di antara mereka, mengatakan: "Sesungguhnya Aku adalah Tuhan selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. (Al-Anbiyaa' : 25-29)


Aug 19, 2010


KESABARAN NABİ MUHAMMAD (SAW)


.....:::::::::: Articles ::::::::::.....
Harun Yahya

KESABARAN NABİ MUHAMMAD (SAW)

Selama Nabi Muhammad (saw) menyebarkan ajaran agama Islam, beliau mengalami berbagai macam kesulitan. Para pendusta dan musyrikin dari kaumnya sendiri menghina Nabi Muhammad (saw) bahkan menyebutnya sebagai penyihir atau orang gila. Sedangkan kaum yang lain ingin membunuh beliau bahkan bersekongkol membuat rencana pembunuhan. Meskipun demikian Nabi Muhammad (saw) tetap tidak berhenti berupaya mengajarkan Al-Qur’an kepada semua masyarakat dari berbagai macam latar belakang dan budaya, beliau telah mengajarkan moralitas dan perilaku yang benar.

Sebagaimana Allah (SWT) nyatakan dalam Al Qur'an, beberapa orang tidak memiliki sikap dan perilaku yang baik, dan orang-orang seperti itu suka menyerang maupun menghina orang lain yang memiliki moral lebih baik. Nabi Muhammad (saw) menunjukkan sifat kesabaran dalam kondisi tersebut, memohon kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya dalam segala keadaan dan mendorong orang-orang yang beriman untuk sabar dan patuh terhadap perintah-Nya.
Sebagaimana tercantum dalam banyak ayat di Al-Qur’an, Allah (SWT) memerintahkan Nabi Muhammad (saw) untuk banyak bersabar dalam menanggapi perkataan dari orang - orang kafir :

Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam (Surah Qaaf: 39)

Janganlah kamu bersedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Surah Yunus: 65)

Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. (Surat al-Hijr: 97)

Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu.(Surah Hud:12).

Orang - orang beriman harus meneladani hal - hal yang telah dicontohkan Rasullullah (saw) yaitu bersabar ketika menghadapi kesulitan. Mereka yang putus asa pada masalah yang kecil, tidak bisa menahan tanggung jawab yang kecil, mereka yang berhenti berdakwah atau mereka yang kehilangan harapan ketika salah dalam berbisnis, mereka harus sadar bahwa perilaku - perilaku tersebut bertentangan dengan kitab suci Al-Qur’an dan ucapan maupun perbuatan Nabi Muhammad (saw). Orang -orang beriman harus selalu bersabar dan cukuplah Allah (SWT) sebagai penolong dan senantiasa bersyukur kepada-Nya, sebagaimana nilai moralitas unggul yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad (SAW), yaitu memohon ampunan, dan berharap kasih sayang serta surga-Nya.

Ada banyak manusia dengan karakter-karakter berbeda di sekeliling Nabi Muhammad (saw). Sepanjang hidupnya, bagaimanapun juga, dia selalu menunjukkan perhatian yang besar kepada setiap orang, memperingati mereka atas kesalahan yang dilakukan, dan mencoba untuk mendidik mereka dalam segala hal, dari masalah kebersihan hingga tentang keimanan. Sikap penuh kasih, toleran, pengertian dan sabar merupakan karakter beliau sehingga banyak orang menaruh hati kepada Islam dan mencintai Nabi Muhammad (saw) dengan tulus. Allah (SWT) menggambarkan sikap menyenangkan Nabi Muhammad (saw) kepada orang sekelilingya tersebut dalam Al-Qur’an :

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka (Surah Al ‘Imran: 159).

Dalam ayat yang lain, Allah berkata kepada Nabi Muhammad (SAW) bagaimana beliau seharusnya bersikap terhadap orang di sekitarnya :

Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.(Surah Qaf: 45).

Nabi Muhammad (saw) tidak pernah memberikan tekanan maupun paksaan kepada orang -orang di sekelilingnya untuk menerima agama Islam.Sebaliknya beliau menggunakan cara - cara yang sopan dan baik kepada mereka dalam menjelaskan Islam.

Beliau selalu membina masyarakatnya dengan usahanya sekuat tenaga, dan setiap waktu dihabiskan hanya untuk mereka. Sifat Nabi Muhammad (saw) tersebut dijelaskan di beberapa ayat sebagai " sahabat anda ".(Surah Saba': 46: Surah an-Najm: 2, Surah at-Takwir: 22)

Orang - orang beriman yang merasakan ketulusan cinta Nabi Muhammad (saw) menggangap beliau jauh lebih dekat daripada kedekatan mereka dengan saudaranya yang lain, dan benar-benar merendahkan hatinya kepada beliau. Dalam satu ayat, Allah menyatakan :

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. (Surat al-Ahzab: 6).

Imam Ghazali, ulama besar Islam menyimpulkan perlakuan Nabi Muhammad (saw) kepada orang -orang di sekitarnya dalam sebagian informasi ditemukan dalam hadis :

"... Semua orang menganggap bahwa Nabi Muhammad (SAW) dihormati lebih dari siapapun. Siapa pun yang datang kepadanya bisa melihat wajahnya
...Beliau memanggil para sahabatnya dengan nama panggilan yang sopan dan beliau biasa memberikan nama panggilan jika sahabat tersebut belum mempunyai nama panggilan.
…Beliau sangat perhatian dan baik bila bertemu dengan orang lain.
…Tidak seorang pun dapat berbicara keras kepada beliau.. "[1]

Cinta Nabi Muhammad (saw) kepada sesama manusia, kehalusan budi pekerti dan kasih sayangnyalah yang akhirnya merubah orang-orang di sekelilingnya mau menerima agama Islam dan menenggelamkan hati mereka dalam keimanan, itulah contoh moralitas unggul yang seharusnya dipunyai oleh semua muslim.


(Untuk membaca lebih lanjut tentang sifat-sifat Nabi (saw), lihat "Nabi Muhammad (SAW)" oleh Harun Yahya)
[1] Imam Ghazzali's Ihya Ulum-Id-Din, The Book of Religious Learnings, Islamic Book Service, New Delhi, 2001, Volume II, p.240

Jul 06, 2010

ADNAN OKTAR MENANGGAPI TUDUHAN TERHADAP NABI KITA, RASULULLAH MUHAMMAD SAW

.....:::::::::: Articles ::::::::::.....
Harun Yahya

ADNAN OKTAR MENANGGAPI TUDUHAN TERHADAP NABI KITA, RASULULLAH MUHAMMAD SAW

5 April 2010, Adiyaman Asu TV

PEMBAWA ACARA: “Assalamu’alaikum. Seorang ateis dan pembawa acara wanita asal Suriah mengatakan hal-hal yang tidak benar mengenai Islam.

Mohon Anda dapat menanggapi?” Dari Halit, seorang mahasiswa di Universitas Marmara.

ADNAN OKTAR: ’Alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Ya, ada wanita seperti itu.

Saya mencari informasi tentangnya dan menemukannya kemarin.

Seorang wanita berpenampilan kurang nyaman yang telah lama melewati masa mudanya.

Seorang wanita yang membenci dunia, dan yang memenuhi dirinya dengan amarah dan kebencian.

Percayalah, jika wanita tersebut pribadi yang menyenangkan, jika ia seseorang yang menawan, jika ada rasa cinta dalam dirinya, maka ia tidak akan dipenuhi amarah seperti itu, dan ia tidak akan mengatakan hal-hal penuh kebencian semacam itu.

Saya melihat ia benar-benar telah melampaui batas.

Dan ada orang-orang yang bahkan bertepuk tangan dan menyemangatinya.

Mereka semua pun telah diatur.

Sayangnya, sebagian saudara evangelis kita, dengan kata lain teman evangelis mason kita, mendukung orang-orang seperti itu secara material dan spiritual.

Mereka berkata,”Engkau memiliki bakat besar.

Tampillah dan ucapkanlah hal-hal yang berlawanan dengan Islam dan Nabinya (saw).”

Mereka berdalih,”Kami melawan keduanya juga, tapi ucapan kami tidak memiliki pengaruh apa-apa.

Sebaliknya, engkau dianggap seorang Muslim, jadi jika engkau berteriak dan marah, engkau akan menarik perhatian lebih besar.”

Mereka terkadang menampilkan orang-orang seperti itu, dengan tujuan mempengaruhi mereka yang imannya lemah atau belum berpendirian atau belum cukup mengkaji permasalahan.

Setidaknya dalam pandangannya sendiri, ia menggunakan senjata paling ampuh yaitu seksualitas.

Ia mencoba memerangi agama dan Islam menurut pendapatnya sendiri menggunakan sarana seksualitas.

Itulah cara yang selalu digunakan sepanjang sejarah.

Tuduhan seksual dilontarkan terhadap Nabi Isa (as), terhadap Nabi Yusuf (as), dan terhadap Maryam (as).

Mereka memunculkan kesan bahwa Maryam (as) adalah wanita asusila.

Mereka mencoba memberi kesan, na’udzubillah, bahwa Nabi Isa (as) adalah hasil hubungan terlarang.

Tuduhan tidak benar serupa dilontarkan kepada Nabi-Nabi lain.

Sebagaimana Anda tahu, mereka memenjarakan Nabi Yusuf (as) selama 7 tahun atas dakwaan pemerkosaan.

Ia menghabiskan 7 tahun di penjara, meskipun ia tidak pernah melakukan hal semacam itu, hanya karena fitnah seorang wanita yang menuduhnya berusaha memerkosa dirinya.

Itulah mengapa kita mencintai Nabi Yusuf (as) sedemikian besar, satu di antara alasannya adalah hal tersebut.

Wanita ini menyerang dari sudut pandang yang benar-benar sama, ia membidik pernikahan Nabi kita (saw).

Satu hal, di Arab, khususnya semenanjung Arab, usia hidup manusia tidaklah lebih dari 30-40 tahun di masa itu.

Nabi kita (saw) hidup sangat lama, 63 tahun kala itu merupakan umur yang sangat panjang di wilayah itu.

Orang-orang meninggal sangat muda.

Khususnya karena di masa itu tidak ada antibiotik atau obat-obatan serupa, banyak orang mati di usia muda.

Sebagai contoh, Nabi kita (saw) kehilangan semua anaknya semasa hidupnya sendiri.

Ia juga kehilangan hampir semua istrinya, kebanyakan mereka semua meninggal.

Wanita juga sangat cepat menjadi dewasa di sana, karena panasnya.

Mereka berubah menjadi seperti gadis normal pada usia 9,10 atau 11 tahun.

Nabi kita (saw) juga bertunangan dengan istrinya pada umur 9 tahun, yang sangat normal.

Kemudian, ia menikah ketika istrinya sedikit lebih tua.

Wanita itu memaparkan hal ini, dalam pandangannya sendiri, seakan-akan itu adalah senjata paling ampuh, dengan penuh semangat dan ketidakjujuran.

Ia menekankan bahwa ada kekerasan dalam Islam.

Sebaliknya, yang ada hanyalah perang mempertahankan diri dalam Islam.

Tidak ada perang untuk menyerang lebih dulu, dan tidak ada peperangan tiba-tiba untuk penaklukan.

Tidak ada pernyataan seperti ini, “Ayo, mari kita rebut negeri musuh kita atau rampas wilayah itu.” Bila seseorang menyerang Anda, maka Anda mempertahankan diri untuk menyelamatkan nyawa Anda.

Dan itulah yang terjadi.

Semua perang di masa Nabi kita (saw) merupakan pertahanan diri.

Pada Perang Parit (Khandaq), sebagaimana diketahui dari namanya, mereka membuat parit kalau-kalau mereka diserang.

Untuk apa mengelilingi diri sendiri dengan parit? Satu-satunya tujuan adalah untuk melindungi diri.

Orang-orang di zaman itu, mereka yang menentang Nabi kita (saw), adalah psikopat jahiliah haus darah yang terlibat dalam pembunuhan.

Dan tidak ada polisi di masa itu, tidak ada hakim, tidak ada jaksa, tidak ada pengadilan, tidak ada apa-apa.

Mereka menggantung dan menyembelih sesuka hati.

Apa yang Nabi (saw) lakukan? Saat itu terdapat gadis belia Muslimah yang murni, anak-anak, dan para ibu serta saudari mereka.

Musuh mereka datang dan berkata, “Kita akan membunuh mereka semua.

Kita akan memerkosa dan melecehkan mereka semua.” Dan mereka pun datang dan membunuh.

Apa yang semestinya ia [Nabi (saw)] lakukan? Tentu saja ia melindungi mereka semua.

Itu adalah sebuah kewajiban agama.

Kemudian wanita itu bertanya, “Kenapa ia mempertahankan diri?”

Pertanyaan macam apa ini?

Bila seseorang menyerang wanita itu, tidakkah ia akan mempertahankan diri?

Mari kita lihat apa yang akan ia lakukan jika diganggu oleh seorang psikopat?

Tentu saja ia akan membela diri.

Apa yang bisa lebih dibenarkan daripada itu?

Setiap negara dan setiap orang akan mempertahankan diri terhadap serangan sebagai hak pembelaan diri.

Karenanya, adalah tindakan yang sangat tidak terdidik dari wanita ini untuk mencoba menyerang Islam, Al-Qur’an maupun agama ini dengan tanpa pengetahuan, dengan memanfaatkan ketidaktahuan sebagian anggota masyarakat.

May 13, 2010


KAUM NABI NUH


.....:::::::::: Articles ::::::::::.....
Harun Yahya

KAUM NABI NUH

Kaum atau bangsa pertama yang dibinasakan secara massal oleh Allah adalah kaum Nabi Nuh. Allah memusnahkan mereka dengan mendatangkan banjir besar yang menenggelamkan mereka. “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (Surat Al-A’raaf ayat 64).
Menurut Perjanjian Lama, kitab suci orang Yahudi dan Nasrani yang sudah tidak asli itu, banjir zaman Nabi Nuh itu melanda seluruh dunia: Dan Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi adalah besar, dan bahwa setiap imajinasi dari pikiran-pikiran dalam hatinya hanya perbuatan jahat. Dan ini menjadikan Allah menyesali bahwa Dia telah menciptakan manusia di bumi, dan ini menyedihkan hati-Nya. Dan Tuhan berkata, “Aku akan membinasakah manusia yang telah Kuciptakan dari permukaan bumi, kedua jenis yang ada, manusia dan binatang, dan segala yang merayap, dan unggas-unggas di udara, yang mereka telah mengecewakan-Ku yang telah menciptakan mereka.
Akan tetapi, (Nabi) Nuh mendapatkan kasih sayang di mata Tuhan. (Kejadian, 6: 5-8).
Namun menurut penyelidikan para ahli, banjir yang terjadi saat itu tidak melanda seluruh dunia, melainkan hanya terjadi di daerah Mesopotamia (kini termasuk wilayah Iraq), khususnya di daerah lembah antara sungai Eufrat dan sungai Tigris. Namun karena lembah itu demikian luasnya sehingga ketika terjadi hujan super lebat berhari-hari, meluaplah kedua sungai itu lalu airnya menenggelamkan lembah di antara dua sungai tersebut. Demikian banyak airnya sehingga lembah itu berubah seperti laut lalu menenggelamkan seluruh ummat Nabi Nuh yang ingkar di lembah itu.
Pada tahun 1922 sampai 1934 Leonard Woolley dari The British Museum dan University of Pensylvania mempimpin sebuah penggalian arkeologis di tengah padang pasir antara Baghdad dengan Teluk Persia. Di tempat yang diperkirakan dulunya pernah berdiri sebuah kota bernama Ur, mereka melakukan penggalian.
Dari permukaan tanah hingga lima meter ke bawah terdapat sebuah lapisan tanah yang berisi berbagai benda yang terbuat dari perunggu dan perak. Ini benda-benda peninggalan bangsa Sumeria yang diperkirakan hidup sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi. Mereka bangsa yang telah dapat membuat benda dari logam.
Di bawah lapisan pertama itu mereka menemukan sebuah lapisan kedua berisi deposit pasir dan tanah liat setebal 2,5 meter. Pada lapisan itu masih terdapat sisa-sisa hewan laut berukuran kecil.
Yang mengejutkan, di bawah lapisan pasir dan tanah liat itu terdapat lapisan ketiga berisi benda-benda rumahtangga yang terbuat dari tembikar. Tembikar itu dibuat oleh tangan manusia. Tidak ditemukan benda logam satu pun di lapisan itu. Diperkirakan benda-benda peninggalan masyarakat Sumeria kuno yang hidup di Zaman Batu.
Diperkirakan oleh para ahli, lapisan kedua itu adalah endapan lumpur akibat banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh. Banjir itu telah menenggelamkan masyarakat Sumeria kuno —yang kemungkinan besar mereka adalah kaum Nabi Nuh— lalu lumpur yang terbawa banjir itu menimbun sisa perabadan masyarakat tersebut. Berabad-abad, atau puluhan abad kemudian setelah banjir berlalu, barulah hadir kembali masyarakat baru di atas lapisan kedua itu, yakni masyarakat Sumeria ‘baru’ yang peradabannya jauh lebih maju daripada masyarakat Zaman Batu yang tertimbun lumpur itu.
Penyelidikan arkeologis di beberapa tempat mendapatkan keterangan, banjir melanda daerah yang memang sangat luas, yakni membentang 600 km dari utara ke selatan dan 160 km dari barat ke timur. Banjir itu telah menenggelamkan sedikitnya empat kota masyarakat Sumeria kuno, yakni Ur, Erech, Shuruppak dan Kish.
Terbukti, banjir itu tidak melanda seluruh dunia, tetapi hanya melanda wilayah yang didiami ummat Nabi Nuh. Daerah lain yang bukan wilayah ummat Nabi Nuh tidak terlanda banjir. Hasil penyelidikan para arkeolog tersebut dengan firman Allah dalam Al-Quran, bahwa Ia hanya membinasakan masyarakat suatu negeri yang telah diutus seorang Rasul kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya. Negeri lain tidak. “ Dan tidaklah Rabbmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezhaliman. (Surat Al-Qashash ayat59)
Dalam Al-Quran diriwayatkan, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk mengangkut masing-masing hewan sepasang (jantan dan betina) ke dalam bahteranya: Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: ”Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman”. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (Surat Hud ayat 40).Pertanyaan yang mungkin muncul, apakah seluruh hewan di muka bumi ini dinaikkan ke perahu Nabi Nuh? Para ahli kitab dari kalangan Kristen menafsirkan, seluruh hewan yang ada di muka bumi, masing-masing sepasang, dinaikkan ke perahu Nabi Nuh. Sebab, seperti dikatakan di awal, dalam kitab mereka dikatakan banjir terjadi secara global. Jadi yang harus diselamatkan pun harus seluruh spesies makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.
Penafsiran seperti itu jelas membingungkan mereka sendiri. Pertama, pengikut Nabi Nuh sangat sedikit —karena kebanyakan mereka ingkar. Dengan tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat rendah serta personil mereka yang sangat sedikit, bagaimana caranya mereka mengumpulkan ribuan atau ratusan ribu spesies makhluk hidup yang ada di muka bumi ini?
Berarti harus ada pengikut Nabi Nuh yang dikirim ke berbagai penjuru dunia, lalu membawa pulang ribuan spesies yang mereka temui dengan bahtera yang sangat besar. Ada pengikut Nabi Nuh yang dengan sebuah bahtera besar dikirim kutub utara dan selatan untuk membawa sepasang beruang kutub, sepasang burung pelikan, sepasang anjing laut dan berbagai hewan kutub lainnya, lalu semua itu dibawa pulang negeri mereka.
Juga harus ada satu ekspedisi bahtera yang dikirim ke benua Amerika untuk membawa sepasang bison, sepasang harimau, sepasang beruang, sepasang ular anaconda, sepasang lintah, sepasang ikan piranha, sepasang sapi, sepasang cheetah, sepasan kambing, sepasang burung nasar, sepasang serigala, sepasang kutu anjing, serta sepasang ribuan spesies hewan lainnya dari benua itu.
Berapa tahun yang mereka butuhkan untuk dapat mengumpulkan semua hewan itu? Berapa banyak makanan hewan yang harus mereka siapkan? Bagaimana mereka bisa membedakan kutu jantan dan kutu betina? Ada berapa ribu kandang yang harus mereka siapkan di bahtera agar para hewan itu tidak saling memangsa?
Setelah sekian bahtera itu kembali pulang, ribuan atau ratusan ribu spesies hewan dari seluruh penjuru dunia itu dimasukkan ke dalam satu bahtera Nabi Nuh. Bagaimana ratusan ribu spesies dari berbagai penjuru dunia bisa bertahan hidup terpisah dengan habitat alamiahnya hingga banjir surut? Apakah sementara itu siklus rantai makanan berhenti berputar? Tidak mungkin!
Berbagai pertanyaan itu tidak akan dapat dijawab dengan logis oleh mereka yang mendukung tafsiran banjir global pada zaman Nabi Nuh.
Adapun Al-Quran tidak menyebut banjir masa Nabi Nuh melanda seluruh dunia. Sebagaimana dijelaskan pada berbagai ayat Al-Quran, adzab Allah hanya ditimpakan kepada kaum yang zhalim yang mendustakan ajaran nabinya, tidak kepada kaum lain. Jadi adzabnya pun hanya bersifat lokal atau regional.
Karenanya hewan yang diangkut Nabi Nuh pun tidak berasal dari seluruh dunia, melainkan hanya hewan yang terdapat di wilayah itu, khususnya hewan yang biasa dipelihara dan diternakkan manusia, seperti sapi, kambing, kuda, unggas, unta dan sejenisnya. Hewan-hewan itulah yang dibutuhkan Nabi Nuh dan pengikutnya untuk menyangga kehidupan baru mereka pasca banjir besar

Jun 14, 2007

HAMAN DAN BANGUNAN MESIR KUNO

.....:::::::::: Articles ::::::::::.....
Harun Yahya

HAMAN DAN BANGUNAN MESIR KUNO


Nama "Haman" tidaklah diketahui hingga dipecahkannya huruf hiroglif Mesir di abad ke-19. Ketika hiroglif terpecahkan, diketahui bahwa Haman adalah seorang pembantu dekat Fir’aun, dan “pemimpin pekerja batu pahat". (Gambar ini memperlihatkan para pekerja bangunan Mesir kuno). Hal teramat penting di sini adalah bahwa Haman disebut dalam Al Qur'an sebagai orang yang mengarahkan pendirian bangunan atas perintah Fir’aun. Ini berarti bahwa keterangan yang tidak bisa diketahui oleh siapa pun di masa itu telah diberikan oleh Al Qur'an, satu hal yang paling patut dicermati.
Al Qur'an mengisahkan kehidupan Nabi Musa AS dengan sangat jelas. Tatkala memaparkan perselisihan dengan Fir'aun dan urusannya dengan Bani Israil, Al Qur'an menyingkap berlimpah keterangan tentang Mesir kuno. Pentingnya banyak babak bersejarah ini hanya baru-baru ini menjadi perhatian para pakar dunia. Ketika seseorang memperhatikan babak-babak bersejarah ini dengan pertimbangan, seketika akan menjadi jelas bahwa Al Qur'an, dan sumber pengetahuan yang dikandungnya, telah diwahyukan oleh Allah Yang Mahatahu dikarenakan Al Qur'an bersesuaian langsung dengan seluruh penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan, sejarah dan kepurbakalaan di masa kini.
Satu contoh pengetahuan ini dapat ditemukan dalam paparan Al Qur'an tentang Haman: seorang pelaku yang namanya disebut di dalam Al Qur'an, bersama dengan Fir'aun. Ia disebut di enam tempat berbeda dalam Al Qur'an, di mana Al Qur'an memberitahu kita bahwa ia adalah salah satu dari sekutu terdekat Fir'aun.
Anehnya, nama “Haman” tidak pernah disebutkan dalam bagian-bagian Taurat yang berkaitan dengan kehidupan Nabi Musa AS. Tetapi, penyebutan Haman dapat ditemukan di bab-bab terakhir Perjanjian Lama sebagai pembantu raja Babilonia yang melakukan banyak kekejaman terhadap Bani Israil kira-kira 1.100 tahun setelah Nabi Musa AS. Al Qur'an, yang jauh lebih bersesuaian dengan penemuan-penemuan kepurbakalaan masa kini, benar-benar memuat kata “Haman” yang merujuk pada masa hidup Nabi Musa AS.
Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap Kitab Suci Islam oleh sejumlah kalangan di luar Muslim terbantahkan tatkala naskah hiroglif dipecahkan, sekitar 200 tahun silam, dan nama “Haman” ditemukan di naskah-naskah kuno itu. Hingga abad ke-18, tulisan dan prasasti Mesir kuno tidak dapat dipahami. Bahasa Mesir kuno tersusun atas lambang-lambang dan bukan kata-kata, yakni berupa hiroglifik. Gambar-gambar ini, yang memaparkan kisah dan membukukan catatan peristiwa-peristiwa penting sebagaimana kegunaan kata di zaman modern, biasanya diukir pada batu dan banyak contoh masih terawetkan berabad-abad. Dengan tersebarnya agama Nasrani dan pengaruh budaya lainnya di abad ke-2 dan ke-3, Mesir meninggalkan kepercayaan kunonya beserta tulisan hiroglif yang berkaitan erat dengan tatanan kepercayaan yang kini telah mati itu. Contoh terakhir penggunaan tulisan hiroglif yang diketahui adalah sebuah prasasti dari tahun 394. Bahasa gambar dan lambang telah terlupakan, menyisakan tak seorang pun yang dapat membaca dan memahaminya. Sudah tentu hal ini menjadikan pengkajian sejarah dan kepurbakalaan nyaris mustahil. Keadaan ini tidak berubah hingga sekitar 2 abad silam.
Pada tahun 1799, kegembiraan besar terjadi di kalangan sejarawan dan pakar lainnya, rahasia hiroglif Mesir kuno terpecahkan melalui penemuan sebuah prasasti yang disebut “Batu Rosetta.” Penemuan mengejutkan ini berasal dari tahun 196 SM. Nilai penting prasasti ini adalah ditulisnya prasasti tersebut dalam tiga bentuk tulisan: hiroglif, demotik (bentuk sederhana tulisan tangan bersambung Mesir kuno) dan Yunani. Dengan bantuan naskah Yunani, tulisan Mesir kuno diterjemahkan.
Penerjemahan prasasti ini diselesaikan oleh orang Prancis bernama Jean-Françoise Champollion. Dengan demikian, sebuah bahasa yang telah terlupakan dan aneka peristiwa yang dikisahkannya terungkap. Dengan cara ini, banyak pengetahuan tentang peradaban, agama dan kehidupan masyarakat Mesir kuno menjadi tersedia bagi umat manusia dan hal ini membuka jalan kepada pengetahuan yang lebih banyak tentang babak penting dalam sejarah umat manusia ini.
Melalui penerjemahan hiroglif, sebuah pengetahuan penting tersingkap: nama “Haman” benar-benar disebut dalam prasasti-prasasti Mesir. Nama ini tercantum pada sebuah tugu di Museum Hof di Wina. Tulisan yang sama ini juga menyebutkan hubungan dekat antara Haman dan Fir'aun. 1
Dalam kamus People in the New Kingdom , yang disusun berdasarkan keseluruhan kumpulan prasasti tersebut, Haman disebut sebagai “pemimpin para pekerja batu pahat”. 2
Temuan ini mengungkap kebenaran sangat penting: Berbeda dengan pernyataan keliru para penentang Al Qur'an, Haman adalah seseorang yang hidup di Mesir pada zaman Nabi Musa AS. Ia dekat dengan Fir'aun dan terlibat dalam pekerjaan membuat bangunan, persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur'an.
Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". (QS. Al Qashas, 28:38)
Ayat dalam Al Qur'an tersebut yang mengisahkan peristiwa di mana Fir'aun meminta Haman mendirikan menara bersesuaian sempurna dengan penemuan purbakala ini. Melalui penemuan luar biasa ini, sanggahan-sanggahan tak beralasan dari para penentang Al Qur'an terbukti keliru dan tidak bernilai intelektual.
Secara menakjubkan, Al Qur'an menyampaikan kepada kita pengetahuan sejarah yang tak mungkin dimiliki atau diketahui di masa Nabi Muhammad SAW. Hiroglif tidak mampu dipecahkan hingga akhir tahun 1700-an sehingga pengetahuan tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya di masa itu dari sumber-sumber Mesir. Ketika nama “Haman” ditemukan dalam prasasti-prasasti kuno tersebut, ini menjadi bukti lagi bagi kebenaran mutlak Firman Allah.

1. Walter Wreszinski, Aegyptische Inschriften aus dem K.K. Hof Museum in Wien, 1906, J. C. Hinrichs' sche Buchhandlung
2. Hermann Ranke, Die Ägyptischen Personennamen, Verzeichnis der Namen, Verlag Von J. J. Augustin in Glückstadt, Band I, 1935, Band II, 1952

Sep 15, 2008


POMPEII: MENGULANG SEJARAH KAUM LUTH

.....:::::::::: Articles ::::::::::.....
Harun Yahya

POMPEII: MENGULANG SEJARAH KAUM LUTH

Alqur'an mengisahkan kepada kita bahwa tidak ada perubahan dalam hukum Allah (sunnatullah):

“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah mereka kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu” (QS. Al-Faathir, 35:42-43).


Begitulah, “…sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah…”.
Siapapun yang menentang hukum Allah dan berusaha melawan-Nya akan terkena sunatullah yang sama. Pompeii, yang merupakan simbol dari degradasi akhlaq yang dialami kekaisaran Romawi, adalah pusat perzinaan dan homoseks. Nasib Pompeii mirip dengan kaum Nabi Luth. Kehancuran Pompeii terjadi melalui letusan gunung berapi Vesuvius.

Gunung Vesuvius adalah simbol negara Italia, khususnya kota Naples. Gunung yang telah membisu sejak dua ribu tahun yang lalu itu juga dinamai “The Mountain of Warning” (Gunung Peringatan). Tentunya pemberian nama ini bukanlah tanpa sebab. Adzab yang menimpa penduduk Sodom dan Gommorah, yakni kaum Nabi Luth as, sangatlah mirip dengan bencana yang menghancurkan kota Pompeii.

Di sebelah kanan gunung Vesuvius terletak kota Naples, sedangkan kota Pompeii berada di sebelah timur gunung tersebut. Lava dan debu dari letusan maha dasyat gunung tersebut yang terjadi dua milenia yang lalu membumihanguskan penduduk kota. Malapetaka itu terjadi dalam waktu yang sangat mendadak sehingga menimpa segala sesuatu yang ada di kota termasuk segala aktifitas sehari-hari yang tengah berlangsung. Aktifitas yang dilakukan penduduk dan segala peninggalan yang ada ketika bencana terjadi kini masih tertinggal persis sama seperti ketika bencana tersebut terjadi dua ribu tahun yang lalu, seolah-olah waktu tidak bergeser dari tempatnya.

Pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini tentunya bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau prostitusi. Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Organ-organ kemaluan pria dengan ukurannya yang asli digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi ini, yang berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi; akan tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka.

Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam waktu sekejap. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat sekejap tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan. Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih ABG. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang terjadi datang secara tiba-tiba dalam sekejab.

Dalam konteks ini, terdapat aspek dari bencana tersebut yang sangat sulit untuk dimengerti. Bagaimana bisa terjadi ribuan manusia tertimpa maut tanpa melihat dan mendengar sesuatu apapun?

Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii mirip dengan peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Alqur'an, sebab Alqur'an secara khusus mengisyaratkan “pemusnahan secara tiba-tiba” ketika mengisahkan peristiwa yang demikian ini. Misalnya, “penduduk suatu negeri” sebagaimana disebut dalam surat Yaasiin ayat 13 musnah bersama-sama secara keseluruhan dalam waktu sekejap. Keadaan ini diceritakan sebagaimana berikut:
“Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.” (QS. Yaasiin, 36:29)
Di surat Al-Qamar ayat 31, pemusnahan dalam waktu yang singkat kembali disebut ketika kehancuran kaum Tsamud dikisahkan:

“Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.”

Kematian masal penduduk kota Pompeii terjadi dalam waktu yang sangat singkat persis sebagaimana adzab yang dikisahkan dalam kedua ayat di atas.

Kendatipun semua peringatan ini, tidak banyak yang berubah di wilayah di mana Pompeii dulunya pernah ada. Distrik-distrik Naples tempat segala kemaksiatan tersebar luas tidaklah jauh berbeda dengan distrik-distrik bejat di Pompeii. Pulau Capri adalah tempat di mana para kaum homoseksual dan nudis (orang-orang yang hidup telanjang tanpa busana) tinggal. Pulau Capri diiklankan sebagai “surga kaum homoseks” di industri wisata. Tidak hanya di pulau Capri dan di Italia, bahkan hampir di seantero dunia, kerusakan moral tengah terjadi dan sayangnya mereka tetap saja tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang dialami kaum-kaum terdahulu.
captions:

(please refer to the Perished Nations book, 2nd edition, TaHa publisher)
picture on page 57: Kemewahan dan kemakmuran kota Pompeii sebelum terjadinya bencana.
picture on page 58: Mayat-mayat yang terawetkan hasil penggalian yang dilakukan di kota Pompeii.
picture on page 60 & 61: Pemandangan lain dari mayat-mayat manusia yang terawetkan di antara reruntuhan kota Pompeii.
picture on page 62: Contoh yang mengisyaratkan betapa cepatnya peristiwa adzab yang terjadi.

Jun 14, 2007

KAUM LUTH

.....:::::::::: Articles ::::::::::.....
Harun Yahya

KAUM LUTH

Salah satu adzab Allah paling dahsyat yang dikisahkan dalam Al-Quran adalah tentang pemusnahan kaum Nabi Luth. Mereka diadzab Allah karena melakukan praktek homoseksual. Menurut kitab Perjanjian Lama, kaum Nabi Luth ini tinggal di sebuah kota bernama Sodom. Sehingga karena itu praktek homoseksual saat ini kerap disebut juga sodomi.
Penelitian arkeologis mendapatkan keterangan, kota Sodom semula berada di tepi Laut Mati (Danau Luth) yang terbentang memanjang di antara perbatasan Israel-Yordania. Dengan sebuah gempa vulkanis yang diikuti letusan lava, kota tersebut Allah runtuhkan, lalu jungkir-balik masuk ke dalam Laut Mati.
Layaknya orang jungkir-balik atau terguling, kerap bagian kepala jatuh duluan, lalu diikuti badan dan kaki. Begitu pula kota Sodom, saat runtuh dan terjungkal, bagian atas kota itu duluan yang terjun ke dalam laut, sebagaimana Allah kisahkan dalam Al-Quran: Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu (terjungkir-balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. (Surat Huud ayat 82).
Hasil penelitian ilmiah kontemporer menjelaskan, bencana itu dapat terjadi karena daerah Lembah Siddim, yang di dalamnya terdapat kota Sodom dan Gomorah, merupakan daerah patahan atau titik bertemunya dua lempengan kerak bumi yang bergerak berlawanan arah. Patahan itu berawal dari tepi Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Laut Mati dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, hingga berakhir di Afrika.
Biasanya, bila dua lempengan kerak bumi ini bergeser di daerah patahan maka akan menimbulkan gempa bumi dahsyat yang diikuti dengan tsunami (gelombang laut yang sangat besar) yang menyapu kawasan pesisir pantai. Juga biasa diikuti dengan letusan lava/lahar panas dari perut bumi.
Hal seperti itu pula yang terjadi pada kota Sodom, sebagaimana diungkap peneliti Jerman, Werner Keller, “Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis melewatai daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman (Laut Mati). Kehancuran mereka terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan petir, keluarnya gas alam serta lautan api. Pergeseran patahan membangkitkan tenaga vulkanik (berupa gempa) yang telah lama tertidur sepanjang patahan.”
Dengan keterangan ilmiah tersebut dapat direkonstruksi kembali bagaimana adzab Allah itu menimpa ummat Nabi Luth yang ingkar kepada-Nya. Bencana itu didahului dengan sebuah gempa yang menyebabkan tanah menjadi merekah. Dari rekahan itu muncul semburan lahar panas yang menghujani penduduk kota Sodom. Di bawah pesisir Laut Mati juga terdapat sejumlah besar timbunan kantung-kantung gas metana mudah terbakar.
Kemungkinan besar, letusan lava serta semburan gas metana itulah yang Allah maksudkan dalam Al-Quran dengan hujan batu dari tanah yang terbakar. Bencana itu diakhiri dengan terjunnya kota Sodom bersama penduduknya ke dalam Laut Mati.
Serangkaian percobaan ilmiah di Universitas Cambridge membenarkan teori ini. Para ilmuwan membangun tiruan tempat berdiamnya kaum Luth di laboratorium, lalu mengguncangnya dengan gempa buatan. Sesuai perkiraan, dataran ini terbenam dan miniatur rumah tergelincir masuk lalu terbenam di dalamnya.
Penemuan arkeologis dan percobaan ilmiah ini mengungkap satu kenyataan penting, bahwa kaum Luth yang disebutkan Al-Quran memang pernah hidup di masa lalu, kemudian mereka punah diazab Allah akibat kebejatan moral mereka. Semua bukti terjadinya bencana itu kini telah terungkap dan sesuai benar dengan pemaparan Al Qur’an

Jun 14, 2007