أعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu kepada اللهَ
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
(الْحَمْدُ لِلَّهِ)Tahmid Dengan Denyutan Nadiku
(لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)Tahlil Degupan Jantungku
(اللَّهُ أَكْبَرُ)Takbir Hela Turun Naik Nafasku
اَلْحَمْدُ ِللهِ syukur kepada اللهَ
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ... اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ ALLAH اللهَ
ALLAH اللهَ
Anak Kunci-Kimyatusy- Sya'adah -
ALLAH اللهَ ALLAH اللهَ ALLAH اللهَALLAH اللهَ
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ... اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ ALLAH اللهَ
Anak Kunci-Kimyatusy- Sya'adah -
Kimyatusy- Sya'adah -
Anak Kunci
ANAK KUNCI UNTUK MENGENAL ALLAH
Mengenal diri itu adalah "Anak Kunci"
untuk Mengenal Allah.
Hadis ada mengatakan :
MAN 'ARAFA NAFSAHU FAQAD 'ARAFA RABBAHU
(Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Allah)
Firman Allah Taala : Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka
sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan
apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan
segala sesuatu? (QS. 41:53)
QS. 41:53)
Tidak ada hal yang melebihi diri sendiri. Jika anda
tidak kenal diri sendiri, bagaimana anda hendak tahu hal-hal yang lain? Yang
dimaksudkan dengan Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir anda,
tubuh, muka, kaki, tangan dan lain-lain anggota anda itu. kerana mengenal semua
hal itu tidak akan membawa kita mengenal Allah. Dan bukan pula mengenal
perilaku dalam diri anda yaitu bila anda lapar anda makan, bila dahaga anda
minum, bila marah anda memukul dan sebagainya. Jika anda bermaksud demikian,
maka binatang itu sama juga dengan anda. Yang dimaksudkan sebenarnya mengenal
diri itu ialah:
Apakah yang ada dalam diri anda itu?
Dari mana anda datang? Kemana anda pergi? Apakah
tujuan anda berada dalam dunia fana ini? Apakah sebenarnya bagian dan apakah
sebenarnya derita?
Sebagian daripada sifat-sifat anda adalah bercorak
kebinatangan. Sebagian pula bersifat Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat.
Anda hendaklah tahu sifat yang mana perlu ada, dan yang tidak perlu. Jika anda
tidak tahu, maka tidaklah anda tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu.
Kerja binatang ialah makan, tidur dan berkelahi.
Jika anda hendak jadi binatang, buatlah itu saja. Iblis dan syaitan itu sibuk
hendak menyesatkan manusia, pandai menipu dan berpura-pura. Kalau anda hendak
menurut mereka itu, lakukan sebagaimana kerja-kerja mereka itu. Malaikat sibuk
dengan memikir dan memandang Keindahan Ilahi. Mereka bebas dari sifat-sifat
kebinatangan.
Jika anda ingin bersifat dengan sifat KeMalaikatan,
maka berusahalah menuju asal anda itu agar dapat anda mengenali dan menuju pada
Allah Yang Maha Tinggi dan bebas dari belenggu hawa nafsu. Sebaiknya hendaklah
anda tahu kenapa anda dilengkapi dengan sifat-sifat kebintangan itu.
A dakah sifat-sifat kebinatangan itu akan
menaklukkan anda atau adakah anda menakluki mereka?. Dan dalam perjalanan anda
ke atas martabat yang tinggi itu, anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan
dan sebagai senjata.
Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal
bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang zhohir, yaitu tubuh ; dan hal yang
batin yaitu hati atau Ruh . Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu bukanlah
daging yang terletak dalam sebelah kiri tubuh.
Yang dimaksudkan dengan "HATI" itu ialah
satu hal yang dapat menggunakan semua kekuatan, yang lain itu hanyalah sebagai
alat dan kaki tangannya saja. Pada hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang
Alam Nyata(Alam Ijsam) tetapi adalah termasuk dalam Alam Ghaib. Ia datang ke
Alam Nyata ini ibarat pengembara yang melawat negeri asing untuk tujuan
berniaga dan akhirnya kembali akan kembali juga ke negeri asalnya. Mengenal hal
seperti inilah dan sifat-sifat itulah yang menjadi "Anak Kunci" untuk
mengenal Allah.
Sedikit ide tentang hakikat Hati atau Ruh ini
bolehlah didapati dengan memejamkan mata dan melupakan segala hal yang lain
kecuali diri sendiri. Dengan cara ini, dia akan dapat melihat tabiat atau keadaan
"diri yang tidak terbatas itu". Meninjau lebih dalam tentang Ruh itu
adalah dilarang oleh hukum. Dalam Al-Quran ada diterang, Dan mereka bertanya
kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Bani Israil:85)
(Bani Israil:85)
Demikianlah sepanjang yang diketahui tentang Ruh
itu dan ia adalah mutiara yang tidak boleh dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan
dan ia termasuk dalam "Alam Amar/perintah". Ia bukanlah tanpa
permulaan. Ia ada permulaan dan diciptakan oleh Allah. Pengetahuan falsafah
yang tepat mengenai Ruh ini bukanlah permulaan yang harus ada dalam perjalanan
Agama, tetapi adalah hasil dari disiplin diri dan berpegang teguh dalam jalan
itu, seperti tersebut di dalam Al-Quran : Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. (Al-Ankabut:69)
(Al-Ankabut:69)
Untuk menjalankan perjuangan Keruhanian ini, bagi
upaya pengenalan kepada diri dan Tuhan, maka
•Tubuh itu bolehlah diibaratkan sebagai sebuah
Kerajaan,
•Ruh itu ibarat Raja.
•Pelbagai indera (senses) dan daya (fakulti) itu
ibarat satu pasukan tentara.
•Aqal itu boleh diibaratkan sebagai Perdana
Menteri.
•Perasaan itu ibarat Pemungut pajak, perasaan itu
terus ingin merampas dan merampok.
•Marah itu ibarat Pegawai Polisi,
•Marah sentiasa cenderung kepada kekasaran dan
kekerasan.
Perasaan dan marah ini perlu ditundukkan di bawah
perintah Raja. Bukan dibunuh atau dimusnahkan kerana mereka ada tugas yang
perlu mereka jalankan, tetapi jika perasaan dan marah menguasai Aqal, maka
tentulah Ruh akan hancur.
Ruh yang membiarkan kekuatan bawah menguasai
kekuatan atas adalah ibarat orang orang yang menyerahkan malaikat kepada
kekuasaan Anjing atau menyerahkan seorang Muslim ke tangan orang Kafir yang
zalim. Orang yang menumbuh dan memelihara sifat-sifat iblis atau binatang atau
Malaikat akan menghasilkan ciri-ciri atau watak yang sepadan dengannya yaitu
iblis atau binatang atau Malaikat itu. Dan semua sifat-sifat atau ciri-ciri ini
akan nampak dengan bentuk-bentuk yang jelas di Hari Pengadilan.
•Orang yang menurut hawa nafsu nampak seperti babi,
•Orang yang garang dan ganas seperti anjing dan
serigala,
•Orang yang suci seperti Malaikat.
Tujuan disiplin akhlak (moral) ialah untuk
membersihkan Hati dari karat-karat hawa nafsu dan amarah, sehingga ia jadi
seperti cermin yang bersih yang akan memantulkan Cahaya Allah Subhanahuwa
Taala.
Mungkin ada orang bertanya,
"Jika seorang itu telah dijadikan dengan
mempunyai sifat-sifat binatang, Iblis dan juga Malaikat, bagaimanakah kita
hendak tahu yang sifat-sifat Malaikat itu adalah sifatnya yang hakiki dan yang
lain-lain itu hanya sementara dan bukan sengaja?"
Jawabannya ialah mutiara atau inti sesuatu makhluk
itu ialah dalam sifat-sifat yang paling tinggi yang ada padanya dan khusus
baginya. Misalnya keledai dan kuda adalah dua jenis binatang pembawa
barang-barang, tetapi kuda itu dianggap lebih tinggi darjatnya dari keledai kerana
kuda itu digunakan untuk peperangan. Jika ia tidak boleh digunakan dalam
peperangan, maka turunlah ke bawah derajatnya kepada derajat binatang pembawa
barang-barang. saja.
Begitu juga dengan manusia; daya yang paling tinggi
padanya ialah ia boleh berfikir yaitu Aqal. Dengan pikiran itu dia boleh
memikirkan hal-hal Ketuhanan. Jika daya berfikir ini yang meliputi dirinya,
maka bila ia mati (bercerai nyawa dari tubuh) , ia akan meninggalkan di
belakang semua kecenderungan pada hawa nafsu dan marah, dan layak duduk bersama
dengan Malaikat. Jika berkenaan dengan sifat-sifat Kebinatangan, maka manusia
itu lebih rendah tarafnya dari binatang, tetapi Aqal menjadikan manusia itu
lebih tinggi tarafnya, kerana Al-Quran ada menerangkan bahwa,
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada
yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan
tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman:20)
Jika sifat-sifat yang rendah itu menguasai manusia,
maka setelah mati, ia akan memandang terhadap keduniaan dan merindukan
keindahan di dunia saja.
Ruh manusia yang berakal itu penuh dengan kekuasaan
dan pengetahuan yang sangat menakjubkan.
Dengan Ruh Yang Berakal itu manusia dapat menguasai
segala cabang ilmu dan Sains.
Dapat mengembara dari bumi ke langit dan balik
semula ke bumi dalam sekejap mata.
Dapat memetakan langit dan mengukur jarak antara
bintang-bintang.
Dengan Ruh itu juga manusia dapat menangkap ikan
ikan dari laut dan burung-burung dari udara.
Menundukkan binatang-binatang untuk tunduk
kepadanya seperti gajah, unta dan kuda.
Lima indera (pancaindera) manusia itu adalah ibarat
lima buah pintu terbuka menghadap ke Alam Nyata (Alam Syahadah) ini.
Lebih ajaib dari itu lagi ialah Hati. Hatinya itu
adalah sebuah pintu yang terbuka menghadap ke Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib.
Dalam
keadaan tidur, apabila pintu-pintu dunia tertutup, pintu Hati ini terbuka dan
manusia menerima berita atau kesan-kesan dari Alam Ghaib dan kadang-kadang
membayangkan hal-hal yang akan datang. Maka hatinya adalah ibarat cermin yang
memantulkan (bayangan) apa yang tergambar di Luh Mahfuz. Tetapi meskipun dalam
tidur, pikiran tentang hal-hal keduniaan akan menggelapkan cermin ini. maka
gambaran yang diterimanya tidaklah terang. Setelah lepasnya nyawa dengan tubuh
(mati), Pikiran-pikiran tersebut hilang sirna dan segala sesuatu terlihatlah
dalam keadaan yang sebenarnya.
Firman Allah dalam Al-Quran :
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari
(hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka
penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaaf:22).
PEMBUKAAN HATI KE ALAM GHAIB
Pembukaan pintu hati ke Alam Ghaib ini berlaku juga
dalam kondisi-kondisi yang dekat Wahyu Kenabian, di mana Intuisi atau Wahyu
atau Ilham terbit dalam pikiran tanpa di bawa melalui saluran-saluran
indera(pancaindera) sebagaimana seseorang itu menyucikan dirinya dari pengaruh
nafsu kebendaan dan menumpukan(konsentrasi) pikirannya kepada Allah. Maka
semakin bertambah teranglah kesadarannya pada Intuisi atau Ilham yang seperti
itu. Mereka yang tidak tahu tentang hal ini tidak berhak menafikan hakikat
tersebut.
Intuisi (Ilham) ini bukanlah terbatas bagi mereka
Kenabian saja. Ibarat besi, jika selalu digosok dan digilap akan menjadi
berkilat seperti cermin. Begitu juga jiwa dan pikiran yang diasuh dengan
disiplin sedemikian rupa akan dapat menerima informasi dari Alam Ghaib itu.
Sebab itulah Nabi Muhammad SAW. ada bersabda,
"Tiap-tiap kanak-kanak itu dilahirkan dalam
keadaan Islam (fitrah), maka kemudian ibu-bapanyalah yang menjadikannya Yahudi
atau Nasrani atau Majusi"
Tiap-tiap manusia dalam kesadaran batinnya yang
dalam itu pernah mendengar pertanyaan;
Bukankah aku ini Tuhanmu?" dan mereka
menjawab; "Ya", sebenarnya" tetapi sesetengah hati adalah ibarat
cermin yang penuh debu dan berkarat sehingga tidak memberi bayangan apa-apa di
dalamnya. Tetapi hati Ambiya dan Aulia meskipun mereka itu manusia biasa yang
mempunyai perasaan seperti kita, mereka sangat senang dan cepat menerima semua
gambaran atau Ilham Ketuhanan Yang Maha Tinggi itu.
Bukanlah kerana Ilmu yang didapati dari Ilham atau
Wahyu atau Intuisi itu saja yang menyebabkan Ruh manusia itu dapat menduduki
martabat pertama atau paling tinggi di kalangan makhluk, tetapi juga oleh kerana
kekuasaannya(Ruh). Sebagaimana Malaikat-malaikat menguasai atau memerintah
unsur-unsur, maka begitu jugalah Ruh itu. Ia memerintah anggota-anggota tubuh.
Ruh-ruh yang mencapai peringkat kekuasaan yang khusus bukan saja memerintah
tubuh mereka sendiri tetapi juga tubuh-tubuh yang lain.
Jika mereka menginginkan orang sakit supaya sembuh,
maka sembuhlah ia, atau orang yang sehat boleh disakitinya; atau jika mereka
inginkan seseorang supaya datang kepada mereka, maka datanglah orang itu.
Oleh kerana kerja-kerja Ruh yang kuat ada dua
macam; yaitu baik dan jahat, maka perbuatan mereka itu pun dibagikan dua macam
juga yaitu Mukjizat dan yang lagi satu Sihir.
Ruh-ruh yang kuat ini berbeda dari Ruh-ruh orang
biasa dalam tiga hal:
Apa yang orang lain dapat lihat secara mimpi dalam
tidur, mereka lihat dalam jaga.
Orang lain hanya dapat menguasai tubuh mereka
sendiri saja, mereka ini dapat menguasai tubuh-tubuh selain diri mereka juga.
Orang lain mendapat Ilmu dengan belajar dan
mengkaji bersungguh-sungguh, mereka ini mendapat Ilmu itu secara Ilham atau
Wahyu.
Bukanlah ini saja tanda yang membedakan mereka dari
orang biasa. Ada lagi yang lain. Tetapi itulah saja yang kita ketahui.
Sebagaimana juga kita ketahui yaitu Allah itu saja yang mengenal DiriNya Yang
Sebenar-benarNya, begitu jugalah hanya Nabi-nabi itu juga yang mengenal Hakikat
Kenabian itu sebenarnya. Ini tidaklah mengherankan. Sedangkan dalam kehidupan
sehari-harian ini pun kita mengalami kesulitan untuk menerangkan keindahan
sesuatu Syair atau Puisi kepada orang yang tidak tahu dan tidak faham tentang
Syair dan Puisi; atau keindahan warna pada orang buta.
Di samping ketidakmampuan, ada hal lain lagi yang
menghalang seseorang itu mencapai Hakikat Keruhanian. Satu daripadanya ialah
Ilmu yang diperolehi dari luar.
Sebagai ibarat, hati itu adalah sebuah telaga, dan
lima indera ialah lima batang pipa air yang sentiasa mengalirkan air ke telaga
itu. Untuk mengetahui isi telaga itu sebenarnya, pipa air itu hendaklah
dihentikan mengalir ke dalam telaga itu untuk sementara waktu, dan
sampah-sampah yang di bawa oleh pipa air itu hendaklah dibuang dari telaga itu.
Demikianlah ibaratnya.
Sekiranya kita hendak mencapai Hakikat Keruhanian
yang suci itu, maka kita hendaklah sementara waktu menepikan Ilmu yang
diperolehi dari proses luar (yaitu yang datang dari luar seperti belajar,
membaca dan sebagainya) di mana biasanya telah menjadi beku dan keras dan
bersifat Prasangka (Doqmatic Prejudice).
Di samping itu ada pula satu kesalahan yang
dilakukan oleh orang-orang yang pendek IlmuNya, yaitu setelah mereka mendengar
percakapan orang-orang Sufi, mereka pun merendah-rendahkan taraf ilmu. Ini
adalah ibarat seorang yang bukan ahli dalam bidang Ilmu Kimia mengatakan,
"Kimia itu lebih baik dari emas!", dan ia enggan menerima apabila
emas diberikan kepadanya. Kimia lebih baik dari emas, tetapi ahli-ahli Kimia
yang sebenar-benar pakar sangat sedikit bilangannya. Begitu jugalah ahli-ahli
Sufi yang pakar sebenarnya amat sedikit bilangannya.
Orang yang hanya tahu sedikit saja berkenaan
Kesufian adalah tidak lebih tinggi martabatnya dari orang-orang yang
berpengetahuan. Begitu juga orang yang baru mencoba beberapa percobaan dalam
bidang Kimia, janganlah hendak merendah-rendahkan orang yang kaya.
Orang-orang yang melihat berkenaan hal ini tentu
akan melihat betapa kebahagian itu adalah sebenarnya berkaitan dengan Mengenal Allah
Subhanahuwa Taala. Tiap-tiap anggota kita ini suka dan tertarik dengan apa yang
sebenarnya dia dirasakannya.
Misalnya :
Hawa nafsu suka dengan apa yang dikehendakinya.
Marah suka dengan membalas dendam.
Mata suka dengan benda yang indah.
Telinga suka mendengar musik yang merdu dan
sebagainya.
Fungsi (tugas) Ruh manusia yang paling tinggi ialah
Menyaksikan atau Melihat Hakikat, dan di sanalah ia mendapat ketertarikan dan
kebahagiannya. Seorang itu amat gembira diberi jabatan Perdana Menteri, tetapi
kegembiraan itu akan bertambah jika Raja berkawan baik dengannya dan
menceritakan kepadanya rahasia-rahasia negeri.
Ahli Ilmu Falak (Astronom) dengan ilmunya dapat
membuat peta-peta bintang dan perjalanan falaknya, akan merasa lebih tertarik pada
ilmunya itu daripada pemain catur dengan ilmunya. Tidak ada yang lebih tinggi
dari Allah Subhanahuwa Taala.
Alangkah besarnya ketertarikan dan kebahagiaan yang
didapati oleh seseorang itu hasil dari Makrifat Allah.
Barangsiapa yang sudah hilang keinginan untuk
mencapai Ilmu yang sedemikian tinggi itu, maka orang itu adalah ibarat orang
yang habis seleranya untuk memakan makanan yang baik-baik; atau pun seperti
orang yang lebih suka memakan tanah daripada memakan roti. Semua selera tubuh
kasar ini hilang apabila mati (bercerai nyawa dengan tubuh). Selera itu mati
bersama tubuh kasar itu. Tetapi Ruh tidak mati dan ia tetap membawa apa juga
Ilmu tentang Ketuhanan yang ada padanya, bahkan menambahkan Ilmu itu lagi.
Sebagian hal penting berkenaan Ilmu kita tentang Allah
adalah timbul dari kajian dan pemikiran kita tentang tubuh kita sendiri, yang
membukakan kepada kita kekuatan, kebijaksanaan dan Cinta Tuhan Yang Menjadikan
segalanya. KekuasaanNya menunjukkan betapa setitik air dijadikan kita seorang
manusia yang cukup lengkap dan sempurna. KebijaksanaanNya ditunjukkan dengan
betapa rumit dan sulitnya anggota-anggota tubuh kita dan saling persesuaian
antara bagian-bagian anggota tubuh itu antara satu dengan yang lain. CintaNya
ditunjukkan dengan KurniaNya kepada kita bukan saja anggota-anggota yang paling
penting untuk hidup seperti jantung, hati, otak, tetapi juga anggota-anggota
tubuh yang tidak paling penting seperti tangan, kaki, lidah dan mata. Kemudian
ditambah pula dengan perhiasan seperti hitam rambut, merahnya bibir, bulu mata
yang melentik dan sebagainya.
Maka sewajarnyalah manusia itu diibaratkan sebagai
" ALAM KECIL" dalam dirinya sendiri bentuk dan susunan tubuh itu
hendak dikaji bukan saja oleh mereka yang hendak jadi dokter tetapi juga
hendaklah dikaji oleh mereka yang ingin mencapai Makrifatulloh, sebagaimana
juga mengkaji secara mendalam tentang susunan keindahan bahasa dalam Puisi yang
agung akan membukakan kepada kita kebijaksanaan pengarangnya.
Bahwa Ilmu atau Mengenal Ruh itu memainkan peranan
yang lebih penting untuk membawa kepada Makrifatulloh; lebih penting dari
mengenal tubuh dan tugas-tugasnya. Tubuh ini ibarat kuda tunggangan dan Ruh itu
ibarat Penunggangnya. Tubuh itu dijadikan untuk Ruh, dan Ruh itu untuk tubuh.
Jika seseorang itu tidak tahu dirinya yang mana adalah yang paling dekat dengan
Dia, maka apakah gunanya ia mengenal yang lain? Ibarat pengemis, yang dirinya
sendiri pun susah hendak makan berkata pula ia akan memberi makan kepada
penduduk sebuah kampung.
Dalam bab ini kita akan coba sedikit-sebanyak
membicarakan keagungan Ruh manusia.
Orang yang tidak peduli kepada jiwa atau RuhNya dan
membiarkan Ruh atau jiwa itu berkarat dan gelap, maka rugilah ia di dunia dan
di akhirat juga.
Keagungan seseorang manusia itu sebenarnya terletak
pada usaha untuk menuju Yang Kekal Abadi. Jika tidak, dalam dunia fana ini,
manusia itulah yang paling lemah dari segala makhluk kerana tunduk kepada
kepada lapar, dahaga, panas, sejuk dan dukacita.
Hal yang paling disukai biasanya paling bahaya
kepadanya, dan hal yang memberi faedah hanya dapat diperolehi melalui usaha dan
susah payah. Berkenaan dengan Aqalnya pula, kesalahan yang sedikit saja pada
otak boleh menyebabkan ia gila dan rusak. Berkenaan kekuasaan pula, gigitan
nyamuk saja telah cukup menyebabkan ia resah gelisah dan tidak dapat tidur.
Berkenaan dengan perasaan pula, dia rasa dukacita hanya dengan kehilangan
beberapa sen uang. Berkenaan dengan kecantikan pula, dia tidak lebih dari hal
yang kotor dibalut dengan kulit yang licin lunak. Tanpa dibasuh selalu, ia
menjadi tidak menarik lagi.
Pada
hakikatnya, manusia itu dalam dunia ini adalah sangat lemah dan hina. Hanya di
akhirat kelak manusia itu akan bernilai dan berharga. Maka dengan cara
"Kimia Kebahagiaan" dia meningkat naik dari peringkat binatang kepada
peringkat Malaikat. Kalau tidak, peringkat lebih hina dan rendah dari binatang
yang akan hancur dan akan jadi tanah. Maka perlulah bagi manusia di samping
sadar tentang ketinggian martabatnya dari semua makhluk, sadarlah hendaknya
tentang lemah hinanya, kerana itu pun adalah satu "anak kunci"
membuka pintu Mengenal Allah (Makrifatulloh).
Terjemahan Kitab Kimyatusy- Sya'adah - KIMIA
KEBAHAGIAAN - Karya : Imam Al-Ghazali
NEXT MENGENAL DUNIA
NEXT MENGENAL DUNIA
اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ
والله أعلم بالـصـواب
Moga Bermanfaat.
Moga Bermanfaat.
...........................................................................................................
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Subhanallah 100X سبحان الله
Alhamdulillah 100X الحمد لله
LA ILAHA ILLALLAH 100X لا إله إلا الله
Allāhu akbar 100X الله أكبر
Alhamdulillah syukur kepada ALLAH
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Subhanallah 100X سبحان الله
Alhamdulillah 100X الحمد لله
LA ILAHA ILLALLAH 100X لا إله إلا الله
Allāhu akbar 100X الله أكبر
Alhamdulillah syukur kepada ALLAH
No comments:
Post a Comment