أعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Sesungguhnya Aku berniat kerana اللهَ
Tugasan gerak organ-organ tubuh badanKu kepada اللهَ
Daku Niatkan Tasbih anggota-anggota organ tubuhku buat اللهَ.
Ku serahkan seluruh kehidupanku kebergantungan sepenuhnya KepadaMu Ya اللهَ
(الْحَمْدُ لِلَّهِ)Tahmid Dengan Denyutan Nadiku
(لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱلله)Tahlil Degupan Jantungku
(اللَّهُ أَكْبَرُ)Takbir dalam Hela Turun Naik Nafasku
اَلْحَمْدُ ِللهِ syukur kepadaMU YA اللهَ
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ... اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ ALLAH اللهَ
ALLAH اللهَ
Mengenal Akhirat
MENGENAL AKHIRAT
Next : MENGENAL ALLAH
ALLAH اللهَ ALLAH اللهَ ALLAH اللهَALLAH اللهَ
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ ... اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ ALLAH اللهَ
Mengenal Akhirat
Kimyatusy- Sya'adah - Mengenal Akhirat
MENGENAL AKHIRAT
Semua orang-orang yang percaya dengan
Al-Qur'an dan Hadis mengetahui tentang kebahagiaan di Surga dan
keazaban di Neraka yang akan dirasakan di Akhirat kelak. Tetapi banyak orang yang tidak mengetahui adanya Surga dan Neraka Ruhaniah.
Berkenaan Surga Ruhaniah ini, Alloh pernah berfirman kepada Nabinya : "mata
tidak pernah melihat, telinga tidak pernah mendengar, dan hati tidak
pernah berfikir tentang hal-hal yang disediakan bagi orang-orang yang
sholeh."
Dalam hati orang-orang yang diberi Nur
(cahaya) oleh Alloh s.w.t, ada satu pintu yang terbuka menghadap kepada
hakikat-hakikat Alam Keruhaniaan, dan dengan itu ia tahu rasa
pengalaman sebenarnya, bukan omong-omong kosong saja atau kepercayaan
yang turun-menurun, berkenaan apa yang mendatangkan kerusakan dan apa
yng mendatangkan kebahagiaan dalam Jiwa (ruh) sebagaimana terangnya dan
pastinya dokter-dokter mengetahui apa yang menyebabkan sakit dan apa
yang menyebabkan kesehatan pada tubuh.
Dia tahu bahwa mengenal Alloh dan ibadat itu adalah obat penawar, dan jahat serta dosa itu adalah racun bisa kepada ruh.
Banyak orang, bahkan orang-orang
"Alim", karena membabi buta mencela pendapat orang lain, tidak yakin
sebenarnya dalam kepercayaan mereka tentang kebahagiaan dan azab ruh di
Akhirat nanti. Tetapi orang yang penuh keyakinan tanpa diganggui oleh
perasangka akan mencapai keyakinan penuh dalam hal ini.
Manusia ada dua jiwa (Ruh) yaitu Ruh
Kehewanan dan Ruh Insan (Ruh Keruhanian). Ruh Keruhanian ini adalah
tabiatnya bersifat malaikat. Tempat duduk Ruh kehewanan ialah hati.
Dari hati itu ruh ini keluar seperti uap halus dan meliputi semua
anggota tubuh, yang memberi dan penglihatan kepada mata, dia mendengar
kepada telinga, dan dia pada tiap-tiap anggota yang lain untuk
menjalankan tugasnya masing-masing. Ruh ini bolehlah diibaratkan
sebagai lampu rumah dalam sebuah rumah. Cahayanya menyinari dinding
rumah itu. Hati itu ibarat sumbu lampu tersebut. Apabila minyak
terputus karena sebab-sebab tertentu, maka padamlah lampu itu.
Demikianlah juga matinya ruh binatang (ruh kehewanan) itu.
Berlainan dengan Ruh Keruhanian. Ruh
Keruhanian itu tidak boleh dipecah-pecah atau dibagikan-bagikan. Dengan
ruh inilah manusia mengenal Tuhannya. Bolehlah dikatakan bahwa Ruh
Keruhanian ini adalah penunggang ruh kehewanan itu. Meskipun Ruh
kehewanan mati dan hancur binasa, namun Ruh Keruhanian itu tetap hidup
dan tidak binasa. Ruh keruhanian ini ibarat penunggang yang telah turun
dari kudanya atau ibarat pemburu yang telah hilang senjatanya, apabila
seseorang itu meninggal dunia. Kuda dan senjata itu diberi kepada ruh
manusia itu supaya dengan itu ia dapat memburu dan menangkap Cinta dan
Makrifat kepada Alloh. Jika buruan tadi telah ditangkap, maka tidaklah
ada sesal dan duka lagi. Sebaliknya suka dan puas hatilah ia dan
dapatlah ia meletakkan senjata dan kuda keletihan itu ke tepi Berhubung
dengan hal ini,
Nabi pernah dan bersabda :
"Mati itu adalah hadiah dari Alloh kepada orang-orang mukmin."
Tetapi sayang sekali, seribu kali
sayang bagi ruh yang kehilangan kuda dan senjata sebelum ia dapat
menangkap barang buruan itu. Tidaklah terkira lagi sesal dan dukanya.
Kita akan terangkan lebih lanjut
bagaimana berbedanya Ruh Insan atau Ruh Keruhanian itu dari tubuh dan
anggotanya. Anggota tubuh mungkin lumpuh dan tidak berkerja lagi.
Tetapi ruh tidak rusak apa-apa. Begitu juga tubuh sekarang ini, tidak
lagi tubuh kita semasa bayi dahulu, bahkan berbeda langsung. Tetapi
keperibadian kita sekarang adalah serupa dengan keperibadian kita di
masa bayi dahulu. Nampaklah kepada kita betapa kekalnya ruh itu meskipun tubuh telah hancur binasa. Ruh ini kekal bersama dengan sifat-sifatnya yang tidak bersangkutan dengan tubuh seperti Cinta kepada Alloh dan Makrifat Alloh.
Inilah yang dimaksud oleh Al-Quran :
Kamu tidak akan mendapati sesuatu
kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau
pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah
menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang
beruntung. (Mujaadilah:22)
Tetapi jika kita meninggal dunia tidak
membawa ilmu atau pengenalan tentang Alloh (makrifat) dan sebaliknya
mati dalam Jahil tentang Alloh, di mana Jahil itu adalah satu dari
sifat penting juga, maka teruslah kita dalam kegelapan ruh dan azab
sengsara.
Sebab itu Al-Quran ada menyatakan:
Dan barang siapa yang buta
(hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta
(pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar). ( Al -Israil:72)
Sebab Ruh lnsan kembali ke Alam Tinggi
itu ialah karena asalnya di sana dan tabiatnya bersifat kemalaikatan.
Ruh Insan itu dihantar ke alam rendah atau dunia ini, berlawanan dengan
kehendaknya, dengan tujuan mencari pengetahuan dan pengalaman, seperti
firman Alloh dalam Al-Qur'an :
Kami berfirman: "Turunlah kamu
semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka
barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (Al Baqoroh:38)
dan firman Alloh lagi :
Maka apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh
(ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Al-Hijr:29)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa tempat asal Ruh Insan itu ialah dari Alam Tinggi sana .Kesehatan
Ruh Kehewanan atas keseimbangan bagian-bagian. Apabila keseimbangan ini
telah cacat, maka dapat diperbaiki dengan obat-obat yang sesuai. Maka
begitu jugalah kesehatan Ruh Insan , ia terdiri ada keseimbangan
akhlak. Ke seimbangan akhlak ini dipelihara dan diperbaiki. Dengan arahan-arahan kesusilaan (akhlak) dan ajaran akhlak.
Berkenaan wujudnya Ruh Insan ini di
akhirat kelak, maka kita telah tahu bahwa Ruh Insan itu adalah tidak
terikat kepada tubuh. Segala bantahan terhadap wujudnya ruh ini selepas
mati adalah berdasarkan pada prasangka, ia terpaksa mendapatkan semula
tubuhnya yang di dunia dulu yang telah hancur menjadi tanah. Setengah
orang menyangka Ruh Insan itu binasa setelah mati, kemudian diwujudkan
dan dihidupkan semula. Tetapi ini adalah berlawanan dengan Akal dan
juga Al-Qur'an. Akal membuktikan bahwa mati itu tidak membinasakan
hakikat seseorang itu dan Al-Qur'an mengatakan :
"Janganlah kamu berkira-kira bahwa
orang-orang yang mati (gugur) di jalan Alloh mati, bahkan mereka itu
hidup di sisi TuhanNya dengan mendapat rezeki" (Al-Imran:169)
Tidak ada satu perkataan pun yang
tersebut dalam hukum berkenaan orang-orang yang mati itu telah binasa,
dan orang itu baik atau jahat, bahkan Nabi SAW. pernah bertanya kepada
Ruh orang-orang kafir yang terbunuh, apakah mereka telah menjumpai
hukum yang baginda katakan kepada mereka itu, benar atau bohong.
Apabila sahabat-sahabat Nabi bertanya kepada baginda apakah faedahnya
bertanya kepada mereka yang telah mati, baginda menjawab :
"Mereka mendengar kata-kataku lebih jelas dari kamu mendengarnya".
Ada juga orang-orang Sufi yang
dibukakan hijab bagi mereka. Maka nampaklah oleh mereka syurga dan
neraka, dalam keadaan mereka itu tidak sadar diri. Setelah mereka sedar
semula, muka mereka menunjukkan apa yang mereka lihat itu, apakah
syurga atau neraka. Jika muka mereka menunjukkan tanda-tanda gembira
dan senang, maka itulah tanda mereka telah melihat syurga. Jika mereka
seperti orang ketakutan dan cemas, itulah tanda mereka melihat neraka.
Tetapi pandangan seperti ini tidaklah perlu untuk membuktikan apa yang
akan terjadi itu kepada tiap-tiap orang yang berfikir, yaitu apabila
mati telah melepaskan inderanya pergi dan segalanya hilang kecuali
peribadinya saja yang tinggal dan jika semasa di dunia ini ia sangat
terikat kepada benda yang dipandang oleh indera saja seperti isteri,
anak, harta-benda, tanah, uang ringgit, dan sebagainya, maka tentu
sekali ia akan terazab apabila semua itu telah hilang darinya.
Sebaliknya jika ia semampunya
memalingkan mukanya dari segala benda di dunia dan menumpukan Cinta
kepada Alloh Taala, maka jadilah mati itu sebagai cara melepaskan diri
dari tanggapan dan kaitan dunia, dan teruslah ia berpadu dengan Alloh
yang diCintainya. Sebab itulah Nabi SAW. pernah bersabda, "Mati itu ialah jaminan yang menyambungkan sahabat dengan sahabat". dan sabda beliau lagi : "Dunia ini syurga bagi orang kafir, tetapi penjara bagi orang mukmin".
Sebaliknya pula, Azab sengsara yang dirasakan oleh Ruh itu setelah mati adalah berpuncak dari terlalu kasih kepada dunia.
Nabi pernah mengatakan bahwa tiap-tiap
orang kafir setelah mati akan diazab oleh 99 ekor ular. Tiap-tiap
seekor ada sembilan kepala.
Ada juga orang yang bodoh. Mereka
menggali kubur orang kafir dan melihat tidakpun ada ular di situ.
Mereka tidak sedar bahwa ular itu berada dalam Ruh si Kafir dan ular
itu telah ada di situ bahkan sebelum ia mati lagi, kerena ular itu
adalah sebenarnya sifat-sifat jahat mereka sendiri. Diperlambangkan
yaitu sifat-sifat dengki, benci, menafiq, sombong, penipu dan
lain-lain. Semua itu secara langsung atau tidak langsung adalah karena
terlampau Kasih Kepada Dunia. Itulah akibat mereka yang digambarkan
oleh Al-Qur'an dengan:
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha
Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka
mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah
orang-orang yang sombong. (An Nahl:22)
Jika ular itu hal di luar diri mereka,
bolehlah mereka lepas dari siksaan itu barang sebentar, tetapi
sebenarnya ular itu ialah sifat-sifat mereka sendiri. Bagaimana mereka
hendak melepaskan diri ???
Kita ibaratkan demikian, Katalah
seorang yang menjual hamba perempuan tanpa mengetahui bagaimana
kasihnya ia kepada si hamba itu hinggalah hamba itu telah jauh darinya.
Lama kelamaan, cintanya itu bertambah hebat dan kuat benar hingga
maulah ia menyiksa dirinya. Cinta itu menyiksanya seperti seekor ular
yang telah menggigitnya hingga pingsan, dan kemudian coba menghujamkan
dirinya ke dalam api atau terjun ke air untuk lari dari siksaan itu.
Demikianlah misalnya akibat kasih
kepada dunia dan bagi mereka yang ada berperasaan itu selalu, tidak
sadar hinggalah ia meninggal dunia. Maka kemudian itu siksaan rindu dam
birahi yang sia-sia bertambah hebat hingga ia lebih suka menukarkannya
dengan berapa banyak pun ular dan kala.
Oleh karena itu, tiap-tiap orang berbuat dosa membawa bersamanya ke akhirat alat-alat penyiksaannya sendiri.
Al-qur'an ada menerangkan :
" dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainulyaqin, ". (Al-Takatsur:07)
dan firman Alloh Taala lagi;
dan firman Alloh Taala lagi;
" Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir " (Al-Taubah:49)
Dia (Alloh) tidak berkata; "Akan meliputi mereka". karena liputan itu telah pun ada sekarang juga.
Mungkin ada orang yang membantah; "Jika
demikian keadaannya, siapakah yang akan dapat melepaskan diri dari
neraka, karena sedikit sebanyak manusia itu pasti ada neraka di dunia?
Kami menjawab: Ada
juga orang, khususnya Faqir. Mereka ini melaksanakan kaitan cintanya
kepada dunia. Walaupun begitu, ada juga orang yang beristeri, beranak,
berumah-tangga dan lain-lain lagi, walaupun mereka ada kaitan dengan
semua itu, namun Cinta mereka terhadap Alloh tidak ada tandingan dan
mereka lebih Cinta kepada Alloh melebihi dari yang lain.
Mereka ini adalah seperti orang yang
ada berumah-tangga di sebuah bandar yang dicintainya. Tetapi apabila
Raja atau Pemerintah memberinya jabatan untuk bertugas di bandar yang
lain, dia rela berpindah ke bandar itu karena jabatan itu lebih
dicintai dari rumah-tangganya di bandar itu. banyak Ambiya' dan Aulia
yang sedemikian ini.
Sebagian besar pula manusia yang ada
sedikit Cinta kepada Alloh, tetapi sangat cinta kepada dunia. Maka
dengan itu mereka terpaksalah menerima azab di akhirat sebelum mereka
dibersihkan dari karat-karat cinta kepada dunia itu. Ramai orang yang
mengaku Cinta kepada Alloh, tetapi seseorang itu harus menilainya dan
menguji dirinya dengan memerhatikan kemanakah cenderung lebih berat
kalau perintah Alloh bertentangan dengan kehendak nafsunya?
Orang yang mengatakan Cinta kepada
Alloh tetapi tidak dapat menahan dirinya darinya dan tidak patuh kepada
Alloh, maka orang itu sebenarnya berbicara bohong.
Kita telah perhatikan di atas bahwa
satu jenis Neraka Keruhanian ialah berpisah secara paksa dari keduniaan
dengan keadaan itu sangat terkait dan terikat dengan keduniaan itu.
Banyak pula orang yang membawa dalam diri mereka, kuman-kuman neraka
seperti ini tanpa mereka sadari.
Di akhirat kelak, mereka akan merasa
diri mereka seperti Raja yang diturunkan dari takhta kerajaan dan
dijadikan alat gelak ketawa orang ramai, pada hal sebelum ini mereka
hidup dengan mewah dan senang senang.
Jenis Neraka Keruhanian yang kedua ialah Malu,
yaitu apabila manusia itu tersadar dan melihat keadaan perbuatan yang
dilakukan dalam keadaan hakiki yang sebenarnya tanpa selindung lagi.
Orang yang membuat fitnah akan melihat dirinya dalam bentuk orang yang
memakan daging saudaranya sendiri, dan orang yang iri dengki seperti
yang melempar batu kepada tembok dan batu itu mental ke belakang lalu
mengenai mata anaknya sendiri.
Jenis neraka seperti ini, yaitu Malu,
bolehlah dilambangkan dengan ibarat berikut. Katakanlah seorang Raja
merayai perkawinan anak lelakinya. Di waktu petang, orang muda itu
pergi bersama sahabatnya berjalan-jalan dan tidak lama kemudian kembali
ke Istana (dalam keadaan mabuk) . Dia masuk ke sebuah Dewan di mana api
(lilin) sedang menyala. Ia berbaring. Disangkanya ia berbaring dekat
isterinya. Besoknya, apabila ia sadar semula, terperanjatlah ia apabila
dilihatnya dirinya berada dalam Rumah Mayat orang-orang Majusi. Tempat
berbaringannya itu ialah keranda mayat itu dan bentuk orang yang
disangkakan isterinya itu ialah sebenarnya mayat seorang perempuan tua
yang mulai busuk dan keriput. Ia pun keluar dari Rumah Mayat itu dengan
pakaian yang kotor dan rupa yang lusuh. Alangkah malunya ia berjumpa
dengan ayahnya, Raja itu bersama dengan pengiring-pengiringnya.
Demikianlah gambaran Malu yang dirasakan di akhirat kelak oleh mereka
yang di dunia ini tamak dan sombong dan menumpukan seluruh jiwa raga
kepada apa yang mereka sangka sebagai keindahan dan kenikmatan.
Nereka Keruhanian Yang Ketiga ialah sesal dan putus asa dan gagal mencapai tujuan hidup yang sebenarnya.
Manusia dijadikan untuk Mencerminkan
Cahaya Makrifat Alloh. Tetapi jika ia kembali ke akhirat dengan jiwanya
penuh mabuk dan karat hawa nafsu, maka gagal lah ia mencapai tujuan
hidupnya di dunia ini. Sesal atau putus asanya boleh digambarkan
demikian.
Katalah seseorang melewatii hutan yang
gelap bersama kawan-kawannya. Di sana sini terlihat kilauan cahaya batu
yang berwarna-warni. Kawannya memungut batu itu dan menasihatnya supaya
berbuat demikian juga. Kawannya berkata, "Batu ini sangat mahal
harganya di tempat yang kita akan pergi sana ". Tetapi beliau
mentertawakan mereka dan mengatakan mereka bodoh karena mengharapkan
keuntungan yang sia-sia yang belum tentu lagi. Dia pun terus berjalan.
Akhirnya mereka pun keluarlah dari hutan yang gelap itu setelah
berjalan beberapa lama. Mereka dapati batu itu sebenarnya batu Delima,
Intan Berlian dan sangat bernilai dan berharga. Alangkah sesal dan
putus asanya ia karena tidak mahu mengutip batu-batu itu dahulu.
Begitulah ibaratnya orang yang sesal di akhirat kelak karena semasa
mereka hidup di dunia ini mereka lalai dan tidak berusaha untuk
mendapatkan intan permata kebajikan dan perbendaharaan agama.
Perjalanan Insan melalui dunia ini bolehlah di-bahagi-bahagikan kepada empat peringkat :
Peringkat Nafsu,
Peringkat Percobaan,
Peringkat Naluri dan
Peringkat Berakal.
Dalam Peringkat Pertama, manusia itu
adalah ibarat keledai. Meskipun ia ada penglihatan, tetapi tidak ada
ingatan. Ia terus membakar dirinya berkali-kali ke dalam api lampu yang
sama itu juga.
Dalam Peringkat Kedua, ia adalah ibarat anjing , apabila dipukul sekali akan lari apabila melihat kayu selepas itu.
Dalam Peringkat Ketiga, manusia itu
ibarat kuda atau biri-biri. Kedua-duanya akan lari secara naluri,
apabila melihat singa atau serigala, karena haiwan itu adalah musuhnya
semula jadi. Tetapi meeka tidak lari apabila melihat unta atau lembu,
meskipun binatang-binatang itu lebih besar dari tubuhnya.
Dalam Peringkat Keempat, manusia itu
melampaui perbatasan binatang dan boleh sedikit sebanyak melihat ke
hari depan dan mempersiapkan untuk hari yang akan datang.
Pergerakannya mula-mula bolehlah
diumpamakan seperti berjalan di atas tanah, kemudian mengembara atas
lautan dalam kapal, kemudian ia mengenal hakikat-hakikat hingga dapat
berjalan di atas air lait. Di atas peringkat itu ada satu taraf lagi
yang diketahui oleh Ambiya dan Aulia Alloh, kemajuan mereka diibaratkan
sebagai burung terbang.
Oleh yang demikian, manusia dapat wujud
dalam beberapa peringkat dari binatang hingga ke Malaikat. Di sini juga
terletak bahayanya, yaitu mungkin terjatuh ke taraf yang paling bawah
dan rendah. Dalam Al-Qur'an ada tercantum,
" Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat lalim dan amat bodoh ". (Al-ahzab:72)
Binatang dan Malaikat tidak dapat
merubah peringkat atau pangkat yang ditetapkan kepada mereka, tetapi
manusia boleh turun ke tempat atau peringkat yang paling bawah, atau
pun naik ke peringkat Malaikat. Inilah maksud "beban" yang dimaksudkan
itu. Kebanyakan manusia memilih tempat dalam dua peringkat yang bawah
seperti tersebut dahulu. Tempat yang tetap selalunya tidak disukai oleh
orang yang mengembara.
Kebanyakan mereka dalam peringkat atau
kelas yang bawah itu karena tidak ada kepercayaan yang penuh dan tetap
tentang hari Akhirat itu. Kata mereka, Neraka itu adalah rekaan
orang-orang Agama saja untuk menakut-nakutkan orang ramai, dan mereka
pandang hina terhadap orang-orang Agama. Untuk bertengkar dengan mereka
ini tidaklah berguna. Cukuplah bertanya kepada mereka demikian untuk
membuat mereka merenung sebentarnya,
"Adakah kamu anggap 124, 000 orang
Nabi dan juga Aulia Alloh itu semuanya percaya dengan Hari Akhirat itu
semuanya salah dan kamu itu saja yang betul?".
Jika ia menjawab, "Ya, saya percaya
sebagaimana percaya saya dua itu lebih dari satu. Saya penuh yakin
tidak ada Ruh dan tidak ada bahagia dan hidup sengsara di Hari
Akhirat".
Maka orang seperti itu tidak ada harapan lagi. Biarkanlah mereka di situ. Kenanglah nasihat Al-Qur'an;
" Dan siapakah yang lebih lalim
daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya
lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan
oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di
atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami
letakkan pula) sumbatan di telinga mereka, dan kendati pun kamu menyeru
mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk
selama-lamanya " (Al-Kahfi:57)
Tetapi sekiranya orang itu berkata
bahwa hidup di Akhirat itu adalah satu kemungkinan tetapi
doktrin(kepercayaan) itu penuh dengan keraguan dan kesulitan. Maka
tidaklah mungkin untuk membuat keputusan sama ada hal itu betul atau
tidak. Maka bolehlah dikatakan kepadanya,
"Lebih baik kamu fikirkan. Kalau kamu
lapar hendak makan dan tiba-tiba ada orang berkata kepadamu dalam
makanan itu ada racun yang diludahkan oleh seekor ular yang bisa. Kamu
mungkin enggan memakan makanan itu dan kamu rasa lebih baik tahankan
saja lapar itu, meskipun orang yang berkata itu mungkin berbohong atau
melawak saja".
Atau pun katalah kamu sedang sakit dan seorang pembuat Azimat berkata :
"Beri saya uang dan saya boleh tuliskan satu Azimat untuk kamu gantung pada leher dan Azimat itu akan menyembuhkan sakitmu".
Mungkin kamu memberi orang itu uang
untuk membuat Azimat itu dengan harapan mendapat faedah dari Azimat
itu. Atau jika seorang ahli Nujum berkata :
"Apabila bulan masuk ke falak bintang yang tertentu, minumlah sekian-sekian obat, maka sembuhlah kamu".
Meskipun tidak percaya dengan Ilmu Nujum, namun kamu mungkin mencobanya dengan harapan supaya disembuhkan.
Tidakkah kamu berfikir bahwa adalah
lebih baik bergantung kepada perkataan para Ambiya', Auliya' dan
orang-orang Sholeh itu tentang Hari Akhirat itu lebih baik daripada
percaya akepada penulis Azimat atau Ahli Nujum?
Ada orang yang belayar dalam kapal
menembus lautan yang penuh ombak gelombang yang menelan manusia
semata-mata dengan tujuan untuk mendapat keuntungan yang sedikit,
kenapa pula kamu tidak kamu berkorban sedikit pun di dunia ini karena
untuk kebahgiaan yang abadi di Akhirat kelak?
Pernah Sayyidina Ali berkata kepada
seorang Kafir; " Jika pendapat kamu betul, kedua kita akan merugilah di
Akhirat kelak, tetapi jika kami betul, maka terlepaslah kami dan
kamulah yang akan menderita".
Beliau berkata demikian bukan karena beliau ragu-ragu, tetapi semata-mata untuk menyadarkan orang Kafir itu.
Dari apa yang kita baca di atas itu,
maka tahulah kita bahwa tugas utama hidup manusia di dunia ini ialah
untuk membuat persediaan bagi Akhirat. Walaupun seorang itu ragu
kehidupan di Akhirat itu, Akal mencadangkan supaya orang itu bertindak
seolah-olah ianya ada, memandangkan hal-hal besar yang akan ditempuh
kelak. Selamat sejahteralah mereka yang menurut ajaran Alloh dan
RasulNya.
Terjemahan Kitab Kimyatusy- Sya'adah - KIMIA KEBAHAGIAAN - Karya : Imam Al-Ghazali
ALLAH اللهَ ALLAH اللهَ ALLAH اللهَALLAH اللهَ
اَللَّهُمَّ صَلِّىْ عَلَىْ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ
والله أعلم بالـصـواب
Moga Bermanfaat.
Moga Bermanfaat.
...........................................................................................................
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Subhanallah 100X سبحان الله
Alhamdulillah 100X الحمد لله
LA ILAHA ILLALLAH 100X لا إله إلا الله
Allāhu akbar 100X الله أكبر
Alhamdulillah syukur kepada ALLAH
Subhanallah 100X سبحان الله
Alhamdulillah 100X الحمد لله
LA ILAHA ILLALLAH 100X لا إله إلا الله
Allāhu akbar 100X الله أكبر
Alhamdulillah syukur kepada ALLAH
No comments:
Post a Comment