Jenis-Jenis Jin dan Makhluk Allah S.W.T
Dari beberapa ayat Alquran, para ulama memahami bahwa jin memiliki kelompok-kelompok, bahkan masyarakat jin itu tidak ubahnya seperti masyarakat manusia. Allah SWT berfirman yang ertinya, “Hai jamaah/kelompok jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya, melainkan dengan kekuatan.” (Ar-Rahman: 33).
Kata jamaah/kelompok yang ditujukan kepada jin dan manusia menunjukkan bahawa antara masing-masing jenis itu–manusia dan jin–terdapat ikatan yang menyatukan anggota-anggotanya. Ini juga sejalan dengan petunjuk dalam Alquran surah Al-A’raf: 38 yang menyifati, baik manusia maupun jin, dengan kata umum (jamak: umat), yakni sekelompok makhluk yang memiliki ikatan kerana adanya persamaan-persamaan tertentu.
Selanjutnya, banyak ulama menegaskan bahawa jin, sebagaimana semua makhluk ciptaan Allah, terdiri dari dua jenis kelamin: laki-laki dan perempuan. Hal ini sejalan dengan hakikat yang ditegaskan oleh Allah antara lain dalam surah Yasin: 36, “Maha suci (Tuhan) yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka mahupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” Disebutkan di dalam surah Al-Jin: 6, “Ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin ….”
Selain keterangan dari Alquran, juga disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan melalui sahabat Anas bin Malik .a. yang berkata bahawa Nabi saw. apa bila masuk ke tandas membaca, “Ya Allah. Aku berlindung kepada-Mu dari gangguan jin laki-laki dan jin perempuan.”
Kerana bangsa jin itu berjenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, maka mereka pun berhubungan seks. Jumlah jin juga sangat banyak, “Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam banyak dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).” (Al-A’raf: 179).
Sahabat Nabi saw., Abu Hurairah .a., menceritakan bahwa ia ditugaskan oleh Rasulullah saw. menjaga zakat pada bulan Ramadan. Pada suatu malam ia kedatangan seorang yang merangkak untuk mengambil makanan. Abu Hurairah menangkapnya sambil berkata, “Demi Allah, engkau pasti kubawa kepada Rasulullah saw.” Yang ditangkap itu berkata, “Aku perlu dan aku mempunyai anak-anak (keluarga).” Maka, Abu Hurairah melepaskannya. Peristiwa serupa terulang, dan pada malam ketiganya Abu Hurairah berkeras membawanya kepada Rasulullah saw. Yang ditangkap itu mengimbau sambil mengajarkan kepada Abu Hurairah agar membaca ayat Kursi sebelum tidur supaya terpelihara dari gangguan syaitan. Keesokan harinya Nabi saw. bertanya kepada Abu Hurairah apa yang dialaminya semalam, dan setelah dijelaskannya, Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya ia telah berucap benar kepadamu, walau sebenarnya dia pembohong. Tahukah engkau siapa yang engkau ajak berbicara sejak tiga malam?” “Tidak!” (jawab Abu Hurairah). Sabda Nabi saw., “Itulah syaitan.”
Dalam riwayat tersebut terlihat bahawa syaitan mempunyai anak dan keluarga dan bahwa dia memerlukan pula makanan.
Jin dapat Terlibat dalam Hubungan Seks antara Suami dan Isteri dari Golongan Manusia
jin dapat terlibat dan ikut berhubungan seks dengan isteri-isteri manusia serta anak-anak mereka. Hal ini dapat dipahami dari penggalan sebuah ayat yang berbunyi, “… berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak, ….”
Oleh kerana itu, Nabi saw. mengajar pasangan suami isteri agar berdoa sebelum melakukan hubungan seks dengan membaca, yang ertinya, “Ya Allah, hindarkanlah kami dari syaitan dan hindarkan pula syaitan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami.” (hari Bukhari dan Muslim).
Macam-Macam Jin
dalam konteks pembicaraan tentang jenis-jenis makhluk halus ini, ada beberapa riwayat yang menjelaskannya.
Rasulullah saw. bersabda, “Jin ada tiga macam. Ada yang memiliki sayap terbang di udara, ada yang berupa ular dan anjing, serta ada juga yang bermukim dan berpindah-pindah.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam As-Suyuthi dalam Al-Jami’ al-Shagir, demikian juga Al-Hakim. Kedua ulama ini menilai bahwa riwayat di atas sahih. Namun, ulama lainnya menilai bahwa kedua ulamat tersebut cenderung longgar dalam penilaian mereka.
Riwayat lain dari pakar hadis Ibnu Abi Addunya di dalam Makaaid asy-Syaithan melalui Abu Darda .a., bahwa Nabi saw. bersabda, “Allah menciptakan jin tiga macam. Ada yang berupa ular, kalajengking dan bermukim atau berpindah-pindah, dan ada juga jenis yang akan dimintai pertanggungjawaban serta siksa. Allah menciptakan manusia tiga macam pula, ada yang semacam binatang, “Allah berfirman, ‘Mereka mempunyai kalbu, tetapi mereka tidak menggunakannya untuk mengetahui, mereka mempunyai mata, tetapi tidak menggunakannya untuk melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak menggunakannya untuk mendengar; dan ada juga yang jasmaninya, jasmani manusia, tetapi jiwanya jiwa syaitan, dan ada lagi yang berada di bawah naungan Allah, pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya (hari kiamat).”
Dalam rentetan perawi hadis ini, terdapat orang-orang yang dinilai lemah, sehingga tidak sedikit ulama yang menilai hadis ini lemah.
Abu Utsman Sa’id bin Al-Abbas ar-Razi meriwayatkan dari Ibn Abbas, katanya, “Sesungguhnya anjing merupakan jenis jin yang lemah, siapa yang didatangi oleh anjing pada makanannya, segeralah makan makanan itu atau ditunda.”
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abdullah bin Mughaffal, Nabi saw. bersabda, “Kalaulah anjing itu bukan suatu umat, niscaya aku perintahkan kalian untuk membunuhnya. Maka, bunuh saja anjing yang hitam legam.” At-Tirmizi meriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal denganlafal yang lain, “Kalaulah anjing itu bukan suatu umat, niscaya aku perintahkan kalian untuk membunuhnya. Maka, bunuhlah darinya yang hitam legam saja.” Muslim meriwayatkan dengan redaksi, “Berhati-hatilah terhadap yang hitam legam yang mempunyai dua titik (bintik), kerana sesungguhnya itu syaitan.”
Rasulullah juga menambahkan, “Jalannya anjing yang hitam dapat memutuskan salat.” Lalu, ditanya kepada beliau, “Bagaimana dengan anjing berwarna merah, putih, selain warna hitam?” Beliau menjawab, “Anjing hitam adalah syaitan.” (hari Ahmad).
Al-Qadhi Abu Ya’lah mengatakan, “Jika ada orang yang bertanya pengertian ucapan Rasul bahwa anjing hitam adalah syaitan, padahal diketahui ia lahir dari anjing itu sendiri, atau unta dikatakan sebagai jin, padahal ia lahir dari unta juga, maka jawabannya, beliau mengatakan itu untuk menyerupakannya dengan jin, kerana anjing hitam adalah anjing yang paling berbahaya dan paling sedikit kegunaannya dibandingkan anjing-anjing lain, sedangkan diserupakannya unta dengan jin kerana sulit jangkauannya.”
Ath-Thabarani dan Abu asy-Syaikh dalam kitab Al-Azhamah meriwayatkan sebuah hadis sahih dari Ibn Abbas, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Ular adalah perubahan bentuk jin, sebagaimana perubahan kera dan bab.. dari Bani Israel.”
Ibn Abi Syaibah meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah mengatakan, “Hati-hatilah kalian berjalan di malam hari, kerana bumi tersembunyi di malam hari; jika hantu menjelma di hadapan kalian hendaklah kalian mengumandangkan azan.” (Lihat Jam’ul Jawami’ oleh As-Suyuthi)
Rujukan:
1. Luqath al-Marjan fi al-Ahkam al-Jan, Imam Jalaluddin as-Suyuthi
2. Yang Tersembunyi: Jin Iblis, Setan, & Malaikat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa kini, M. Quraish Shihab
Beri Tahu Teman Anda!
Share this: Apabila seseorang itu telah melakukan kesalahan ataupun dosa-dosa maka hendaklah dia segera memohon keampunan, bertaubat dan kembali kepada jalan yang diredhai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini telah diperintah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ
نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maksudnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan ” Taubat Nasuha”, mudah-Mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, pada hari Allah tidak akan menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengannya; cahaya (iman dan amal soleh) mereka, bergerak cepat di hadapan mereka dan di sebelah kanan mereka (semasa mereka berjalan); mereka berkata (ketika orang-orang munafik meraba-raba dalam gelap-gelita): “Wahai Tuhan kami! Sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan limpahkanlah keampunan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”. – Al-Tahriim [66] : 8
Di antara perkara yang disyaria’tkan bagi mereka yang ingin bertaubat adalah mengerjakan solat Taubat.
v DALIL DISYARI’ATKAN SOLAT TAUBAT
Solat Taubat ini dikerjakan sebanyak dua rakaat dan ianya disandarkan kepada hadis daripada ‘Ali radhiallahu’ anh, dia berkata:
وَإِنَّهُ حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ وَصَدَقَ أَبُو بَكْرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّي ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ لَهُ
ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.
Maksudnya:
Abu Bakar telah menceritakan kepadaku (sesuatu hadis) dan Abu Bakar radhiallahu’ anh adalah seorang yang benar (al-Shiddiq), dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tidak seorang hamba pun yang telah mengerjakan sesuatu dosa, lalu dia mengambil wuduk dengan sempurna, kemudian dia mendirikan solat dua rakaat, setelah itu (menyelesaikan solat tersebut) dia memohon ampun kepada Allah (atas dosanya tersebut), maka Allah akan mengampunkan dosanya. Kemudian baginda membaca ayat:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Maksudnya:
Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah, dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedang mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya) (Aali Imran (3) : 135). – Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Tafsir al-Qur’an, no: 2932.
v WAKTU PERLAKSANAANNYA
Solat Taubat ini sebaik-baiknya dikerjakan sesegera mungkin setelah seseorang itu melakukan apa jua jenis dosa dan ingin bertaubat darinya. Ianya boleh dilaksanakan walaupun pada waktu-waktu yang diharamkan solat. Menurut Syaikh al-Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah di dalam Majmu’ al-Fatawa (jilid 23, ms. 215):
Seorang Muslim boleh sahaja mengerjakan solat Taubat pada waktu terlarang sebab taubat harus segera dilaksanakan setelah seseorang terjerumus ke dalam dosa, sementara untuk mengerjakan solat dua rakaatnya adalah hal yang disunnahkan. – rujuk Sholaatul Mu’min karya Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahtani, ms. 317-318.
v RINGKASAN TATACARA MENGERJAKAN SOLAT TAUBAT
Rakaat Pertama
1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Taubat
2) Takbiratul Ihram
3) Doa Iftitah
4) Membaca surah al-Fatihah
5) Membaca Surah al-Qur’an
6) Rukuk
7) Iktidal
8) Sujud
9) Duduk antara dua sujud
10) Sujud kali kedua
11) Bangun untuk rakaat kedua
Rakaat Kedua
1) Ulang seperti rakaat pada pertama dari nombor (4) hingga (10)
2) Duduk untuk tahiyyat akhir
3) Memberi salam ke kanan dan ke kiri
Secara lenguistik, ghaibah memiliki dasar kata ghain, ya` dan ba`. Al-Ghaib adalah segala yang tersembunyi dari kita. Dalam ayat al-Quran kita membaca “yu`minûna bil-ghaib”. Artinya, mereka beriman kepada segala sesuatu yang tersembunyi dari mereka, seperti surga, neraka dan hari kebangkitan. Al-Ghaibah juga memiliki arti segala yang tersembunyi.
Secara terminologis, terdapat dua definisi berkenaan dengan kosa kata tersebut:
Pertama , beliau tidak hidup di tengah-tengah masyarakat sehingga mereka tidak mampu untuk menemuinya, sebagaimana layaknya manusia biasa.
Yang jelas, definisi ini tidak dapat dibenarkan karena sangat banyak orang-orang yang pernah berjumpa dengan beliau, baik dari kalangan ulama Ahlussunnah maupun Syi’ah. Kami akan membahas hal ini (pertemuan beberapa orang mulia dengan beliau) pada pembahasan-pembahasan selanjutnya.
Kedua , tersembunyi dari pandangan manusia kapan pun beliau inginkan dan beliau hidup di tengah-tengah masyarakat umum. Oleh karena itu, beliau dapat dijumpai dan melihat kita meskipun kita tidak mengenalnya.
Asensi Ghaibah: Ghaibah Imam Mahdi as adalah sebuah realita, bukan sekedar teori yang tidak memiliki kenyataan, meskipun seluruh sarana material tidak mampu untuk membuktikannya. Hal itu dikarenakan esensi ghaibah ini adalah sebuah esensi metafisik yang berada di luar ruang lingkup materi. Orang-orang yang pernah berjumpa dengan beliau, pertemuan tersebut selalu diakhiri dengan keghaiban beliau. Hal ini mengindikasikan bahwa ghaibah adalah suatu yang realistis.
Lebih dari itu, keghaiban beliau setelah perjumpaan-perjumpaan itu membuktikan bahwa beliau adalah seorang imam yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mengadakan berbagai aktifitas metafisik di dunia materi ini. Bagaimana mungkin orang biasa dapat ghaib dan muncul kembali dalam sekejap mata? Dengan demikian, keghaiban beliau ini—menurut pendapat sebagian ulama—dapat dianggap sebagai salah satu mukjizat beliau. Karena definisi mukjizat—seperti telah kita bersama dalam pembahasan kenabian—adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum kausalitas material. Apakah keghaiban beliau bukan suatu yang bertentangan dengan hukum kausalitas material?
Terdapat arti lain berkenaan dengan esensi ghaibah ini. Yaitu, Imam Mahdi as “mengelabui” mata umat manusia sehingga mereka tidak melihatnya. Dan hal ini bukanlah suatu hal yang aneh bagi para wali Allah yang memiliki kemampuan untuk melakukan apa saja di alam dunia ini.
Jika kita merujuk kepada sejarah, hal itu pernah dilakukan oleh Rasulullah saw ketika para pembesar Quraisy mengepung rumah beliau dengan tujuan untuk membunuhnya pada peristiwa Lailatul Mabît. Ketika keluar dari rumah, beliau menaburkan debu di hadapan mereka dan mereka tidak dapat melihat beliau.
ALAM JIN
GOLONGAN JIN
: AZAZIL, IBLIS, JIN, HANTU & DEWA
PENGENALAN
Sebagai umat
islam kita wajib mengetahui dan mengimani tentang kewujudan mahluk Allah yang
ghaib seperti malaikat, iblis, jin, hantu, dewa dan sebagainya. Kewujudan
mereka tidak dapat dilihat dengan mata kasar manusia tetapi banyak diterangkan
didalam Al-Quran dan Hadis. Tujuan utama untuk mempercayai kewujudan mereka
ialah kerana makhluk tersebut banyak memberi kesan langsung atau tidak langsung
kepada kehidupan manusia
Apakah yang
dinamakan iblis atau syaitan tersebut dan bagaimanakah rupanya yang sebenar?
Bagaimana cara hidupnya, apa kegemaran dan pekerjaannya, bagaimana kehidupan
dan jangka hayatnya, dan apa faedah atau keburukannya kepada manusia dan
bagaimana kedudukannya disisi Allah?
Kesemua
perkara dan persoalan tersebut diatas sering menghantui kita kerana kita kerap
diingatkan tentang kejahatan syaitan dan iblis yang menjadi musuh utama
manusia(Umat islam khasnya). Oleh kerana kewujudannya tidak dapat dilihat dan
dirasa oleh pancaindera kita sedangkan ia merupakan musuh utama kita, apakah
senjata kita yang boleh mengalahkan dan membunuh mereka? Cukupkah dengan hanya
mengerjakan solat dan berdoa kepada Allah sahaja tanpa berusaha? Perlukah kita
mencipta senjata yang mungkin boleh digunakan untuk menghancurkan mereka dengan
penggunaan teknologi yang paling canggih? Atau adakah cara - cara lain untuk
menghadapi mereka atau kita hanya terus berserah sahaja kepada yang maha Esa
sedangkan mereka sentiasa ada disekeliling kita, didalam hati kita, didalam
darah kita, dan dimana-mana saja sambil menghancurkan kita?
Didalam
sejarah menceritakan bahawa iblis atau Syaitan dijadikan oleh Allah dari api.
Sebelum kejadian Adam, didalam syurga kedudukannya amat tinggi kerana ia
dilantik sebagai ketua malaikat yang sentiasa bertasbih dan beribadat kepada
Allah sehinggalah Allah menciptakan nabi Adam. Oleh kerana keangkuhannya enggan
sujud kepada manusia (Adam) ketika Allah memerintahkannya sujud, Iblis diusir
oleh Allah kedunia dan ia memohon kepada Allah agar dapat menyesatkan manusia
dari jalan Allah dan diizinkan oleh Allah. Dari detik itulah ia terus menggoda
dan menyesatkan manusia hingga kehari akhirat.
Banyak
cerita yang mengisahkan bagaimana syaitan dan iblis ini menggoda manusia
terutama ketika nabi Adam dan Hawa di syurga hingga mereka dimurkai Allah dan
dilontarkan dimuka bumi ini. Begitu juga cerita berkaitan nabi-nabi yang dapat
berbicara dan mencederakan mereka. Walaubagaimanapun dalam cerita tersebut
kewujudan syaitan dan iblis adalah dalam bentuk samaran yang menyerupa manusia.
Begitu juga ketika nabi Muhammad berdailog dengan syaitan, kewujudannya dalam
bentuk yang dapat dilihat oleh nabi. Jadi, bagaimana kita sebagai insan diakhir
zaman ini dapat mengelak dari dikalahkan oleh mereka sedangkan mereka tidak
kelihatan?
Seperti yang
dimaklumi bahawa kewujudan syaitan, iblis dan jin atau yang sebangsa dengannya
adalah dari api cuma yang membezakan adalah jenis api dan kepanasannya. Dengan
yang demikian mereka dengan mudah boleh mengubah bentuk dan saiz tubuh badan
dan boleh bergerak dengan pantas kemana sahaja. Dalam sesuatu masa mereka boleh
berada disesuatu tempat dengan banyaknya dengan saiz badan yang dikecilkan.
Contohnya mereka boleh berada dalam darah manusia atau dalam badan manusia
dalam jumlah yang amat ramai dalam sesuatu masa. Selain dari membisikkan kehati
agar kita lalai dari perintah Allah, mereka boleh mengakibatkan kesakitan
didalam tubuh badan dengan cara menghalang fungsi anggota tubuh dari bekerja
dengan lancar seperti menyekat perjalanan darah dan sebagainya.
Juga yang
bertindak lebih ganas dengan menguasai seluruh tubuh badan manusia (Kawalan
Roh) iaitu mengakibatkan individu tersebut tidak sedar dan percakapan serta
perbuatan dilakukan oleh syaitan tadi. Yang menjadi persoalan ialah dimanakah
pula letaknya roh manusia yang dikuasai tadi?
Perlu
diingat bahawa tujuan utama iblis dan konco-konconya menggoda manusia ialah
untuk menjauhkan manusia dari mengingati Allah dan mengerjakan segala amal yang
telah disyariatkan kepada manusia terutama yang beragama islam. Mereka tidak
akan pernah jemu dengan tugas tersebut dan akan berkerja keras menggoda
terutama kepada umat islam yang taat kepada Allah. Tujuannya hanya satu iaitu
membawa manusia keneraka bersama.
Persoalan
yang timbul ialah pastikah manusia itu lebih baik dari mereka ? Yang pasti
ialah manusia yang taat kepada perintah Allah tentunya lebih baik dari mereka.
Bagaimanapun ramai juga manusia lebih jahat dari mereka. Contohnya ada manusia
yang sanggup meminum arak, memfitnah dan membunuh sesama umat sedangkan syaitan
tidak sanggup membunuh anak dan kaum mereka. Adakah perbuatan jahat manusia
tersebut atas kehendak manusia itu sendiri atau atas unsur-unsur lain ?
MAHLUK
GHAIB-AZAZIL, IBLIS, JIN, HANTU DAN DEWA
Seperti yang
kita sedia maklum, Allah telah mencipta mahluk ghaib selain malaikat iaitu
iblis dan jin. Sebenarnya kategori makhluk yang utama ialah manusia, malaikat
dan jin. Oleh itu kategori@GOLONGAN jin adalah merangkumi jenis Azazil, iblis,
hantu, jin dan dewa. Didalam jenis-jenis jin tersebut terdapat banyak pecahan
kecil yang tidak dapat diperincikan dengan jelas. Ini kerana kehidupan makhluk
ini tidak mempunyai perundangan dan batasan. Mereka bebas melakukan apa saja
kecuali yang telah memeluk agama islam, mereka akan menurut peraturan yang
telah ditetapkan oleh islam, walaupun bagitu sama seperti manusia yang islam,
ada juga yang hanya mengaku islam tetapi tingkahlaku jauh dari ajaran islam.
Bagi yang bukan islam, mereka tidak berperaturan dan akan berbuat apa saja
mengikut kemahuan. Ini menyebabkan banyak perkahwinan campur sehinggakan tidak
dapat lagi ditentukan jenis mereka.
Makna Jin
Jin adalah satu nama jenis dan dalam bahasa Inggeris di sebut Ginie – perkataan tunggalnya “Jinny” bermaksud yang tersembunyi, yang tertutup atau yang gelap pekat. Dalam Al-Quran terdapat banyak ayat-ayat yang menceritakan tentang Jin. Antaranya :-
- Surah Al-Hijr ayat 26 – 27 : Yang bermaksud : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat yang kering kontang yang berasal dari lumpur hitam yang di beri bentuk dan Kami telah ciptakan Jin sebelum di ciptakan manusia daripada api yang sangat panas“.
- Surah Ar-Rahman ayat 15 : Yang bermaksud : “Dia (Allah) menciptakan Jann (Jin) dari nyalaan api (Pucuk api yang menyala-nyala atau Maarij )“
- Surah Al-‘Araf ayat 12 : Yang bermaksud : “Engkau ciptakan aku ( kata Iblis ) dari api sedangkan ciptakan dia ( Adam ) dari tanah“.
- Dari Hadis Nabi s.a.w yang telah diriwayatkan oleh Muslim r.a Maksudnya : “Malaikat diciptakan dari cahaya, Jaan diciptakan dari lidah api sedangkan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan kepada kamu ( tanah )”.
Asal Kejadian Jin.
Keterangan “Al-Maarij”
Maarij bermaksud nyalaan api yang sangat kuat dan sangat panas bahangnya atau “Al-Lahab” iaitu jilatan api yang sudah bercampur antara satu sama lain iaitu merah, hitam, kuning dan biru. Sesetengah ulama pula mengatakan “Al-Maarij” itu ialah api yang sangat terang yang memiliki suhu yang amat tinggi sehingga bercampur antara merah, hitam, kuning dan biru. Sesetengah pendapat pula mengatakan Al-Maarij itu ialah api yang bercampur warnanya dan sama maknanya dengan “As-Samuun” iaitu api yang tidak berasap tetapi sangat tinggi suhu panasnya. Angin samuun yang telah sebati dengan Al-Maarij itulah Allah jadikan Jaan. Menurut suatu Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud pula menyatakan bahawa angin Samuun yang dijadikan Jaan itu hanyalah satu bahagian daripada tujuh puluh bahagian angin Samuun yang sangat panas itu. Dari api yang amat panas inilah Allah telah menciptakan Jin, iaitu dari sel atau atom atau daripada nukleas-nukleas api. Kemudian Allah masukkan roh atau nyawa padanya, maka jadilah ia hidup seperti yang dikehendaki oleh Allah. Jin juga di beri izin oleh Allah menzahirkan berbagai-bagai bentuk dan rupa yang disukai dan dikehendakinya kecuali rupa Rasulullah s.a.w mengikut tahap dan kemampuan masing-masing. Jin juga diperintahkan oleh Allah menerima syariat Islam sepertimana yang diperintahkan oleh Allah kepada manusia. Rupa bentuk Jin yang asal selepas di cipta dan ditiupkan roh itu, hanya Allah dan Rasulnya sahaja yang mengetahuinya
Maarij bermaksud nyalaan api yang sangat kuat dan sangat panas bahangnya atau “Al-Lahab” iaitu jilatan api yang sudah bercampur antara satu sama lain iaitu merah, hitam, kuning dan biru. Sesetengah ulama pula mengatakan “Al-Maarij” itu ialah api yang sangat terang yang memiliki suhu yang amat tinggi sehingga bercampur antara merah, hitam, kuning dan biru. Sesetengah pendapat pula mengatakan Al-Maarij itu ialah api yang bercampur warnanya dan sama maknanya dengan “As-Samuun” iaitu api yang tidak berasap tetapi sangat tinggi suhu panasnya. Angin samuun yang telah sebati dengan Al-Maarij itulah Allah jadikan Jaan. Menurut suatu Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud pula menyatakan bahawa angin Samuun yang dijadikan Jaan itu hanyalah satu bahagian daripada tujuh puluh bahagian angin Samuun yang sangat panas itu. Dari api yang amat panas inilah Allah telah menciptakan Jin, iaitu dari sel atau atom atau daripada nukleas-nukleas api. Kemudian Allah masukkan roh atau nyawa padanya, maka jadilah ia hidup seperti yang dikehendaki oleh Allah. Jin juga di beri izin oleh Allah menzahirkan berbagai-bagai bentuk dan rupa yang disukai dan dikehendakinya kecuali rupa Rasulullah s.a.w mengikut tahap dan kemampuan masing-masing. Jin juga diperintahkan oleh Allah menerima syariat Islam sepertimana yang diperintahkan oleh Allah kepada manusia. Rupa bentuk Jin yang asal selepas di cipta dan ditiupkan roh itu, hanya Allah dan Rasulnya sahaja yang mengetahuinya
Menurut sesetengah ulama, rupa, tabiat, kelakuan dan perangai Jin adalah 90 peratus mirip kepada manusia. Asal kejadian manusia ialah campuran daripada Jisim Kathif iaitu tanah dan air, Jisim Syafaf iaitu campuran api dan angin dan Nurani, iaitu roh, akal, nafsu dan hati yang dinamakan “Latifatur-Rabbaniah” sesuai dengan manusia sebagai sebaik-baik kejadian yang diciptakan Allah dan sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini. Manakala kejadian Jin pula ialah campuran Jisim Syafaf iaitu campuran api dan angin dan Nurani iaitu roh, akal, nafsu dan hati yang sesuai dan sepadan dengan kejadian Jin. Manakala mahkluk-makluk lain pula Allah jadikan daripada salah satu unsur tersebut, contohnya, binatang yang dijadikan daripada campuran Jisim Ksayif dan Jisim Syafaf sahaja. Batu dan tumbuh-tumbuhan pula dijadikan daripada Jisim Kasyif semata-mata. Manakala Malaikat pula dijadikan daripada Nurani semata-mata.
Cara pembiakan Jin
Manusia memerlukan masa mengandung selama sembilan bulan untuk melahirkan zuriat dan anak manusia juga memerlukan masa yang lama untuk matang dan menjadi baligh. Berbeza dengan Jin, di mana, apabila di sentuh alat kelamin lelaki dengan alat kelamin perempuan, maka Jin perempuan akan terus mengandung dan beranak dan anak Jin yang baru lahir itu terus mukallaf. Begitulah keadaanya sehingga ke hari kiamat. Iblis pula apabila menyentuh paha kanan dengan paha kiri akan mengeluarkan 33 biji telor. Dalam setiap biji telor itu ada 33 pasang benihnya. Tiap-tiap pasang benih itu apabila menyentuh paha kanan dengan paha kiri akan keluar seperti yang terdahulu. Begitulah proses pembiakan Jin dan Iblis sehinggalah ke hari kiamat.
Bunian atau lebih masyhur di kalangan orang-orang Melayu dengan panggilan orang Ghaib pula ialah hasil campuran lelaki atau perempuan Jin dengan lelaki atau perempuan dari kalangan manusia. Anak yang terhasil daripada percampuran itu dikenali dengan nama Bunian. Perangai dan tingkah laku serta rupa bentuknya orang Bunian ini dalam beberapa perkara mengikut manusia dan dalam beberapa perkara pula mengikut Jin. Jika asal-usul datuk manusia ialah Nabi Adam, maka asal usul datuk Jin pula ialah “Jaan” yang asalnya adalah beriman kepada Allah dan melahirkan keturunan yang beriman. Selepas itu terdapat pula dari keturunan Jaan yang kufur dan melahirkan pula keturunan yang kufur. Anak cucu Jaan yang asal beriman itu ada yang kekal dalam iman dan ada pula yang kufur dan ada pula yang kembali beriman kepada Allah.
Agama puak-puak Jin
Jin Juga seperti manusia, iaitu ada yang baik, ada yang jahat, ada yang soleh, ada yang tidak soleh, ada yang alim lagi mukmim, ada ada yang kufur, ada yang murtad, fasik dan zalim, ada yang masuk syurga dan ada yang dihumbankan oleh Allah ke dalam neraka di hari akhirat kelak. Majoriti puak-puak Jin terdiri daripada golongan Jin kafir. Golongan Jin kafir ini kebanyakanya beragama Yahudi, Kristian, Komunis dan sangat sedikit daripada mereka yang beragama Buddha dan Majusi. Terdapat juga golongan Jin yang tidak beragama. Golongan Jin yang memeluk Islam hanyalah sedikit bilangannya dan terdiri daripada golongan manoriti jika di bandingkan dengan keseluruhan bilangan Jin. Seperti juga manusia biasa, Jin juga berada dalam tingkat-tingkat iman, ilmu dan amalan yang tertentu berdasarkan kepada keimanan dan amalan mereka kepada Allah.
Antaranya ada Jin Islam yang bertaraf awam sahaja , Jin Islam yang di tingkat iman Khawas dan Jin Islam yang berada ditingkat iman yang Khawasil-Khawas. Walaupun Jin Islam yang paling tinggi imannya dan paling soleh amalannya serta paling luas serta banyak ilmunya , tetapi masih ada pada diri mereka sifat-sifat mazmumah seperti takbur, riak, ujub dan sebagainya, tetapi mereka mudah menerima teguran dan pengajaran. Mungkin inilah yang sering diperkatakan bahawa “sebaik-baik Jin itu ialah sejahat-jahat manusia yang fasik”. Tetapi yang berbezanya manusia yang paling jahat susah menerima pengajaran dan teguran yang baik.
Golongan Jin Islam yang awam dan Jin kafir suka merasuk manusia yang awam dengan berbagai-bagai cara, kerana pada pandangan mereka manusia-manusia yang awam itu bukanlah manusia sebenarnya, sebaliknya adalah rupa seekor binatang. Manusia yang Khawas dan Khawasil-Khawas tidak dapat di rasuk oleh Jin, bahkan Jin pula akan datang kepada mereka untuk bersahabat.
Rupa Bentuk Jin
Pada asasnya rupa bentuk Jin tidaklah banyak berbeza daripada rupa bentuk manusia, iaitu mereka mempunyai jantina, mempunyai hidung mata, tangan, kaki, telinga dan sebagainya, sepertimana yang di miliki oleh manusia. Pada dasarnya 80 hingga ke 90 peratus Jin menyerupai manusia. Cuma yang berbezanya fizikal Jin adalah lebih kecil dan halus daripada manusia. Bentuk tubuh mereka itu ada yang pendek, ada yang terlalu tinggi dan ada bermacam-macam warna, iaitu putih, merah biru, hitam dan sebagainya. Jin yang kekal dalam keadaan kafir dan Jin Islam yang fasik itu mempunyai rupa yang huduh dan menakutkan. Manakala Jin Islam yang soleh pula mempunyai rupa paras yang elok.
Menurut sesetengah pendapat tinggi Jin yang sebenarnya adalah kira-kira tiga hasta sahaja. Pengetahuan mereka lebih luas dan umurnya tersangat panjang dan ada yang beribu tahun umurnya. Kecepatan Jin bergerak adalah melebihi gerak cahaya dalam satu saat. Memandangkan Jin adalah terdiri daripada makluk yang seni dan tersembunyi, tidak zahir seprti manusia dan tidak sepenuhnya ghaib seperti Malaikat, maka ruang yang kecil pun boleh di duduki oleh berjuta-juta Jin dan ianya juga boleh memasuki dan menghuni tubuh badan manusia. Jumlah Jin terlalu ramai sehingga menurut sesetengah pendapat bilangannya ialah jumlah semua manusia daripada Nabi Adam hingga ke hari kiamat di darab dengan haiwan-haiwan, di darab dengan batu-batu, di darab dengan pasir-pasir dan semua tumbuh-tumbuhan. Itu pun baru satu persepuluh daripada jumlah keseluruhan Jin. Manakala jumlah keseluruhan Jin ialah satu persepuluh daripada jumlah keseluruhan Malaikat. Jumlah keseluruhan Malaikat hanya Allah dan Rasulnya sahaja yang lebih mengetahuinya.
Alam kediaman Jin ialah di lautan, daratan, di udara dan di Alam Mithal iaitu suatu alam di antara alam manusia dan alam malaikat. Jika di berikan oleh Allah kepada kita melihat Jin, sudah tentulah kita akan melihat jarum yang dijatuhkan dari atas tidak akan jatuh ke bumi , tetapi hanya jatuh di atas belakang Jin, disebabkan terlalu banyaknya jumlah mereka. Sebab itulah orang-orang tua kita selalu berpesan supaya anak-anak segera balik ke rumah apabila telah tiba waktu maghrib dan pintu serta tingkap rumah mesti di tutup, supaya tidak dimasuki oleh Syaitan dan Iblis. Sebagaimana sebuah Hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari daripada Rasulullah s.a.w yang bermaksud : “Apabila kamu menghadapi malam atau kamu telah berada di sebahagian malam maka tahanlah anak-anak mu kerana sesungguhnya syaitan berkeliaran ketika itu dan apabila berlalu sesuatu ketika malam maka.tahanlah mereka dan tutuplah pintu-pintu rumahmu serta sebutlah nama Allah, padamkan lampu-lampu mu serta sebutlah nama Allah, ikatlah minuman mu serta sebutlah nama Allah dan tutuplah sisa makanan mu serta sebutlah nama Allah (ketika menutupnya)”
Hadis di atas bermaksud bahawa Jin dan Syaitan akan tidur di waktu siang dalam cahaya dan sinar sehingga menjelang petang, di mana pada waktu itu mereka berkeliaran mencari rezeki dan makanan, baik lelaki mahupun perempuan, samada yang dewasa atau kanak-kanak.
Melihat Jin.
Pada prinsipnya Jin tidak boleh di lihat, di sentuh dan di dengar oleh manusia dalam bentuk yang asal sebagaimana ianya diciptakan, kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu, Jin boleh di lihat dalam rupa bentuk yang diingininya. Jin juga boleh di lihat oleh manusia dalam keadaan sihir atau ketika meminum air sihir atau melalui kemahuan Jin itu sendiri untuk memperlihatkan dirinya kepada manusia. Di dunia semua Jin boleh melihat manusia manakala manusia yang Khawas dan Khawasil-Khawas sahaja yang boleh melihat Jin selain daripada para Nabi dan Rasul. Manakala di akhirat pula semua manusia mukmin yang ahli syurga boleh melihat Jin manakala Jin yang Khawas dan Khawasil-Khawas sahaja yang boleh melihat manusia.
Antara kelebihan Jin yang telah diberikan oleh Allah ialah kemampuannya untuk mengubah dirinya dalam berbagai bentuk dan rupa. Contohnya dalam peperangan Badar, Iblis telah menampakkan dirinya dalam bentuk seorang lelaki dari Bani Mudlij dan Syaitan pula dalam rupa Suraqah bin Malik yang datang membantu tentera musrikin memerangi tentera Islam. (Iblis dan Syaitan adalah juga merupakan sebahagian daripada golongan Jin). Dalam Sahih Bukhari juga ada meriwayatkan bahawa adanya Jin yang menampakkan dirinya dalam bentuk seekor ular dan membunuh seorang pemuda yang cuba membunuh ular tersebut. Di samping itu Jin juga boleh menampakkan dirinya dalam rupa bentuk haiwan yang lain seperti rupa bentuk kucing, anjing dan sebagainya.
Kumpulan-kumpulan Jin
Jin juga seperti manusia yang inginkan keturunan dan hidup berpuak-puak. Puak dan kumpulan Jin terlalu banyak dan bercakap dalam berbagai-bagai loghat dan bahasa. Ada sesetengah ulama membahagikan Jin kepada beberapa kumpulan, antaranya kumpulan yang menunggu kubur, kumpulan yang menunggu gua, kumpulan yang menunggu mayat manusia, kumpulan yang menunggu hutan rimba, kumpulan yang menunggu bukit bukau, kumpulan yang menunggu air mata air, kumpulan yang menunggu tasik, kolam, teluk, kuala, pulau dan sebagainya.
Jenis-jenis Jin
Sama seperti manusia Jin juga terdiri dari pada berbagai jenis atau bangsa, antara yang tersohor ialah :-
- Iblis – Bapa dan pujaan kepada semua jenis Jin, Iblis dan Syaitan.
- Asy-Syaitan – Syaitan-syaitan
- Al-Maraddah – Peragu-ragu (pewas-was)
- Al-Afrit – Penipu-penipu
- Al-A’waan – Pelayan-pelayan
- Al-Tayyaaruun – Penerbang-penerbang
- Al-Ghawwaasuun – Penyelam-penyelam
- At-Tawaabi – Pengikut-pengikut (pengekor)
- Al-Qurana – Pengawan-pengawan
- Al-Ummaar – Pemakmur.
Gelaran-gelaran Jin dalam istilah orang-orang Melayu.
Jin menurut orang-orang Melayu mempunyai beberapa nama dan gelaran menurut perwatakkan dan rupa bentuk penjelmaan mereka. Kebanyakan nama Jin-Jin itu dimulai dengan hantu. Hantu-hantu tersebut sebenarnya adalah terdiri daripada golongan Jin, cuma di kalangan orang Melayu, menganggap hantu itu adalah makhluk yang berbeza daripada Jin. Antara Jin-Jin yang popular di kalangan orang-orang Melayu ialah :-
Hantu Raya / Hantu Pontianak / Hantu Polong / Hantu Toyol / Hantu Langsuir / Hantu Penanggal / Hantu Pelesit / Hantu Air / Hantu Bukit / Hantu Kubur / Hantu Pari / Hantu Punjut / Hantu Jerangkung / Hantu Laut / Hantu Bawah Tangga / Hantu Galah / Jin Tanah / Hantu Kum-Kum / Hantu Bungkus / Hantu Pocong / Hantu mati di bunuh / Hantu Bidai / Hantu pari-pari / Hantu Kopek (Tetek) / Harimau Jadian / Jembalang Tanah / Hantu Tengelong.
Hantu Raya / Hantu Pontianak / Hantu Polong / Hantu Toyol / Hantu Langsuir / Hantu Penanggal / Hantu Pelesit / Hantu Air / Hantu Bukit / Hantu Kubur / Hantu Pari / Hantu Punjut / Hantu Jerangkung / Hantu Laut / Hantu Bawah Tangga / Hantu Galah / Jin Tanah / Hantu Kum-Kum / Hantu Bungkus / Hantu Pocong / Hantu mati di bunuh / Hantu Bidai / Hantu pari-pari / Hantu Kopek (Tetek) / Harimau Jadian / Jembalang Tanah / Hantu Tengelong.
Kerajaan-kerajaan Jin
Jin juga mempunyai pemimpin dan kerajaannya yang tersendiri. Antara Raja Jin alam bawah yang kafir ialah seperti Mazhab, Marrah, Ahmar, Burkhan, Syamhurash, Zubai’ah dan Maimon. Empat raja Jin Ifrit ( Jin yang paling jahat ) yang mempunyai kerajaan yang besar yang menjadi menteri kepada Nabi Allah Sulaiman a.s ialah Thamrith, Munaliq, Hadlabaajin dan Shughal. Manakala Raja Jin Alam atas yang Islam pula ialah Rukiyaail, Jibriyaail, Samsamaail, Mikiyaail, Sarifiyaail, ‘Ainyaail dan Kasfiyaail. Raja Jin yang mengusai kesemua Jin tersebut bernama THOTHAMGHI YAM YA LI. Manakala Malaikat yang mengawal kesemua Jin-Jin di atas bernama Maithotorun yang bergelar QUTBUL JALALAH.
Anak-anak Iblis juga mempunyai kerajaan yang besar antaranya :-
- Thubar – Merasuk manusia yang di timpa musibah dan bala
- Daasim – Merasuk manusia untuk menceraikan ikatan silatulrahim, rumah tangga, keluarga, sahabat handai, jemaah dan sebagainya.
- Al-‘Awar – Merasuk manusia supaya meruntuhkan akhlak, berzina, minum arak, liwat, berjudi dan sebagainya
- Zalanbuur – Merasuk manusia dengan api permusuhan dan pembunuhan.
Antara Jin, Ifrit dan Syaitan serta Iblis. Jin, Ifrit, Syaitan dan Iblis adalah merupakan sebahagian daripada golongan Jin, cuma tugas dan fungsi mereka sahaja yang berbeza. Jin sebagaimana yang telah diterangkan di atas ialah sejenis mahkluk Allah yang tersembunyi dan tidak kelihatan oleh manusia. Pengetahuan mereka lebih luas dan sangat panjang usianya. Manakala Ifrit pula adalah daripada golongan Jin yang sangat kuat dan bijak menipu serta sangat busuk hati terhadap manusia. Golongan ini tersangat sombong lagi amat durhaka kepada Allah. Iblis dan Syaitan juga terdiri daripada golongan Jin dan mereka merupakan golongan Jin yang sangat sombong lagi durhaka, pengacau dan menjadi musuh utama manusia dan mendapat kutukan Allah sehingga ke hari kiamat. Sebagaimana Firman Allah yang bermaksud :
“Iblis menjawab : Sebab engkau telah menghukum saya dengan tersesat, saya akan menghalang-halangi mereka dari jalan Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangani mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Engkau tak akan mendapati kebanyakan dari mereka bersyukur (taat)“.
“Iblis menjawab : Sebab engkau telah menghukum saya dengan tersesat, saya akan menghalang-halangi mereka dari jalan Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangani mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Engkau tak akan mendapati kebanyakan dari mereka bersyukur (taat)“.
Sesetengah ulama berpendapat bahawa Azazil itu bukanlah moyang Jin, sebenarnya beliau merupakan satu Jin yang paling abid dan alim di kalangan Jin yang di angkat menjadi ketua ahli-ahli ibadat kepada Jin dan Malaikat. Dia menjadi angkuh dan takbur di atas keilmuan, ketakwaan dan banyak beribadat serta asal-usul kejadiannya berbanding dengan manusia ( Adam ). Maka dengan sifat beliau yang sombong itu Allah telah melaknatnya menjadi kafir dengan nama Iblis. Bermula dari saat itulah Iblis melancarkan gerakan permusuhan dengan manusia sehingga ke hari kiamat. Allah telah menjelaskan bahawa terdapat tiga jenis permusuhan dilakukan oleh Jin ke atas manusia iaitu :-
- Melalui Kejahatan ( As-Suu’ ) : iaitu berkenan dan gemar kepada dosa-dosa dan maksiat hati dan segala anggota tubuh badan.
- Kekejian ( Al-Fahsyaa’ ) : iaitu kejahatan yang lebih buruk dan jahat lagi. Kekejian ini adalah sebahagian daripada perkara yang membawa kepada kedurhakaan dan maksiat kepada Allah.
- Melalui pembohongan dan menipu Allah melalui perbuatan, perkataan dan nawaitu.
Bersahabat dengan Jin.
Ramai di kalangan orang-orang Melayu yang bersahabat dan menjadikan Jin sebagai pembantu dan Khadam mereka dalam membantu mereka melaksanakan tugas-tugas yang tertentu. Contohnya seperti Tok Bomoh, Tok Pawang, Tok Dukun, Tok Mudim, Mak Bidan, Mak Andam, Tukang Urut, Panglima, Hulubalang, Tok Guru latihan pertahanan diri dan sebagainya. Walaupun begitu tidak semua golongan di atas yang menggunakan Jin dalam kerja-kerja harian mereka. Tidak dinafikan terdapat juga golongan tersebut yang benar-benar mempunyai kemahiran semulajadi tanpa pertolongan dari Jin.
Menurut Sheikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani dalam kitabnya Yawaqitu Wal Jawahir, bahawa bersahabat dan bersekedudukan dengan Jin itu sangat keji. Katanya lagi “Barang siapa memilih dan melebihkan sekedudukan dengan Jin daripada bersekedudukan dengan ulama, maka orang itu sangat jahil. Kerana yang lebih biasa bagi Jin itu adalah perbuatannya dan perkataannya berlebih-lebihan dan dusta jua seperti kelakuan manusia yang fasik. Maka orang yang berakal lari ia daripada bersahabat dan bersekedudukan dengan Jin, seperti larinya daripada bersahabat dan bersekedudukan dengan manusia yang fasik“.
Tambahnya lagi : “Tidak sekali-kali aku melihat seseorang yang bersekedudukan dengan Jin itu beroleh kebajikan kerana asal kejadian Jin itu adalah daripada api dan api itu sangat banyak geraknya. Dengan banyak gerak itu datanglah berlebih-lebihan perbuatan dan perkataan orang itu”.
Syeikh Muhyuddin Arabi dalam kitabnya Futuhat pula menjelaskan : “Adalah orang yang bersekedudukan (bersahabat) dengan Jin itu tidak beroleh ilmu kerana Allah. Kerana Jin itu sangat jahil akan Allah dan sifat-sifatNya. Kadang-kadang orang yang bersahabat denagan Jin itu menyangka semua perkara yang dikhabarkan dan di beritahu oleh Jin itu adalah daripada perkara yang berlaku di dalam alam itu adalah Karamah daripada Allah Taala. Sebenarnya sangkaan mereka tersebut adalah tidak benar sama sekali. Kerana segala pemberian Jin kepada manusia tentang khasiat tumbuh-tumbuhan, khasiat batu permata, akar kayu dan segala khasiat Isim dan huruf itu adalah merupakan salah satu bidang dalam ilmu Kimia semata-mata yang juga boleh di pelajari dan diketahui oleh manusia”.
Tambahnya lagi : “Tidak sekali-kali aku melihat seseorang yang bersekedudukan dengan Jin itu beroleh kebajikan kerana asal kejadian Jin itu adalah daripada api dan api itu sangat banyak geraknya. Dengan banyak gerak itu datanglah berlebih-lebihan perbuatan dan perkataan orang itu”.
Syeikh Muhyuddin Arabi dalam kitabnya Futuhat pula menjelaskan : “Adalah orang yang bersekedudukan (bersahabat) dengan Jin itu tidak beroleh ilmu kerana Allah. Kerana Jin itu sangat jahil akan Allah dan sifat-sifatNya. Kadang-kadang orang yang bersahabat denagan Jin itu menyangka semua perkara yang dikhabarkan dan di beritahu oleh Jin itu adalah daripada perkara yang berlaku di dalam alam itu adalah Karamah daripada Allah Taala. Sebenarnya sangkaan mereka tersebut adalah tidak benar sama sekali. Kerana segala pemberian Jin kepada manusia tentang khasiat tumbuh-tumbuhan, khasiat batu permata, akar kayu dan segala khasiat Isim dan huruf itu adalah merupakan salah satu bidang dalam ilmu Kimia semata-mata yang juga boleh di pelajari dan diketahui oleh manusia”.
Kata Syeikh Muhyuddi Arabi lagi : “Sesungguhnya ramai orang yang bersahabat dengan Jin akan menjadi takbur dan sombong dengan kelebihan yang dimilikinya itu. Sifat takbur merupakan salah satu sifat yang paling di murkai oleh Allah dan akan dimasukkan ke dalam Neraka seperti yang telah dinyatakan oleh Allah dalam Al-Quran dan Hadis RasulNya. Ringkasnya kita sebagai seorang Islam di tegah daripada bersahabat dan bersekedudukan dengan para Jin samada Islam maupun Jin kafir kerana keburukannya lebih banyak jika dibandingkan dengan kebaikan yang akan kita perolehi. Jin akan sentiasa merasuk dan mendorong manusia supaya melakukan kejahatan dan maksiat tanpa kita sedari“.
Masuknya Jin Kedalam Tubuh Manusia
Jin boleh merasuk dan masuk ke dalam diri manusia dengan berbagai-bagai cara dan manusia yang mengunakan khidmat Jin untuk melakukan pengkhianatan kepada manusia lain pun melalui berbagai cara. Sebagaimana sebuah Hadis Rasulullah s.a.w yang telah diriwayatkan oleh Sayidah Syafiyyah binti Huyay , bahawa Rasulullah pernah bersabda yang maksudnya : “Sesungguhnya Syaitan (Jin) itu berjalan dalam tubuh anak Adam sebagaimana darah yang mengalir dalam tubuhnya“.
Dari Hadis di atas jelaslah bahawa Jin dapat masuk kedalam tubuh badan manusia dan terus sampai ke urat nadi dan darah manusia. Jin dapat berjalan dalam tubuh manusia seperti arus eletrik mengalir dalam kabel penyalurnya. Jin juga dapat menguasai manusia sehingga ia dapat menimbulkan perkelahian sesama manusia, manusia kehilangan ingatan, hilang daya kemahuan dan kesedaran dan lain-lain lagi.
Dari Hadis di atas jelaslah bahawa Jin dapat masuk kedalam tubuh badan manusia dan terus sampai ke urat nadi dan darah manusia. Jin dapat berjalan dalam tubuh manusia seperti arus eletrik mengalir dalam kabel penyalurnya. Jin juga dapat menguasai manusia sehingga ia dapat menimbulkan perkelahian sesama manusia, manusia kehilangan ingatan, hilang daya kemahuan dan kesedaran dan lain-lain lagi.
Jin boleh memasuki badan manusia samada di pinta sendiri oleh manusia atau tanpa di sedari oleh manusia itu sendiri. Jin mendampingi dan memasuki manusia melalui salah satu cara yang berikut. Antaranya
- Melalui Khadam atau manusia itu sendiri menjadikan Jin sebagai sahabatnya.
- Melalui “saka Baka”
- Melalui Sihir yang di lakukan oleh manusia lain ke atasnya.
- Kerana manusia itu sendiri lalai dari mengingati Allah atau melakukan perkara perkara yang dilarang oleh Allah, bererti mendekatkan diri untuk di kuasai oleh Jin dan Iffrit.
- Melakukan kejahatan terhadap Jin tertentu seperti menjatuhkan sesuatu benda berat di sesuatu tempat yang ada Jin, tanpa menyebut nama Allah sehingga menyebabkan kematian anak Jin,
- Kerana adanya Jin lelaki yang jatuh cinta kepada seorang perempuan yang suka bersolek atau wanita-wanita yang suka keluar rumah untuk memperlihatkan kecantikannya dan tidak memakai tudung serta suka mendedahkan aurat.
- Melalui pengamalan jampi serapah, doa dan ayat-ayat tertentu yang boleh mendatangkan Jin. Apabila telah memasuki badan manusia, walau dengan apa cara sekali pun Jin tersebut akan mendiami salah satu tempat berikut di anggota tubuh badan manusia. (walaupun mereka bebas bergerak-gerak dalam badan manusia) Antara tempat-tempat tersebut ialah :-
- Mereka berkumpul di mata kanan dan kiri. Sebab itulah jika seseorang itu membela atau telah dimasuki Jin dalam badan mereka, mereka tidak berani bertentang mata dengan orang lain.
- Berada di telinga kanan dan kiri, dengan itu manusia yang telah terasuk Jin tidak suka mendengar nasihat dan teguran yang baik serta amat suka mendengar perkara-perkara maksiat seperti muzik yang melalaikan dan sebagainya.
- Berada di mulut manusia, dengan itu manusia yang telah di masuki Jin amat suka bercakap benda-benda yang tidak berfaedah dan mendatangkan dosa seperti mengumpat, melaga-lagakan manusia lain dan sebagainya.
- Berada di hidung manusia, menyebabkan manusia suka menghidu benda-benda yang tidak elok dan boleh merosakkan diri manusia sendiri.
- Berada di ari-ari ( pusat ), menyebabkan orang tersebut sentiasa mengalami sakit dalam perut dan pelbagai penyakit yang tidak boleh di kesan oleh doktor
- Berada di kemaluan manusia, menyebabkan manusia suka melakukan perkara-perkara maksiat seperti berzina dan sebagainya.
Manusia yang selamat dari ganguaan Jin , Iblis dan Syaitan adalah manusia yang sentiasa berada dalam Tauhid (mengesakan) Allah, melalui lidah, anggota dan hati, mereka juga berakhlak dengan akhlak Rasulullah serta beramal dengan syariat Islam. Jalan paling dekat untuk berada dalam tauhid Allah ialah dengan kita mengambil contoh perbuatan dan kelakuan mereka yang setiap waktu dan masa berada dalam tauhid Allah, seperti Nabi Muhammad, sahabat-sahabat baginda, para ulama dan sebagainya. Dengan itu Insyaalah akan menyampaikan diri kita zahir dan batin berada dalam tauhid Allah di semua tempat, waktu dan masa melalui anggota, lidah dan hati sebagaimana mereka, iaitu selamat daripada gangguan para Jin, Iblis dan Syaitan atau seumpamanya.
Kata Ulama : “Kun Ma’Allah fain lam takun ma’Allah, fakun Ma’a man ma’Allah fainnahu yusiluka illallaah”
Maksudnya : “Hendaklah jadikan diri kamu bersama Allah, maka jika kamu tidak boleh jadikan diri kamu bersama Allah hendaklah kamu jadikan diri kamu bersama dengan mereka yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya yang demikian itu akan menyampaikan diri kamu kepada Allah ”
Maksudnya : “Hendaklah jadikan diri kamu bersama Allah, maka jika kamu tidak boleh jadikan diri kamu bersama Allah hendaklah kamu jadikan diri kamu bersama dengan mereka yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya yang demikian itu akan menyampaikan diri kamu kepada Allah ”
Diri manusia mukmin yang menjadi kekasih Allah itu adalah seumpama kalbu Alam atau jantung alam atau pusat alam yang dikurniakan oleh Allah daya atau kuasa graviti mengikut darjah ketinggian iman, ilmu dan amalan mereka di sisi Allah. Diri-diri yang lain hanyalah di bawah atau di dalam kuasa atau graviti mereka.
Continue
Continue