04 January 2020

10 Cinta Yang Tertulis Dengan Tinta Emas

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



10 Cinta Yang Tertulis Dengan Tinta Emas

Related image
1. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. Subhanallah.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah Saw. itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah Saw. Akhirnya Ali memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”
2. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: “Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu,”
Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, “Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?” Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, “Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!”
3. Abdurrahman ibn Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.
Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya. Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk tegar. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa:
Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya
Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.
4. Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid
Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama.
Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar.”
Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, “Masih adakah orang lain setelah Khadijah?”
Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.
Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.
5. Rasulullah Saw. dan Aisyah
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.
Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”
Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-istri.
6. Thalhah ibn ‘Ubaidillah
Berikut ini kutipan kisah Thalhah ibn ‘Ubaidillah.
Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
Subhanallah.
7. Kisah cinta yang membawa surga
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, ia berkata, “Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’.
Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan.
Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, ‘Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.’
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, ‘Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.’
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo’akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?”
Dia menjawab, “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.”
Pemuda itu bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?” Dia jawab, “Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”
Pemuda itu berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.” Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.”
Si pemuda bertanya, “Kapan aku bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan datang melihat kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
Hmm, sebuah kisah cinta yang agung dengan berdasarkan janji bertemu di surga. Luar biasa. AllahuAkbar. 
8. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,
“Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?”
“Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan,” kata Abu Thalhah.
“Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam,” tukas Ummu Sualim tandas.
“Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?” tanya Abu Thalhah.
“Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri,” tegas Ummu Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, “Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya.”
Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, “Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya.”
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, “Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya.” Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam. 
9. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Di tengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata “Astagfirullah”
Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. “Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini”.
Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.
“Assalamualaikum….”
“Waalaikumsalam wr.wb.”. Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.
Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.
“Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua”. tanya pemuda itu.
Lalu pak tua itu menjawab. “Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?”
Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan.”Baiklah pak, saya mau.”
Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.
“Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?”
Pak tua itu diam sejenak. “Belum.”
Pemuda itu terhenyak. “Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu.”
“Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi.”
“Apa itu pak tua?”
“Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?”
“Ya, aku mau.” jawab pemuda itu.
Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. “Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?”
Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak…dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.
“Baiklah pak, aku mau.”
Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.
“Ayahanda…siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?”
Pak tua itu tersenyum dan menjawab. “Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu.”
Pemuda itu tampak bingung. “Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?
Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?”
Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. “Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat.”
Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: “Subhanallah…..”
Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.
10. Zulaikha dan Yusuf As.
Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit ulasan tentang cinta mereka
Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib) negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.
Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau menolak semua pinangan putera raja yang lain. Setelah bapanya mengetahui isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga mengasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat bersama-sama dengannya.”
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya kerana ia percaya ia selamat bersamnya.
Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.
Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas memperjelasnya: “Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan dunia.”
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan kita se¬karang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”
Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku, aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang berketerampilan dingin, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”
Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis (perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.
🕋🇲🇾🇲🇾💜🖤💝💞💟🕌

ELOK NAMA ELOKAN PERIBADI

ELOK NAMA ELOKAN PERIBADI
Di antara hak anak ke atas ibu bapanya ialah memberikannya nama yang baik dan menghindarkan daripada memberikannya nama yang tidak elok.
Tersebut di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahawa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Maksudnya: “Sesungguhnya di antara hak anak ke atas bapa ialah mengelokkan namanya dan mengelokkan adabnya.”

(Hadis riwayat al-Bazzar)
Sebagaimana juga menurut hadis-hadis Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam yang lain dan kata-kata ulama bahawa adalah dituntut terutama sekali kepada ibu bapa supaya memilih nama-nama yang baik dan nama-nama yang memberi sempena baik ketika meletakkan atau memberi nama kepada anak yang baru lahir, dan menghindarkan daripada meletakkan nama-nama yang dimakruhkan lebih-lebih lagi yang diharamkan.
Syeikh al-Islam Ibrahim al-Baijuri menegaskan di dalam kitab Fath al-Qarîb bahawa sunat diberi nama anak dengan nama yang baik, sebagaimana menurut sebuah hadis Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam:
Maksudnya: “Sesungguhnya kamu dipanggil pada Hari Kiamat dengan nama-nama kamu dan nama-nama bapa kamu, dari itu elokkanlah nama-nama kamu.”
(Hadis riwayat Abu Daud dan Ahmad)
Sehubungan dengan itu Islam meletakkan garis panduan yang boleh dijadikan sebagai asas ketika memilih dan memberi nama anak.
Masa Yang Dianjurkan Memberi Nama Anak
Al-Imam an-Nawawi menegaskan di dalam kitabnya al-Adzkâr bahawa sunat memberi nama anak yang baru dilahirkan sama ada pada saat hari dia dilahirkan ataupun pada hari ketujuh, sebagaimana yang diriwayatkan daripada ‘Amr bin Syu‘aib daripada bapanya daripada datuknya:

Maksudnya: “Sesungguhnya Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar memberi nama kepada anak yang baru lahir pada hari ketujuh dari hari kelahirannya, menghilangkan kotoran daripadanya dan membuat ‘aqiqah untuknya.”
(Hadis riwayat Tirmidzi)
Walaupun demikian, ada juga ulama mengatakan bahawa tidaklah mengapa yakni harus memberi nama anak sebelum hari ketujuh ataupun selepasnya.

Orang Yang Berhak Memberikan Nama
Bapa selaku wali kepada anaknya adalah orang yang berhak memilih dan memberi nama. Namun elok bagi bapa sama-sama berbincang dengan isterinya selaku ibu dalam memilih nama untuk anak mereka, kerana yang demikian itu akan menggembirakan dan menyenangkan hati isteri.
Selain daripada itu, sunat menyerahkan urusan memilih dan memberi nama anak kepada orang-orang salih, sama ada dia itu lelaki ataupun perempuan. Ini adalah berdasarkan sebagaimana yang sering berlaku di zaman Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam di mana apabila salah seorang sahabat dikurniakan anak dia akan membawanya kepada Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam, lalu Baginda memberi nama anak tersebut. Di antara hadis yang menegaskan perkara tersebut ialah yang diriwayatkan daripada Anas Radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:

Maksudnya: “(Apabila) anak Abu Talhah lahir maka aku (Anas) membawanya kepada Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam, lalu Baginda mentahnîknya (mengunyahkan kurma kemudian dimasukkannya ke dalam mulut anak itu) dan diberinya nama Abdullah.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Memberi Nama Anak Yang Meninggal Kerana Keguguran
Jika anak yang meninggal kerana keguguran itu sudah ditiupkan roh ke dalamnya, maka sunat diberikan dia nama. Apabila tidak dikenali apakah dia laki-laki atau perempuan, maka diberi nama yang sesuai untuk laki-laki dan perempuan, seperti Talhah, ‘Umairah dan lain-lain.

Begitu juga sunat diberikan nama anak yang belum sempat diberikan nama sebelum dia meninggal dunia.

 Nama-Nama Yang Disunatkan

Apa yang perlu diambil perhatian ketika memberi nama anak ialah memilih nama yang baik dan indah, sebagai mengikut sunnah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam. Justeru itu disunatkan memberi nama anak dengan nama-nama seperti berikut:
Sebaik-baik nama yang dianjurkan ialah nama Abdullah (hamba Allah) dan Abdul Rahman (hamba Allah yang bersifat rahman yang sangat pemurah).
Ataupun nama ‘Abd (hamba) yang disandarkan kepada nama-nama Allah (Al-Asmâ’ Al-Husnâ), seperti Abdul Hakim, Abdul Halim, Abdul Aziz dan seumpamanya.
Kemudian nama-nama yang mengandungi pujian seperti Muhammad, Ahmad, Mahmud dan seumpamanya.
Sebenar-benar nama pula ialah Harits (orang yang mencari kehidupan atau orang yang rajin bekerja) dan Hammam (orang yang bercita-cita tinggi atau berazam terus menerus).
Diriwayatkan daripada Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhuma beliau berkata:
Maksudnya: “Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Sesungguhnya nama- nama kamu yang paling disukai Allah ‘Azza wa Jalla ialah Abdullah dan Abdul Rahman.”
(Hadis riwayat Muslim)
Selain daripada itu, memberi nama dengan nama Muhammad itu mengandungi beberapa kelebihan yang tinggi dan membawa keberkatan, di antaranya sebagaimana yang diriwayatkan daripada Ibnu Abbas, bahawa pada Hari Kiamat malaikat memanggil: “Bangunlah orang yang namanya Muhammad dan masuklah ke dalam syurga, kerana memuliakan Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam.” (I‘ânah at-Thâlibîn 2/337, Hasyiah al-Bajuri 2/305 dan Mughni al-Muhtâj 4/371)
Nama-Nama Yang Diharamkan
Haram memberi nama anak atau memakai nama dengan nama Allah, al-Ilah, ar-Rabb, Malik al-Muluk (raja sekalian raja), Syahan Syah (raja sekalian raja) dan Hakim al-Hukkam (hakim sekalian hakim), kerana nama-nama tersebut semata-mata khusus untuk Allah Subhanahu Wata’ala.
Jika hendak memakai nama-nama tersebut mestilah didahulukan dengan nama ‘Abd (hamba), seperti Abdullah, ‘Abd al-Ilah, Abd al-Rabb dan sebagainya.
Selain daripada itu, haram memakai nama atau memberi nama anak dengan nama Rahman (yang Maha Pemurah) tanpa meletakkan nama ‘Abdul’ di hadapannya, kerana sifat yang Maha Pemurah itu tidak layak dipakai untuk makhluk melainkan untuk Allah jua. Nama Rahman merupakan salah satu daripada nama-nama Allah (Al-Asmâ’ Al-Husnâ). Justeru itu apabila memakai nama Rahman hendaklah diletakkan di hadapannya nama ‘Abdul’ menjadi Abdul Rahman.
Begitu juga haram memakai nama atau memberi nama anak dengan nama Abdul Ka‘bah (hamba Ka‘bah), Abdul Husain (hamba Husain), Abdun Nabi (hamba Nabi), Jarullah (jiran Allah), Rafiqullah (rakan Allah) atau seumpamanya, kerana nama-nama tersebut boleh memberi tanggapan yang palsu bahawa yang selain daripada Allah itu juga ada mempunyai hamba ataupun Allah itu mempunyai jiran dan kawan.
Nama Yang Dimakruhkan
Memberi nama dengan nama yang tidak elok boleh menyebabkan anak itu tidak dihormati dan diejek-ejek pada masa akan datang, sama ada secara disedari atau tanpa disedari, umpamanya nama Sapihah (bodoh), Balidah (bodoh), Bahimah (binatang), Sariqah (pencuri) dan sebagainya. Semua nama-nama tersebut atau yang seumpamanya, walaupun setengahnya sedap didengar tetapi ianya membawa maksud yang tidak baik dan ini boleh menjadi bahan ejekan orang terhadap anak yang diberikan nama seperti itu.
Oleh itu makruh memberikan nama anak dengan nama yang tidak elok, seperti nama-nama yang disebutkan di atas atau seumpamanya.
Begitu juga makruh memberi nama dengan nama yang pada kebiasaannya boleh membawa dalam jiwa seseorang kepada rasa pesimistik, yakni cenderung melihat keburukan sesuatu atau mudah berasa hilang kepercayaan terhadap sesuatu, seperti nama Yasar (senang), Rabah (untung), Harb (peperangan) dan sebagainya.
Umpamanya anda bertanya kepada seseorang: “Adakah Rabah di sana?” Atau: “Adakah Yasar di sana?” Atau: “Ke mana Harb pergi?”. Lalu dijawab orang dengan berkata: “Rabah tidak ada,” atau “Yasar telah pergi” atau “Harb telah datang”, dan ini boleh menimbulkan rasa pesimistik dalam diri anda, kerana jawapan orang itu seolah-olah membawa maksud, bahawa tidak akan ada keuntungan atau kesenangan telah pergi atau peperangan akan datang (berlaku).
Padahal Islam menyuruh penganutnya bersikap optimistik, iaitu melihat sesuatu perkara dengan jangkaan atau harapan baik, bukan bersikap pesimistik.
Sehubungan dengan itu, terdapat hadis-hadis Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan mengenai perkara ini, di antaranya hadis yang diriwayatkan daripada Samurah bin Jundab Radhiallahu ‘anhu beliau berkata:
“Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda maksudnya : “Jangan engkau beri nama anakmu dengan nama Yasar (senang), jangan pula Rabah (untung), jangan pula Najah (berjaya) dan jangan pula Aflah (menang), kerana pada suatu ketika kamu akan berkata: “Adakah dia ada di sana?” Kebetulan pula dia tidak ada, maka dikatakanlah: “Tidak” (tidak ada kesenangan, tidak ada keuntungan, tidak ada kejayaan atau tidak ada kemenangan).” Itulah empat kata, kamu tidak perlu menambahnya lagi.”
(Hadis riwayat Muslim)
Nama Yang Diharuskan
Sebagaimana menurut ulama, boleh memakai nama atau memberi nama anak dengan nama-nama Allah (al-Asmâ’ al-Husnâ) dengan tidak meletakkan nama ‘Abd (hamba) di hadapannya, seperti al-Quddus, Ar-Rahim dan sebagainya, kecuali nama-nama yang diharamkan sebagaimana yang dinyatakan terdahulu.

Namun yang demikian, sunat diletakkan nama ‘Abd (hamba) sebelum Al-Asmâ’ Al-Husnâ bagi menunjukkan kehambaan kepada Allah dan mengambil sempena baik dengan memakai nama-nama daripada sifat-sifat Allah, seperti Abdul Quddus, Abdul Rahim dan sebagainya.
Harus memberi nama anak dengan nama yang baik dan indah seperti nama Fakhruddin (kemegahan agama), Zainul ‘Abidin (perhiasan orang-orang yang beribadat), Wahidah (yang terkemuka), Wajihah (yang mempunyai nama dan darjat di dunia dan di akhirat) dan lain-lain nama yang baik.

Mengubah Nama
Wajib diubah nama-nama yang diharamkan, kerana mengubah nama yang haram itu adalah sebahagian daripada perkara menghilangkan kemungkaran.
Di samping itu pula, sunat diubah nama yang kurang elok kepada nama yang lebih baik.
Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam sendiri mengubah nama- nama orang seperti Al-‘Ashi (penderhaka), Aziz (perkasa), ‘Atalah (tongkat besi besar), Syaitan, Al-Hakam (yang bijaksana dalam menghukum), Ghurab (gagak), Habab (buih air) dan Syihab (bintang atau tahi bintang), dengan nama baru iaitu Hasyim.
Tersebut di dalam sebuah hadis:
Maksudnya: “Daripada Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhuma (beliau meriwayatkan) bahawa Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam mengubah nama ‘Ashiah (penderhaka), dan Baginda bersabda: “Namamu (berubah menjadi) Jamilah (cantik).”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Sebagai suatu kesimpulan, salah satu identiti tentang keislaman seseorang itu ialah namanya. Dengan nama memudahkan pengenalan awal tentang siapa diri orang itu.
Sebagai orang Islam hendaklah memberi nama anak dengan nama yang dianjurkan oleh syara‘ bukan dengan nama yang bunyinya sahaja sedap didengar tetapi tidak elok maksudnya. Si anak tidak akan merasa malu dengan namanya yang memberi makna yang baik dan bukan sebaliknya. Di samping itu dengan nama yang elok itu mudah-mudahan akan memberi kesan yang baik kepada bentuk peribadi anak berkenaan.

💜💜💜💜🖤🖤🖤🖤🖤💛💛💛💛💛💛❤❤❤❤❤❤💚💚💚💚💚💚💞💞💞💞💞💙💙💙💙💙

10 TRUTH(S) WE ALWAYS CHOOSE TO IGNORE



10 TRUTH(S) WE ALWAYS CHOOSE TO IGNORE


“The truth does not cease to exist when it is ignored.”
You know how you can hear something a hundred times in a hundred different ways before it finally gets through to you?  The ten truths listed below fall firmly into that category – life lessons that many of us likely learned years ago, and have been reminded of ever since, but for whatever reason, haven’t fully grasped.
This, my friends, is my attempt at helping all of us, myself included, “get it” and “remember it” once and for all…
1.  The average human life is relatively short.
We know deep down that life is short, and that death will happen to all of us eventually, and yet we are infinitely surprised when it happens to someone we know.  It’s like walking up a flight of stairs with a distracted mind, and misjudging the final step.  You expected there to be one more stair than there is, and so you find yourself off balance for a moment, before your mind shifts back to the present moment and how the world really is. LIVE your life TODAY!  Don’t ignore death, but don’t be afraid of it either.  Be afraid of a life you never lived because you were too afraid to take action.  Death is not the greatest loss in life.  The greatest loss is what dies inside you while you’re still alive.  Be bold.  Be courageous.  Be scared to death, and then take the next step anyway.
2.  You will only ever live the life you create for yourself.
Your life is yours.  Others can try to persuade you, but they can’t decide for you.  They can walk with you, but not in your shoes.  So make sure the path youdecide to walk aligns with your own intuition and desires, and don’t be scared to switch paths or pave a new one when it makes sense.Remember, it’s always better to be at the bottom of the ladder you want to climb than the top of the one you don’t.  Be productive and patient.  And realize that patience is not about waiting, but the ability to keep a good attitude while working hard for what you believe in.  This is your life, and it is made up entirely of your choices.  
May your actions speak louder than your words.  May your life preach louder than your lips.  May your success be your noise in the end.And if life only teaches you one thing, let it be that taking a passionate leap is always worth it.  Even if you have no idea where you’re going to land, be brave enough to step up to the edge of the unknown, and listen to your heart.  
3.  Being busy does NOT mean being productive.
Busyness isn’t a virtue, nor is it something to respect.  Though we all have seasons of crazy schedules, very few of us have a legitimate need to be busy ALL the time.  We simply don’t know how to live within our means, prioritize properly, and say no when we should. Being busy rarely equates to productivity these days.  Just take a quick look around.  Busy people outnumber productive people by a wide margin. Busy people are rushing all over the place, and running late half of the time. They’re heading to work, conferences, meetings, social engagements, etc.  They barely have enough free time for family get-togethers and they rarely get enough sleep.Yet, emails are shooting out of their smart phones like machine gun bullets, and their day planners are jammed to the brim with obligations.  
Their busy schedule gives them an elevated sense of importance.  But it’s all an illusion.  They’re like hamsters running on a wheel.Though being busy can make us feel more alive than anything else for a moment, the sensation is not sustainable long term.  We will inevitably, whether tomorrow or on our deathbed, come to wish that we spent less time in the buzz of busyness and more time actually living a purposeful life.
4.  Some kind of failure always occurs before success.
Most mistakes are unavoidable.  Learn to forgive yourself.  It’s not a problem to make them.  It’s only a problem if you never learn from them.If you’re too afraid of failure, you can’t possibly do what needs to be done to be successful.  The solution to this problem is making friends with failure.  You want to know the difference between a master and a beginner?  The master has failed more times than the beginner has even tried.  Behind every great piece of art is a thousand failed attempts to make it, but these attempts are simply never shown to us.Bottom line:  Just because it’s not happening now, doesn’t mean it never will.  Sometimes things have to go very wrong before they can be right. 
5.  Thinking and doing are two very different things.
Success never comes to look for you while you wait around thinking about it.You are what you do, not what you say you’ll do.  Knowledge is basically useless without action.  Good things don’t come to those who wait; they come to those who work on meaningful goals.  Ask yourself what’s really important and then have the courage to build your life around your answer.And remember, if you wait until you feel 100% ready to begin, you’ll likely be waiting the rest of your life.
6.  You don’t have to wait for an apology to forgive.
Life gets much easier when you learn to accept all the apologies you never got.  The key is to be thankful for every experience – positive or negative.  It’s taking a step back and saying, “Thank you for the lesson.”  It’s realizing that grudges from the past are a perfect waste of today’s happiness, and that holding one is like letting unwanted company live rent free in your head.Forgiveness is a promise – one you want to keep.  When you forgive someone you are making a promise not to hold the unchangeable past against your present self.  It has nothing to do with freeing a criminal of his or her crime, and everything to do with freeing yourself of the burden of being an eternal victim.
7.  Some people are simply the wrong match for you.
You will only ever be as great as the people you surround yourself with, so be brave enough to let go of those who keep bringing you down.  You shouldn’t force connections with people who constantly make you feel less than amazing.If someone makes you feel uncomfortable and insecure every time you’re with them, for whatever reason, they’re probably not close friend material.  If they make you feel like you can’t be yourself, or if they make you “less than” in any way, don’t pursue a connection with them.  If you feel emotionally drained after hanging out with them or get a small hit of anxiety when you are reminded of them, listen to your intuition.  There are so many “right people” for you, who energize you and inspire you to be your best self.  It makes no sense to force it with people who are the wrong match for you.
8.  It’s not other people’s job to love you; it’s yours.
It’s important to be nice to others, but it’s even more important to be nice to yourself.  You really have to love yourself to get anything done in this world.  So make sure you don’t start seeing yourself through the eyes of those who don’t value you.  Know your worth, even if they don’t.Today, let someone love you just the way you are – as flawed as you might be, as unattractive as you sometimes feel, and as incomplete as you think you are.  Yes, let someone love you despite all of this, and let that someone be YOU. 
9.  What you own is not who YOU are.
Stuff really is just stuff, and it has absolutely no bearing on who you are as a person.  Most of us can make do with much less than we think we need.  That’s a valuable reminder, especially in a hugely consumer-driven culture that focuses more on material things than meaningful connections and experiences.You have to create your own culture.  Don’t watch TV, don’t read every fashion magazine, and don’t consume too much of the evening news.  
Find the strength to fill your time with meaningful experiences.  The space and time you are occupying at this very moment is LIFE, and if you’re worrying about Kim Kardashian or Lebron James or some other famous face, then you are disempowered.  You’re giving your life away to marketing and media trickery, which is created by big companies to ultimately motivate you to want to dress a certain way, look a certain way, and be a certain way.  This is tragic, this kind of thinking.  It’s all just Hollywood brainwashing.  What is real is YOU and your friends and your family, your loves, your highs, your hopes, your plans, your fears, etc.
Too often we’re told that we’re not important, we’re just peripheral to what is.  “Get a degree, get a job, get a car, get a house, and keep on getting.”  And it’s sad, because someday you’ll wake up and realize you’ve been tricked.  And all you’ll want then is to reclaim your mind by getting it out of the hands of the brainwashers who want to turn you into a drone that buys everything that isn’t needed to impress everyone that isn’t important.
10.  Everything changes, every second.
Embrace change and realize it happens for a reason.  It won’t always be obvious at first, but in the end it will be worth it.What you have today may become what you had by tomorrow.  You never know.  
Things change, often spontaneously. People and circumstances come and go. Life doesn’t stop for anybody.  It moves rapidly and rushes from calm to chaos in a matter of seconds, and happens like this to people every day.  It’s likely happening to someone nearby right now.Sometimes the shortest split second in time changes the direction of our lives.  
A seemingly innocuous decision rattles our whole world like a meteorite striking Earth. Entire lives have been swiveled and flipped upside down, for better or worse, on the strength of an unpredictable event.  And these events are always happening.
However good or bad a situation is now, it will change.  That’s the one thing you can count on.  So when life is good, enjoy it.  Don’t go looking for something better every second.  Happiness never comes to those who don’t appreciate what they have while they have it.
Okay… that is all. Happy thinking! 😀

Book...PERMATA YANG HILANG

PERMATA YANG HILANG (bukan “Permata” yang buku korang dok biasa baca tu yer)

Sesungguhnya perasaan ‘inferior’ sesetengah orang Melayu adalah kerana keputusan dari tumbesaran mereka di dalam arus sejarah yang majoritinya bernadakan kesedihan dan kemunduran umat Melayu.
.
Jika kita membuka buku sejarah tempatan, atau lebih tepat buku teks Sejarah sekolah menengah yang diajarkan kepada anak-anak kita, hanya tidak sampai 30 peratus kisah kejayaan orang Melayu dipaparkan, ya anda sudah dapat membayangkan pada topik yang mana. Hanya bab Kesultanan Melayu Melaka sahaja dapat membangkit semangat orang-orang Melayu yang ‘inferior’ ini.
Sebelum itu ada juga diceritakan kerajaan-kerajaan purba lain tetapi dengan fakta amat rapuh dan teramatlah sedikit, seolah-olah tidak penting. Sebelum itu lagi,adalah kisah orang-orang gua; Paleolitik, Neolitik, Mesolitik dan litik-litik yang lain, seolah-olah orang-orang gua di Tanah Melayu ini tiba-tiba berjaya menjadi Bendahara, Temenggung, Laksamana dan Syahbandar Empayar Melayu Melaka!!
Orang-orang gua di Tanah Melayu yang berpindah-randah, mengamalkan cara hidup sara diri, hanya mampu membuat alat-alat membajak tanah,memburu binatang dan zasss!!! Tiba-tiba bertukar menjadi sultan-sultan Melaka, mampu membina pelabuhan antarabangsa yang mewah, mampu membina kapal-kapal sama ada untuk perdagangan atau peperangan, mampu menghantar utusan diplomatik dari jiran-jiran sekeliling seperti di Tanah Jawa sehinggalah ke Negeri China, Rom dan Parsi.
Hehe… semua ini membuatkan kita terfikir… Apa la yang dibuat oleh ahli sejarah negara kita di dalam bumi bertuah ini??
Adakah mereka duduk termenung di dalam bilik pejabat berhawa dingin? Atau minum-minum di kedai-kedai mamak di waktu awal pagi, pukul 10 pagi, makan tengahari dan kemudian balik rumah sambil melupakan sejarah bangsa sendiri?
Adakah waktu mereka dihabiskan untuk membaca bahan sejarah yang ditulis oleh R.O Winsted, Raffles dan seangkatan dengan mereka?
Siapakah Stamford Raffles itu? Beliau adalah ahli Freemason peringkat tertinggi dan ditahbiskan sebagai anggota pertubuhan syaitan itu pada 5 Julai 1813 di Lodge De Vriendschap, Surabaya.
Apa yang ahli sejarah tanahair buat di dalam pejabat-pejabat mereka? Adakah di dalam tempurung minda mereka itu masih memikirkan bahawa Pulau Pinang dibuka oleh Francis Light? Adoi la…
Bangsa yang tidak memiliki sejarah masa lalu adalah bangsa yang tidak punya cerita masa depan. Bangsa-bangsa lain berusaha menuliskan sejarah bangsa sendiri, memelihara tempat-tempat warisan sejarah mereka; mereka sanggup menghabiskan berjuta-juta dolar hanya untuk memastikan sejarah bangsa mereka terpelihara. Misalnya kerajaan Sweden sanggup menaikkan kapal perang kuno Vasa yang tenggelam di Laut Baltik pada tahun 1628 untuk dipamerkan di muzium supaya anak cucu meraka dapat melihat betapa nenek moyang mereka mampu membina kapal perang hebat itu. Mengapa kita tidak berbuat begitu sedangkan Di Selat Melaka penuh dengan khazanah2 Melayu menunggu untuk dinaikkan semula… bukan setakat kapal- kapal jer.
Tetapi di manakah wang negara dihabiskan? Kononnya lebih baik wang digunakan untuk membantu rakyat marhaen dari memelihara tapak-tapak bersejarah, tetapi sebaliknya wang rakyat digunakan untuk membina projek-projek mega yang membazir yang akhirnya bukan orang Melayu yang memiliki projek-projek mega itu.
Contoh yang paling hampir di batang hidung Melayu ialah projek Iskandar Malaysia dan projek koridor Timur, Selatan semuanya milik siapa sekarang ni? Orang Melayukah?
Hakikatnya bangsa Melayu kini tidak mampu menghayati sejarah bangsa dan hilang semangat patrotik. Bermula dari atas, para pemimpin Elit Melayu yang majoritinya berpendidikan Barat tidak mampu mengangkat akal fikiran dan hujah bila berdebat tentang sejarah bangsa sendiri. Mereka terlalu lemah berhadapan dengan sejarah; menunjukkan penyakit buta sejarah juga berjangkit kepada para Elit Melayu ini.
Tidak seperti membincangkan hal pilihanraya, kuasa, projek-projek mega, kontrak dan sebagainya,apabila ditunjal sedikit tentang sejarah yang sudah jelas menjadi haknya, mereka terhuyung-hayang dan gayat dengan bangsa asing.
Contohnya kes Pulau Batu Putih, ya memang Malaysia khasnya orang Melayu sudah berputih mata, tetapi eloknya dikaji mengapa tiada seorang pun ahli sejarah yang bijak pandai di negara ini mampu menghalang wilayah sendiri jatuh ke tangan asing. ANDA SUDAH NAMPAK KEPENTINGAN SEJARAH?
Lihat, bangsa asing sanggup mendidik, mengajar dan menyekolahkan anak bangsa mereka di dalam bidang sejarah bersungguh-sungguh kerana kelak BUKAN PARA NEGARAWAN ATAU JENERAL TENTERA YANG MENGAMBIL ALIH WILAYAH NEGARA LAIN, TETAPI PAKAR-PAKAR SEJARAH. Ini adalah trend penjajahan masa kini.
Di manakah dokumen yang mengatakan dengan jelas Pulau Batu Puteh adalah hak Johor? Mengapa pula disenyapkan dokumen berharga itu? Mengapa para hakim luar negara berasa hairan pasukan Malaysia menyerahkan gambar Pulau Batu Puteh yang sebenarnya di ambil dari sebuah blog (copy paste @ download)??
Padahal pasukan Singapura bertungkus lumus mengupah jurugambar profesional mengambil gambar ‘real’ malahan menggunakan kemahiran teknik fotografinya sekali (mungkin menggunakan photoshop dan ‘superimpose’) bagi membuatkan seolah-olah Pulau Pedra Branca (nama pulau itu pada sebutan Singapura) lebih dekat dengan Singapura.
Betapa sambil lewanya mereka yang berkenaan dalam mempertahankan wilayah sendiri. Dan apabila kalah, sanggup pula mengatakan keputusan hakim itu adalah paling adil atau ‘win-win situation’ (difahamkan kata-kata ini lebih bersifat menyedapkan hati yang duka lara) padahal negara hanya layak mendapatkan terumbu batu yang bila air pasang terhapus terus dari pandangan (laksana biskut chipsmore-kejap ade kejap takde) sebaliknya orang lain pulang dengan gembira sambil menjinjing buah tangan Pulau Batu Puteh yang dapat dibina sebuah rumah api di atasnya!
Mungkin mereka berkata, ala… tanah sekangkang kera itu pun nak berkira. Hei,orang asing bermati-matian mendapatkan sejengkal tanah orang-orang Melayu tetapi orang Melayu lebih gemar mengenyangkan perut sendiri daripada melihat maruah bangsa terbela. Jika kita lihat di Pulau Pisang juga sama.Orang luar sanggup bersusah payah membina rumah api di pulau-pulau Melayu dengan harapan merekalah nanti diiktiraf sebagai Tuan Punya pulau tersebut.
Sifat orang Melayu yang suka membiarkan tanah sendiri semak samun dan sanggup bekerja di kilang-kilang berjangkit kepada para Elit Melayu. Alangkah baiknya mereka memantau setiap pulau di Malaysia dan membina rumah-rumah api atau apa saja supaya menjadi tanda pulau tersebut ada tuannya. Ini tidak, 24 jam dok memikirkan apakah lagi cara untuk menipu bangsanya sendiri bagi mengangkatnya sebagai pemimpin politik, tidak kira hujah-hujah pembangunan yang sudah basi hinggalah alasan-alasan agama, juga mahu dipermainkan sesuka hati demi sekelumit pangkat dan jawatan. Tragedi ini samalah seperti orang Melayu yang dikurniakan anak, tetapi anak tersebut dibiarkan tidak terbela,kemudian orang asing datang mencubit-cubit pipi anak kita sambil membelikan permainan dan gula-gula. Kemudian kita membiarkan anak kita tinggal dengan orang asing dan dibesarkan oleh orang asing tadi. Apabila besar panjang dan anak kita tadi sudah bekerja dan berjawatan besar, barulah terhegeh-hegeh datang ke rumah orang asing tadi supaya diserahkan kembali anak kita itu. Apa kata orang asing tadi?? Of course, NO WAY!!
Orang lain yang merampas tanah, orang lain yang dijadikan hakim, dan akhirnya orang lain yang dapat tanah…
Bidang-bidang yang dikejar oleh anak muda Melayu yang pandai-pandai biasanya sains, kejuruteraan, guaman, IT, perubatan, bidang kemahiran dan teknikal dan lain-lain tetapi berapa kerat anak Melayu yang dilatih menjadi ahli sejarah yang kritis dan dinamis (bukan menjadi pak turut Barat)?
Penglibatan anak Melayu dalam bidang sejarah amatlah menyedihkan dan ini terbukti bahawa pakar sejarah Malaysia yang popular adalah berbangsa Cina dan mendapat gelaran profesor pula! Bukanlah hendak berpandangan negatif malah cukup bagus ramai bukan Melayu berminat mendalami sejarah negara sendiri dan menjadi lebih patriotik tetapi apa petandanya kepada orang-orang Melayu? MALAH KAUM LAIN YANG TINGGAL BERSAMA-SAMA MELAYU JUGA AMAT CINTAKAN WARISAN SEJARAH MALAYSIA dan berusaha belajar sejarah Malaysia dari buku teks Tingkatan Lima sehingga berjaya mendapat PhD dalam bidang sejarah di kala anak-anak Melayu lain terkial-kial menghafal nama-nama tokoh kemerdekaan lantas menghempas buku sejarah dan mengeluh sambil memikirkan betapa bosannya ilmu sejarah itu.
Sampaikan orang lain mereka-reka cerita mengatakan pahlawan mereka sendiri iaitu Hang Tuah, Hang Jebat dan lain-lainnya adalah keturunan Cina, maka sebilangan orang Melayu sudah begitu cepat menghidap demam kekeliruan dan mula mempercayainya padahal sebutan ‘Hang’ itu adalah gelaran kepada para pahlawan tersebut.
Agaknya jika Hang Tuah berada di zaman kita dan berjumpa dengan Tan Sri-Tan Sri Melayu maka Hang Tuah juga mungkin mengatakan ini semua orang-orang Cina dari keluarga Tan, padahal itu semua adalah gelaran-gelaran sahaja. Adakah Hang Tuah sebenarnya bernama Hang Too Ah? Haha… Of course not! Ini semua adalah pemikiran bingung lagi membingungkan. Semuanya tidak habis-habis mahu mengusik perasaan orang Melayu, penduduk pribumi The Land of The East ini.
Ada pula orang-orang lain yang berusaha mengatakan orang-orang Melayu bukan pribumi dan juga golongan pendatang sama ada dari Yunnan atau dari lain tempat. Mereka bermurah hati pula mempertahankan Orang Asli dan Jakun yang sekian lama hidup dengan orang-orang Melayu beribu tahun yang silam dengan mengatakan kaum-kaum inilah yang layak dikatakan pribumi.
Sebenarnya situasi yang sama akan menimpa Orang Asli dan Jakun jika mereka berada di posisi orang-orang Melayu dan orang Melayu pula tinggal di lereng-lerang bukit atau di dalam hutan. Bayangkan Orang Asli dan Jakun ini memegang politik Malaysia dan mempunyai raja-raja. Orang-orang ‘gila’ ini sudah pasti akan menukar pernyataan mereka dengan mengatakan Orang Asli atau Jakun ini adalah kaum pendatang dari Afrika atau Kepulauan Pasifik. Dan dengan murah hati,mereka akan membela orang-orang Melayu yang duduk di bukit-bukit tadi. SEBENARNYA MEREKA INGINKAN TANAH AIR MALAYSIA INI DAN KALAU BOLEH MAHU MENGHALAU BUKAN SAHAJA MELAYU MALAH PRIBUMI-PRIBUMI YANG LAIN.
Sesungguhnya Orang Asli, Jakun, Senoi, Temiar dan lain-lain mempunyai hubungan rapat dengan orang-orang Melayu laksana adik beradik. Sudah beribu-ribu tahun mereka tinggal serumah dengan bangsa Melayu, malah bangsa Melayu walaupun mempunyai empayar dan kerajaan tidak pula menjalankan ‘massacre’ atau membakar perkampungan pribumi yang lain. Mereka menghormati sesama sendiri, bukan seperti sesetengah pihak lain yang begitu tamakkan Tanah Melayu ini sanggup membunuh orang Melayu dan membakar kediaman mereka.
Jika hendak mengatakan orang Melayu pendatang sekali pun, ini berlaku beribu-ribu tahun dahulu dan secara automatik tidaklah dikatakan pendatang kerana sememangnya majoriti bangsa-bangsa ketika itu masih menjalankan kehidupan secara nomad hatta orang-orang ‘gila’ ini juga mungkin berketurunan Monggol atau Xiong Nu yang berpindah randah. Sejarah bangsa Melayu di The Land of The East ini melangkaui beribu tahun sehingga mencapai era anak-anak Nabi Nuh a.s, Banjir Besar dan penaklukan Nineveh oleh Babilon, Media dan Parsi. Bukan setakat sejarah penubuhan negeri-negeri Selat, sejarah perlombongan bijih timah atau pembukaan Singapura.
Sebenarnya bangsa Melayu telah hidup di The Land of The East begitu lama. Mahukah Orang Asli berpisah dengan adik beradik mereka yang menjaga mereka sejak beribu tahun ini? Orang Melayu dan Orang Asli adalah dari rumpun yang sama,istilahnya Malayo-Polynesian. Malah kaum-kaum pribumi di Kepulauan Pasifik, Hawaii atau kaum Maori sekalipun mengaku nenek moyang mereka adalah berasal dari para pelaut Melayu yang gigih berlayar.
Bahasa orang Melayu dan Orang Asli juga dikelompok dalam bahasa yang sama iaitu Austronesian. Mengapa orang-orang asing yang buta sejarah dan antropologi ini masih berdegil mahu memisahkan adik-beradik di Bumi Mala ini?? MELAYU ADALAH SATU BANGSA YANG BESAR. Di dalamnya terdapat beratus-ratus etnik dan bahasa.
Bangsa Melayu sebenarnya antara bangsa asas dan bangsa utama sebelum dan selepas peristiwa Banjir Besar. Mengapa para pengembara Eropah memanggil gugusan kepulauan di garisan Khatulistiwa ini yang jumlahnya beratus-ratus dengan “Malay Archipelago” yang mengandungi lapan buah laut termasuk Sulu dan Celebes, merupakan SISTEM KEPULAUAN TERBESAR DI DUNIA serta menganjur dari kira-kira 20° utara garis lintang ke kira-kira 10° selatan garis lintang.
Ia terdiri daripada New Guinea, pulau kedua terbesar di dunia; pulau-pulau Filipina; Kepulauan Sunda, yang mana termasuk Sumatera, Jawa, Sulawesi, Borneo, Bali, dan Timor; the Moluccas (Maluku); dan beratus-ratus lagi pulau-pulau kecil.
New Guinea, Borneo, and Sumatera adalah tiga daripada 6 pulau terbesar dunia dan Jawa adalah pulau yang paling padat penduduknya di dunia. Kawasan yang dinamakan Malay Archipelago ini berkeluasan 2.8 juta meter persegi (kira-kira 1.1 juta batu persegi)!!!
Sistem pulau terbesar di dunia diabadikan dengan nama bangsa misteri ini dan ini menunjukkan hubungan bangsa ini dengan laut adalah amat rapat. Tidak hairanlah King Solomon (Nabi Sulaiman a.s) mengimport emas dari sini dan para Firaun mengimport rempah ratus dan kapur barus dari Nusantara beribu tahun dahulu. Adakah bangsa yang terkenal dengan laut,kapal-kapal, perdagangan dan pulau-pulau masih difikirkan tinggal di ceruk-ceruk hutan menganyam atap rumbia atau melukis gambar monyet di dinding-dinding gua?
Juga, mengapa orang-orang Eropah ini menggelar tanah semenanjung yang menganjur dari Thailand dan Myanmar hingga ke Selat Teberau ini MALAY PENINSULAR setaraf dengan Italian Peninsular? THE LAND OF THE EAST ADALAH BUMI ORANG-ORANG MELAYU dan ini tidak boleh disangkal langsung oleh orang-orang Barat. Mengapa?
Mengapa sejarah lain orang-orang Melayu seperti kerajaan-kerajaan purba, pencapaian Melayu dalam perdagangan, kemahiran Melayu membina kota-kota dan istana batu yang hebat-hebat dapat dipadamkan dengan jayanya? Tetapi bab nama kepulauan dan semenanjung, orang-orang Barat tidak mampu menulis satu peta pun atau satu manuskrip sejarah pun untuk menamakan semenanjung Tanah Melayu ini sebagai ‘Thai Peninsular’ atau ‘Indochina Peninsular’ atau ‘Polynesian Peninsular’.
Mengapa orang-orang Barat ini tidak menamakan Malay Archipelago ini dengan Austronesian Archipelago atau Polynesian Archipelago atau misalnya West Pasific Archipelago? Mengapa? INI KERANA NAMA DI MANA ORANG-ORANG MELAYU TINGGAL INI (HOMELAND) TELAH TERCATAT SEJAK BERIBU TAHUN DAHULU DARI MANUSKRIP-MANUSKRIP MESIR PURBA, KERAJAAN JUDEA (YAHUDI), ASSYRIA, BABILON, ARAB, PARSI SERTA CATATAN-CATATAN PARA PENGEMBARA EROPAH, sebahagiannya tersimpan di Perpustakaan Nineveh yang musnah pada tahun 612 sebelum Masihi, juga di Perpustakaan Iskandariah yang masyhur itu, Perpustakaan Baghdad, Arkib purba Maharaja China dan arkib-arkib seluruh dunia termasuk simpanan raja-raja Perancis, Sweden, Belanda, Inggeris, Vatikan dan juga terdapat di Perpustakaan kota Ayutthaya yang musnah semasa serangan Burma pada tahun 1767.
Jika mereka melukis peta yang menamakan semenanjung Tanah Melayu dan kepulauannya dengan nama lain maka peta itu tidak akan diiktiraf oleh pakar-pakar peta Eropah yang lain dan pelukis peta tadi akan diragui kelayakan dan pengetahuan sejarahnya.
Mungkin pelukis peta itu tadi diminta belajar kembali di akademi pemetaan atau diarahkan bertanya para pengembara, pedagang dan pelayar Eropah yang berpengalaman. JIka mereka berdegil juga mengeluarkan peta yang menafikan nama Melayu ini, maka sudah pasti peta-peta purba dalam simpanan pelbagai kerajaan dunia kelak akan keluar satu persatu menafikan pembohongan ini.
Mereka boleh mencari dan menyembunyikan segala khazanah kesusasteraan, kitab-kitab, peta-peta dan surat-surat bangsa Melayu ketika menjajah Tanah Melayu juga pulau-pulau Indonesia (rujuk dalam kisah Munsyi Abdullah yang mencatatkan di zamannya masih rancak para wakil Inggeris membeli dan mencari manuskrip dan kitab-kitab purba dari orang-orang kampung), tetapi bagaimana bukti dari tempat-tempat lain? Jenuhlah mereka mahu berkeliling seluruh dunia mencari peta-peta yang bertuliskan nama Melayu untuk disembunyikan atau dihapuskan. INI MENUNJUKKAN BANGSA MELAYU MEMANG TELAH LAMA MEMBINA EMPAYAR-EMPAYAR YANG MAMPU MENGHANTAR DELEGASI-DELEGASI KE LUAR NEGARA.
Mereka terpaksa mengakui bahawa The Land of The East ini berserta pulau-pulaunya adalah ‘homeland’ bangsa Melayu yang di dalamnya bertebaran etnik-etnik seperti Jawa, Banjar, Minangkabau, Batak, Sunda, Bugis, suku-suku kaum di semenanjung termasuk pribumi Asli seperti Jakun dan Temiar, juga The Lost Tribe of Malay yang dilupakan iaitu bangsa Siam (bukan Thai; ada beza di situ).
Orang yang pesimis akan mengatakan semua ini karut dan dongengan. Mereka masih berdegil mahu terus memikirkan orang-orang Melayu dari dahulu tinggal di ceruk-ceruk hutan membina pondok kayu beratap nipah sahaja. Orang yang berfikir akan mengkaji dan tetap mengkaji.
Seperti yang telah disentuh di dalam posting2 tentang Li Bloodline, kedatangan Inggeris ke Tanah Melayu membawa misi teramat penting, kekayaan dan tanah adalah sebab kedua dan ketiga tetapi agama dan bangsa adalah sebab utama. Namun sebab-sebab agamalah yang menjadi tujuan utama kerana jika semua umat Melayu beragama Buddha atau Kristian, Inggeris tidak akan tergopoh-gapah diarah oleh The Hidden Hand untuk menjajah umat Melayu (di bahagian kepulauan, diserahkan kepada Belanda).
Inggeris adalah pangkalan terbesar The Hidden Hand dan ‘Coat of Arms’ diraja Inggeris juga melambangkan ciri-ciri Kabbalah Yahudi dan segala kepercayaan karut mereka.
Bermula dengan pendaratan Francis Light di Pulau Pinang, Perjanjian Pangkor hinggalah kemerdekaan Tanah Melayu, hampir 200 tahun adalah cukup untuk Inggeris dan sekutu-sekutunya memusnahkan kota-kota purba, tembok-tembok, masjid-masjid, istana-istana dan kesan-kesan sejarah yang lain, juga cukup untuk wakil-wakil Inggeris sama ada dari kalangan mereka mahupun anjing-anjing dari kalangan Melayu sendiri untuk mengumpulkan segala khazanah kesusasteraan yang tidak ternilai; kitab-kitab ilmu, peta-peta, surat-surat, manuskrip undang-undang, inskripsi, bahan sastera (puisi dan hikayat) serta watikah-watikah diraja, semuanya dimuatkan di dalam kapal-kapal besar untuk dibawa ke Eropah sepanjang tempoh penjajahan Inggeris itu dari pendaratan Francis Light 1786 hinggalah kemerdekaan (palsu) 1957.
Kita sudah tentu pernah mendengar kisah kapal The Fame yang membawa khazanah persuratan Melayu yang tidak ternilai harganya, dikatakan terbakar dan tenggelam di tengah perjalanan. Padahal segala khazanah persuratan Melayu bertebaran di seluruh muzium-muzium dan universiti-universiti Eropah dan para pengkaji sejarah tempatan menganggarkan segala khazanah ini mencakupi beratus-ratus hingga beribu-ribu manuskrip, tidak termasuk khazanah Melayu dari Indonesia yang dicuri oleh Belanda.
Soalannya… Mengapakah Inggeris tidak membakar atau memusnahkan terus segala khazanah Melayu itu???
Mereka boleh meratakan kota A Famosa sehingga tinggal pintu gerbangnya sahaja (mengapa mereka tergopoh-gapah memusnahkan kota ini?), memusnahkan istana-istana purba kerajaan Melayu silam, kota-kota dan bangunan-bangunan sehingga ramai orang Melayu merasakan bangsa mereka hanya layak membina pondok buruk beratap nipah.
Berapa besar istana kota Melaka? Berapa lama Portugis membedil Kota Melaka? Apa maksud kota? Adakah sekadar kubu-kubu timbunan tanah dan daun-daun pisang sahaja? Jika Melaka hanya bertembokkan batang pisang dan pancang-pancang kayu,mengapa Portugis terpaksa merasuah para pedagang dan askar upahan Melaka?
Mengapa armada tentera laut Melaka meninggalkan pelabuhan pada hari serangan Portugis?? Jika istana Melaka bertembokkan daun-daun nipah kering, mengapa Alfonso De Albuquerqe terpaksa membawa kapal terhebatnya Flor De la Mar dan armada tentera laut Portugis untuk menyerang kota Melaka dan pelabuhannya yang lebih hebat dan mewah dari Port Royal dan Tortuga di era Pirates of Caribbean?
Mengapa selepas mendapat Melaka, Belanda dan Inggeris tergopoh-gapah memusnahkan kota Melaka? Walhal mereka senang-senang mendapat satu kota yang hebat dan kukuh. Apa motif mereka?
SEBENARNYA KOTA MELAKA TELAH ADA SEBELUM KEDATANGAN PORTUGIS, SIAP DENGAN TEMBOK-TEMBOK BATU YANG KUKUH DAN TERMINAL-TERMINAL MERIAM YANG STRATEGIK. ISTANA MELAKA BUKANLAH SERATUS-PERATUS DARI PAPAN DAN KAYU. Portugis hanya menambah bahagian-bahagian kota yang sedia ada, atau membaiki bahagian-bahagian tembok yang rosak akibat dibedil mereka ketika mahu menakluk Melaka. Tidak keterlaluan jika binaan pintu gerbang A Famosa itu sahajalah yang dibina oleh Portugis menggantikan pintu gerbang Kota Melaka.
Mengapa mereka tidak membuat perkara yang sama ke atas segala khazanah persuratan dan kesusateraan Melayu ini?
Biar… biar orang Melayu tidak tahu bangsa mereka adalah bangsa yang gemarkan ilmu pengetahuan. Biar… biar orang Melayu kelak merasa lebih ‘inferior’ dan hilang jati diri. Biar..biar… bangsa ini hilang segala sejarahnya…hilang segala maruahnya… dan hilang segala warisannya. MENGAPA TIDAK DEMIKIAN WAHAI INGGERIS??
Sebenarnya,bangsa-bangsa Eropah adalah orang yang menghargai khazanah pengetahuan intelek. Bangsa Eropah adalah bangsa yang menghargai sejarah, walaupun sejarah orang lain. MEREKA TIDAK SAMPAI HATI MEMBIARKAN SEGALA KHAZANAH MELAYU INI DIMUSNAHKAN. Lebih baik mereka menjadikan segala khazanah Melayu ini bahan perdagangan dan perniagaan dari membakarnya.
LIHAT BETAPA BERNILAINYA SEGALA MANUSKRIP PURBA MELAYU YANG DIBERI ATAU DIJUAL OLEH ORANG-ORANG KAMPUNG MELAYU YANG BUTA SEJARAH DAN ALPA WARISAN MEREKA SENDIRI, termasuk para kerabat diraja yang mengampu Inggeris untuk menyokong mereka berperang sesama sendiri.
Cagarannya… manuskrip purba Melayu. Segala persuratan Melayu ini teramat bernilai buat mereka sebagai bangsa penjajah dan sehingga kini ia disimpan di akademi-akademi ilmu pengetahuan seluruh Eropah.
Mereka meneliti, mengkaji dan memelihara segala penulisan sastera orang Melayu ini dengan penuh kasih sayang. Mereka sanggup belajar segala tulisan Melayu purba termasuk tulisan Rencong, Kawi dan Jawi sendiri semata-mata mahu menyelami hasrat hati dan kekayaan jiwa bangsa yang dijajah mereka.
YANG MENJUALNYA ADALAH PARA IMPERIALIS YANG TAMAK,YANG MEMBELINYA ADALAH PARA ILMUAN EROPAH YANG CINTAKAN ILMU, KESENIAN DAN SEJARAH.
Jika anda mengkaji dan mengembara ke seluruh Eropah untuk mencari segala khazanah Melayu ini, anda pasti terkejut segala khazanah persuratan Melayu ini terdapat di merata-rata muzium dan universiti Eropah, yang paling terkenal ialah di Belanda iaitu di universiti tertuanya di Leiden, yang diasaskan oleh William of Orange pada tahun 1575, malah di Perancis, Itali dan sudah pasti di England sendiri, sehingga menjangkau ke negara-negara Skandinavia seperti Sweden dan Denmark dan sejauh Rusia.
Para ilmuwan dan cendekiawan Eropah ini sedar para Imperalis mereka sebenarnya telah menjajah satu bangsa aneh yang amat kaya kesusasteraan mereka. Bangsa-bangsa Eropah ini bukan sahaja berusaha mempelajari segala khazanah ini malah mengajarkan segala hikmah dan rahsia bangsa Melayu kepada keturunan mereka.
Adakah universiti di Malaysia terdapat satu jabatan mengkaji kesusasteraan Viking atau bangsa Frank misalnya? Adakah Universiti Malaya ada mewujudkan Jabatan Pengajian Kesusasteraan Rusia di salah satu disiplin pengajian mereka?
Tetapi di Rusia misalnya, terdapat jabatan pengajian Melayu yang bukan sahaja mengkaji hikayat-hikayat Melayu malah mereka telah beberapa kali menerbitkan buku-buku, jurnal-jurnal dan dokumen-dokumen kajian Alam Melayu!!
Pernahkah anda melihat tulisan paling tua Melayu, yang digunakan oleh para sasterawan Melayu purba beratus malah mungkin beribu tahun lama sebelum tulisan Jawi?Tulisan ini hanya dipanggil Aksara yang di dalam dunia ini tidak sampai 10 orang yang dapat memahaminya.DAN YANG MEMERANJATKAN TIDAK ADA SEORANG MELAYU PUN YANG FAHAM TULISAN INI! Pakar-pakar tulisan purba Aksara Melayu adalah dari kalangan orang Inggeris, Belanda dan Rusia. Mengapa terjadi perkara yang aneh dan menyedihkan ini?
Bangsa yang menghargai sejarah dan warisan sastera bangsanya adalah bangsa yang bersemangat dan kental jati dirinya. Ini penting. DAN INI RAHSIA MENGAPA BANGSA-BANGSA EROPAH, JUGA BANGSA YAHUDI MAJU DI DALAM SEGENAP LAPANGAN ILMU.
Bangsa yang melupakan warisan dan sejarah bangsanya adalah bangsa yang keliru dan cacat jati dirinya.Contoh yang paling jelas adalah BAHASA. Para pemimpin Jepun dan Korea sanggup membawa penterjemah apabila mahu bertukar-tukar pendapat di mesyuarat-mesyuarat luar negara seperti di Majlis Keselamatan PBB misalnya padahal takkanlah mereka tidak tahu ‘sepatah haram’ pun perkataan Inggeris.
Dua bangsa ini (Jepun dan Korea) adalah peneraju industri dunia. Iran misalnya hanya menggunakan bahasa Inggeris sewaktu menyambut tetamu, tetapi di forum-forum yang dikendalikan mereka, bahasa Iran diutamakan dan para peserta terpaksa menggunakan penterjemah untuk memahami ucapan penceramah.
Dan bangsa ini mampu membina teknologi nuklearnya sendiri tanpa perlu berlutut pada Barat. Tetapi apakah yang terjadi kepada bangsa Filipina yang menjadikan bahasa Inggeris, sebagai idola mereka? Pembelajaran Bahasa Inggeris mereka lebih baik dari sesetengah pemimpin Malaysia sendiri tetapi apakah yang terjadi kepada Filipina?
Filipina cuma mampu mengeksport para pembantu rumah dan segelintir ahli ekonomi yang gagal. Sebab itulah para pejuang bahasa Melayu bermati-matian mempertahankan kedaulatan bahasa mereka sendiri (isu PPMSI misalnya). Tetapi malangnya, perjuangan mereka tenggelam oleh isu politik; sama ada pihak yang mengambil kesempatan atas mereka atau pihak lain yang mempolitikkan perjuangan mereka.
Begitu malangnya bahasa sendiri di tangan para pemimpin yang buta sejarah dan buta nilai warisan sendiri. Padahal kaum-kaum lain sanggup susah-payah mempertahankan sistem sekolah sendiri semata-mata mahu menyelamatkan bahasa dan budaya mereka tetapi para pemimpin Melayu senang-senang sahaja menurunkan tandatangan menafikan bahasa sendiri di dalam pendidikan negara seolah-olah bermain buah catur sahaja.
FIKIR-FIKIRKAN…
Semoga bermanfaat.
Allahu’alam… Wassalam. – zulsegamat
.