Kuburan-kuburan yang
banyak kita saksikan di negara-negara Islam; seperti Syam, Iraq, Mesir, dan
negara Islam lainnya, sungguh tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Berbagai
kuburan itu dibangunkan sedemikian rupa, dengan biaya yang tidak sedikit.
Padahal Rasulullah SAW melarang mendirikan bangunan di atas kuburan. Dalam
hadis shahih disebutkan yang bermaksud:
"Rasulullah melarang mengapur kuburan, duduk dan mendirikan bangunan di atasnya." (HR. Muslim)
"Rasulullah melarang mengapur kuburan, duduk dan mendirikan bangunan di atasnya." (HR. Muslim)
Sedang dalam riwayat
yang shahih oleh At-Tirmizi disebutkan pula larangan untuk menuliskan sesuatu
di atas kuburan. Termasuk di dalamnya menuliskan ayat-ayat Al-Quran, syair dan
sebagainya.
Berikut ini, hal-hal
penting yang berkaitan dengan kuburan:
1. Kebanyakan kuburan-kuburan
yang diziarahi itu adalah tidak benar.
Al-Husain bin Ali misalnya, beliau mati syahid di Iraq dan tidak dibawa ke Mesir. kerana itu, kuburan Al-Husain bin Ali di Mesir adalah tidak benar. Bukti yang paling kuat atas kebohongan tersebut adalah bahwa kuburan Al-Husain ada pula di Iraq dan di Syam. Bukti yang lain iaitu bahawa para sahabat tidak menguburkan mayat dalam masjid. Hal itu sebagai pengamalan dari sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, "Allah melaknat orang-orang Yahudi, mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid-masjid." (Muttafaq alaih)
Al-Husain bin Ali misalnya, beliau mati syahid di Iraq dan tidak dibawa ke Mesir. kerana itu, kuburan Al-Husain bin Ali di Mesir adalah tidak benar. Bukti yang paling kuat atas kebohongan tersebut adalah bahwa kuburan Al-Husain ada pula di Iraq dan di Syam. Bukti yang lain iaitu bahawa para sahabat tidak menguburkan mayat dalam masjid. Hal itu sebagai pengamalan dari sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, "Allah melaknat orang-orang Yahudi, mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid-masjid." (Muttafaq alaih)
Hikmah dari pelanggaran
tersebut adalah agar masjid-masjid terbebas dari syirik. Allah swt berfirman
yang bermaksud:
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah." (Al-Jin: 18)
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah." (Al-Jin: 18)
Menurut riwayat yang
terpercaya dan benar, Rasulullah SAW adalah dikubur di rumah beliau, tidak di
dalam Masjid Nabawi. Tetapi kemudian orang-orang dari Bani Umayyah memperluas
masjid tersebut, dan memasukkan kuburan Nabi ke dalam masjid. Alangkah baiknya,
hal itu tidak mereka lakukan.
Sekarang ini, kuburan
Al-Husain berada di dalam masjid. Sebahagian orang bertawaf di sekitarnya.
Meminta hajat dan keperluan mereka kepadanya, sesuatu hal yang sesungguhnya
tidak boleh diminta kecuali kepada Allah. Seperti memohon kesembuhan dari
sakit, menghilangkan kesusahan dan sebagainya. Sebab agama menyuruh kita agar
meminta hal-hal tersebut kepada Allah semata, serta agar kita tidak bertawaf
kecuali di sekitar Kaabah.
Allah berfirman yang
bermaksud:
"Dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)." (Al-Hajj: 29)
"Dan hendaklah mereka melakukan tawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)." (Al-Hajj: 29)
2. Kuburan Sayyidah
Zainab binti Ali di Mesir dan di Damaskus adalah tidak benar.
Sebab beliau tidak
meninggal di Mesir, juga tidak di Syam. Sebagai bukti kebohongan itu adalah
terdapatnya kuburan satu orang (Sayyidah Zainab) di kedua negara tersebut.
3. Islam mengingkari dan
melarang pembangunan kubah di atas kuburan, bahkan hingga kubah di atas masjid yang di dalamnya terdapat
kuburan. Seperti kuburan Al-Husain di Iraq, Abdul Kadir Jailani di Baghdad,
Imam Syafi'i di Mesir dan lainnya. Sebab pelarangan membangunkan kubah di atas
kuburan adalah bersifat umum, sebagaimana kita baca dalam hadis terdahulu.
Seorang syaikh yang
dapat dipercaya memberitahu, suatu kali ia melihat seseorang shalat ke kuburan
Syaikh Jailani, dan ia tidak menghadap kiblat. Syaikh itu lalu memberinya
nasihat, tetapi orang tersebut menolak, sambil berkata, "Kamu orang
wahabi!". Seakan-akan orang itu belum mendengar sabda Rasulullah SAW yang
bermaksud:
"Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan jangan pula shalat kepadanya." (HR. Muslim)
"Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan jangan pula shalat kepadanya." (HR. Muslim)
4. Sebahagian besar
kuburan yang ada di Mesir adalah dibangunkan oleh Daulah Fathimiyah.
Dalam kitab Al-Bidayah
wan Nihayah, Ibnu Katsir menyebutkan, bahawa mereka adalah orang-orang kafir,
fasik, fajir (tukang maksiat), mulhid (kafir), zindiq (atheis), mu'aththil
(mengingkari sifat-sifat Tuhan), orang-orang yang menolak Islam dan meyakini
aliran Majusi.
Orang-orang kafir
tersebut merasa hairan jika menyaksikan masjid-masjid penuh dengan orang yang
melakukan shalat. Mereka sendiri tidak shalat, tidak haji dan selalu merasa
dengki kepada umat Islam.
Oleh kerana itu, mereka
berfikir untuk memalingkan manusia dari masjid, maka mereka membuat kubah-kubah
dan kuburan-kuburan dusta. Mereka mendakwakan bahawa di dalamnya terdapat
Al-Husain bin Ali dan Zainab binti Ali. Kemudian mereka menyelenggarakan
berbagai pesta dan peringatan untuk menarik perhatian orang kepadanya. Mereka
menamakan dirinya Fathimiyyin. Padahal ia hanya sebagai helah belaka, sehingga
orang-orang cenderung dan senang kepada mereka.
Dari situ, mulailah umat
Islam terperangkap tipu muslihat dari bid'ah yang mereka ada-adakan, sehingga
menjerumuskan mereka kepada perbuatan syirik. Bahkan hingga mereka tak
segan-segan mengeluarkan harta dalam jumlah yang besar untuk perbuatan syirik
tersebut. Padahal di saat yang sama, mereka amat memerlukan harta tersebut buat
membeli senjata untuk mempertahankan agama dan kehormatan mereka.
5. Sesungguhnya umat
Islam yang mengeluarkan hartanya untuk membangunkan kubah-kubah, kuburan,
dinding dan monumen di kuburan, semua itu sama sekali tidak bermanfaat untuk si
mayat.
Seandainya harta yang
dikeluarkan tersebut diberikan kepada orang-orang fakir miskin tentu akan
bermanfaat bagi orang yang hidup dan mereka yang telah mati. Apatah lagi Islam
mengharamkan umatnya mendirikan bangunan di atas kuburan sebagaimana telah
ditegaskan di atas. Rasulullah SAW bersabda kepada Ali yang bermaksud,
"Janganlah engkau biarkan patung kecuali engkau menghancurkannya. Dan jangan (kamu melihat) kuburan ditinggikan kecuali engkau meratakannya." (HR. Muslim)
Tetapi, Islam memberi kemurahan untuk meninggikan kuburan kira-kira sejengkal, sehingga diketahui bahawa ia adalah kuburan.
"Janganlah engkau biarkan patung kecuali engkau menghancurkannya. Dan jangan (kamu melihat) kuburan ditinggikan kecuali engkau meratakannya." (HR. Muslim)
Tetapi, Islam memberi kemurahan untuk meninggikan kuburan kira-kira sejengkal, sehingga diketahui bahawa ia adalah kuburan.
6. Nazar-nazar yang
ditujukan kepada orang-orang mati adalah termasuk syirik besar. Oleh para khadam (pelayan), nazar dan sesajen
yang diberikan itu diambil secara haram. Bahkan terkadang mereka gunakan untuk
berbuat maksiat dan tenggelam dalam perilaku syahwat. kerana itu, orang yang
melakukan nazar dan orang yang menerimanya, bersekutu dalam perbuatan syirik
tersebut.
Seandainya harta itu
diberikan sebagai sedekah kepada orang-orang fakir, tentu harta tersebut
bermanfaat bagi orang-orang yang hidup dan mereka yang telah mati. Dan tentu,
apa yang dikehendaki oleh orang yang menyedekahkan harta tersebut, akan
terpenuhi berkat dari sedekah yang ia berikan.
Ya Allah, tunjukilah
kami kebenaran yang sesungguhnya, lalu berilah kami kurnia untuk mengikuti dan
mencintainya. Dan tunjukilah kami kebatilan yang sesungguhnya, lalu kurniailah
kami untuk menjauhi dan membencinya.
KEROSAKAN DAN BAHAYA
SYIRIK
Perbuatan syirik
menyebabkan kerosakan dan bahaya yang besar, baik dalam kehidupan peribadi
mahupun masyarakat. Adapun kerosakan dan bahaya yang paling menonjol adalah:
1. Syirik menghinakan
eksistensi kemanusiaan:
Syirik menghinakan
kemuliaan manusia, menurunkan darjat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan
umat manusia sebagai khalifah di muka bumi. Allah memuliakannya, mengajarkannya
seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di bumi
semuanya. Allah menjadikannya penguasa di jagad raya ini.
Tetapi kemudian ia tidak
mengetahui darjat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebahagian dari
makhluk Allah sebagai tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri
padanya.
Berbagai kehinaan
tersebut, –hingga hari ini– amat banyak untuk disaksikan. Ratusan juta orang di
India menyembah sapi yang diciptakan Allah buat manusia, agar mereka
menggunakan haiwan itu untuk membantu meringankan pekerjaannya atau
menyembelihnya untuk dimakan dagingnya.
Sebahagian umat Islam
menginap dan tinggal di kuburan untuk meminta berbagai keperluan mereka.
Padahal, orang-orang yang mati itu juga hamba Allah seperti mereka. Tidak boleh
mendatangkan manfaat atau bahaya untuk mereka sendiri.
Al-Husain bin Ali
misalnya, ia tidak boleh menyelamatkan dirinya dari pembunuhan. Lalu bagaimana
mungkin kemudian ia boleh menolak bahaya yang menimpa orang lain dan
mendatangkan manfaat kepadanya?
Orang-orang yang
meninggal itu justeru amat memperlukan doa dari orang-orang yang masih hidup.
Kita mendoakan mereka, tidak berdoa dan memohon kepadanya, sebagai sesembahan
selain Allah. Allah berfirman yang bermaksud:
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui, bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan." (An-Nahl: 20-21)
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui, bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan." (An-Nahl: 20-21)
"Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka adalah ia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang
jauh." (Al-Hajj: 31)
2. Syirik adalah sarang
khurafat dan kebatilan:
Sebab orang yang
mempercayai adanya sesuatu yang boleh memberi pengaruh selain Allah di alam
ini, baik berupa bintang, jin, arwah atau hantu bererti menjadikan akalnya siap
menerima segala macam khurafat (takhayul), serta mempercayai para dajjal
(pendusta).
kerana itu, dalam sebuah
masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, "barang dagangan" dukun,
tukang nujum, ahli sihir dan semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka
mendakwakan dirinya boleh mengetahui ilmu ghaib, yang sesungguhnya tak seorang
pun mengetahuinya kecuali Allah. Di samping itu, dalam masyarakat semacam ini,
mereka sudah tak mengindahkan lagi ikhtiar dan mencari sebab, serta meremehkan
sunnah kauniyah (hukum alam).
3. Syirik adalah
kezaliman yang sangat besar:
Iaitu zalim terhadap
hakikat. Sebab hakikat yang paling agung adalah "Tidak ada Tuhan (yang
berhak di sembah) selain Allah", Tidak ada Rabb (pengatur) selain Allah,
tidak ada Penguasa selainNya.
Adapun orang-orang yang
musyrik, mereka mengambil selain Allah sebagai Tuhan, serta mengambil selainNya
sebagai penguasa. Syirik merupakan kezaliman dan penganiayaan terhadap diri
sendiri. Sebab seorang musyrik menjadikan dirinya sebagai hamba bagi makhluk
sesamanya, bahkan mungkin lebih rendah dari dirinya. Padahal Allah
menjadikannya sebagai makhluk yang merdeka.
Syirik juga merupakan
penganiayaan terhadap orang lain, sebab orang yang disekutukan dengan Allah
telah ia aniaya, lantaran ia memberikan hak padanya, apa yang sebenarnya bukan
miliknya.
4. Syirik sumber dari
segala ketakutan dan kecemasan:
Orang yang akalnya
menerima berbagai macam khurafat dan mempercayai kebatilan akan diliputi
ketakutan dari berbagai arah. Sebab ia menyandarkan dirinya pada banyak tuhan.
Padahal tuhan-tuhan itu lemah dan tak kuasa memberi manfaat atau menolak bahaya
bagi dirinya.
kerana itu, dalam sebuah
masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, putus asa dan ketakutan tanpa sebab
adalah sesuatu hal yang lumrah dan banyak terjadi. Allah berfirman yang
bermaksud:
"Akan Kami masukkan
ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang
itu. Tempat kembali mereka ialah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal orang-orang yang zalim." (Ali Imran: 151)
5. Syirik membuat orang
malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat:
Sebab syirik mengajarkan
kepada para pengikutnya untuk mengandalkan para perantara, sehingga mereka
meninggalkan amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa, dengan
i'tiqad bahawa mereka akan memberinya syafa'at (pertolongan) di sisi Allah. Dan
inilah yang merupakan kepercayaan orang-orang Arab jahiliyah sebelum kedatangan
Islam. Allah berfirman tentang mereka yang bermaksud:
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.'Katakanlah, 'Apakah kamu mengkhabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya baik di langit dan tidak (pula) di bumi.' Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu)." (Yunus: 18)
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.'Katakanlah, 'Apakah kamu mengkhabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya baik di langit dan tidak (pula) di bumi.' Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu)." (Yunus: 18)
Orang-orang Kristian
yang melakukan berbagai macam kemungkaran juga mempercayai bahawa Al-Masih
telah menghapus dosa-dosa mereka, ketika ia disalib. Demikian menurut anggapan
mereka.
Demikian pula sebahagian
umat Islam, mereka meninggalkan berbagai kewajipan, melakukan ragam perbuatan
haram, tetapi mereka tetap mengandalkan syafaat Rasul mereka agar dapat masuk
Syurga. Padahal Rasulullah SAW telah bersabda kepada puterinya sendiri yang
bermaksud:
"Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sekehendakmu, (tetapi) aku tidak bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi Allah." (HR. Al-Bukhari)
"Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sekehendakmu, (tetapi) aku tidak bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi Allah." (HR. Al-Bukhari)
6. Syirik menyebabkan
abadi di dalam Neraka:
Syirik menyebabkan
kesia-siaan dan kehampaan di dunia. Sedang di akhirat, menyebabkan pelakunya
abadi di dalam Neraka. Allah berfirman yang bermaksud:
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Syurga, dan tempatnya ialah Neraka, Tidaklah bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (Al-Maa'idah: 82)
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Syurga, dan tempatnya ialah Neraka, Tidaklah bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (Al-Maa'idah: 82)
Rasulullah SAW bersabda
yang bermaksud:
"Barangsiapa meninggal sedang ia berdoa (memohon) kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), nescaya ia masuk Neraka." (HR. Al-Bukhari)
"Barangsiapa meninggal sedang ia berdoa (memohon) kepada selain Allah sebagai tandingan (sekutu), nescaya ia masuk Neraka." (HR. Al-Bukhari)
7. Syirik memecah belah
umat:
Allah swt berfirman yang
bermaksud:
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, iaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar-Ruum: 31-32)
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, iaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Ar-Ruum: 31-32)
KESIMPULAN:
Semua perbahasan di
atas, memberikan kejelasan kepada kita bahawa syirik adalah sebesar-besar
perkara yang wajib kita menjaga diri daripadanya. Kita harus bersih dari
perbuatan syirik. Takut jika kita terjerumus ke dalamnya, kerana ia adalah dosa
yang paling besar. Di samping itu, syirik juga boleh menghapuskan pahala amal
shalih yang ia lakukan. Bahkan amalan yang terkadang bermanfaat untuk
kepentingan umat dan kemanusiaan.
Allah swt berfirman yang
bermaksud:
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Al-Furqaan: 23)
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Al-Furqaan: 23)
TAWASSUL YANG
DISYARI'ATKAN
Allah swt berfirman yang
bermaksud,
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri KepadaNya." (Al-Maa'idah: 35)
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri KepadaNya." (Al-Maa'idah: 35)
Qatadah berkata,
"Dekatkanlah dirimu kepadaNya, dengan keta'atan dan amal yang membuatNya
redha."
Tawassul yang disyariatkan adalah tawassul sebagaimana yang diperintahkan oleh Al-Quran, diteladankan oleh Rasulullah SAW dan dipraktikkan oleh para sahabat.
Tawassul yang disyariatkan adalah tawassul sebagaimana yang diperintahkan oleh Al-Quran, diteladankan oleh Rasulullah SAW dan dipraktikkan oleh para sahabat.
Di antara tawassul yang
disyariatkan iaitu:
1. Tawassul dengan iman:
Seperti yang dikisahkan
Allah dalam Al-Quran tentang hambaNya yang bertawassul dengan iman mereka.
Allah swt berfirman yang bermaksud,
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (iaitu), 'Berimanlah kamu kepada Tuhanmu', maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." (Ali Imran: 193)
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (iaitu), 'Berimanlah kamu kepada Tuhanmu', maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." (Ali Imran: 193)
2. Tawassul dengan
mengesakan Allah:
Seperti doa Nabi Yunus
Alaihis Salam, ketika ditelan oleh ikan Nun. Allah mengisahkan dalam firmanNya
yang bermaksud:
"Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, 'Bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya, dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (Al-Anbiyaa': 87-88)
"Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, 'Bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya, dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (Al-Anbiyaa': 87-88)
3. Tawassul dengan
Nama-Nama Allah:
Sebagaimana tersebut
dalam firmanNya yang bermaksud,
"Hanya milik Allah Asma'ul Husna, maka mohonlah kepadaNya dengan menyebut Asma'ul Husna itu." (Al-A'raaf: 180)
"Hanya milik Allah Asma'ul Husna, maka mohonlah kepadaNya dengan menyebut Asma'ul Husna itu." (Al-A'raaf: 180)
Di antara doa Rasulullah
SAW dengan Nama-namaNya iaitu:
"Aku memohon
KepadaMu dengan segala nama yang Engkau miliki." (HR. At-Tirmizi, hadis
hasan shahih)
4. Tawassul dengan
Sifat-Sifat Allah:
Sebagaimana doa
Rasulullah SAW yang bermaksud,
"Wahai Zat Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya), dengan rahmatMu aku mohon pertolongan." (HR. At-Tirmizi, hadis hasan)
"Wahai Zat Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya), dengan rahmatMu aku mohon pertolongan." (HR. At-Tirmizi, hadis hasan)
5. Tawassul dengan amal
shalih:
Seperti shalat, berbakti
kepada kedua orang tua, menjaga hak dan amanah, bersedekah, zikir, membaca
Al-Quran, shalawat atas Nabi, kecintaan kita kepada beliau dan kepada para
sahabatnya, serta amal shalih lainnya.
Dalam kitab Shahih
Muslim terdapat riwayat yang mengisahkan tiga orang yang terperangkap di dalam
gua. Lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalihnya. Orang pertama
bertawassul dengan amal shalihnya, berupa memelihara hak buruh. Orang kedua
dengan baktinya kepada kedua orang tua. Orang yang ketiga bertawassul dengan
takutnya kepada Allah, sehingga menggagalkan perbuatan keji yang hendak ia
lakukan. Akhirnya Allah membukakan pintu gua itu dari batu besar yang
menghalanginya, sampai mereka semua selamat.
6. Tawassul dengan
meninggalkan maksiat:
Misalnya dengan
meninggalkan minum khamr (minum-minuman keras), berzina dan sebagainya dari
berbagai hal yang diharamkan. Salah seorang dari mereka yang terperangkap dalam
gua, juga bertawassul dengan meninggalkan zina, sehingga Allah menghilangkan
kesulitan yang dihadapinya.
Adapun umat Islam
sekarang, mereka meninggalkan amal shalih dan bertawassul dengannya, lalu
menyandarkan diri bertawassul dengan amal shalih orang lain yang telah mati.
Mereka melanggar petunjuk Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
7. Tawassul dengan
memohon doa kepada para nabi dan orang-orang shalih yang masih hidup.
Tersebutlah dalam
riwayat, bahawa seorang buta datang kepada Nabi. Orang itu berkata, "Ya
Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar Dia menyembuhkanku (sehingga boleh
melihat kembali)." Rasulullah SAW menjawab, "Jika engkau menghendaki,
aku akan berdoa untukmu, dan jika engkau menghendaki, bersabar adalah lebih baik
bagimu." Ia (tetap) berkata, "Doakanlah." Lalu Rasulullah SAW
menyuruhnya berwuduk secara sempurna, lalu shalat dua rakaat, selanjutnya
beliau menyuruhnya berdoa dengan mengatakan,
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu, dan aku menghadap kepadaMu dengan (perantara) NabiMu, seorang Nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap dengan (perantara)mu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar dipenuhiNya untukku. Ya Allah jadikanlah ia pemberi syafaat kepadaku, dan berilah aku syafaat (pertolongan) di dalamnya." la berkata, "Laki-laki itu kemudian melakukannya, sehingga ia sembuh." (HR. Ahmad, hadis shahih)
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu, dan aku menghadap kepadaMu dengan (perantara) NabiMu, seorang Nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap dengan (perantara)mu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar dipenuhiNya untukku. Ya Allah jadikanlah ia pemberi syafaat kepadaku, dan berilah aku syafaat (pertolongan) di dalamnya." la berkata, "Laki-laki itu kemudian melakukannya, sehingga ia sembuh." (HR. Ahmad, hadis shahih)
Hadis di atas
mengandungi pengertian bahawa Rasulullah SAW berdoa untuk laki-laki buta
tersebut dalam keadaan beliau masih hidup. Maka Allah swt mengabulkan doanya.
Rasulullah SAW
memerintahkan orang tersebut agar berdoa untuk dirinya. Menghadap kepada Allah
swt untuk meminta kepadaNya agar Dia menerima syafaat NabiNya. Maka Allah pun
menerima doanya.
Doa ini khusus ketika
Nabi masih hidup. Dan tidak mungkin berdoa dengannya setelah beliau wafat.
Sebab para sahabat tidak melakukan hal itu. Juga, orang-orang buta lainnya
tidak ada yang mendapatkan manfaat dengan doa itu, setelah terjadinya peristiwa
tersebut.
TAWASSUL YANG DILARANG
Tawassul yang dilarang
adalah tawassul yang tidak ada dasarnya dalam agama Islam.
Di antara tawassul yang
dilarang iaitu:
1. Tawassul dengan
orang-orang mati, meminta hajat dan memohon pertolongan kepada mereka,
sebagaimana banyak kita saksikan pada saat ini.
Mereka menamakan
perbuatan tersebut sebagai tawassul, padahal sebenarnya tidak demikian. Sebab
tawassul adalah memohon kepada Allah dengan perantara yang disyariatkan.
Seperti dengan perantara iman, amal shalih, Asmaa'ul Husnaa dan sebagainya.
Berdoa dan memohon
kepada orang-orang mati adalah berpaling dari Allah. Ia termasuk syirik besar.
Allah berfirman yang bermaksud,
"Dan janganlah kamu
menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim". (Yunus:
106)
Orang-orang zalim dalam
ayat di atas bererti orang-orang musyrik.
2. Tawassul dengan
kemuliaan Rasulullah SAW. Seperti ucapan mereka, "Wahai Tuhanku, dengan
kemuliaan Muhammad, sembuhkanlah aku." Ini adalah perbuatan bid'ah. Sebab
para sahabat tidak melakukan hal tersebut.
Adapun tawassul yang
dilakukan oleh Umar bin Khaththab dengan doa bapa saudara Rasulullah SAW, Al-Abbas
adalah semasa ia masih hidup. Dan Umar tidak bertawassul dengan Rasulullah SAW
setelah beliau wafat.
Sedangkan hadis yang
bermaksud,
"Bertawassullah kalian dengan kemuliaanku."
"Bertawassullah kalian dengan kemuliaanku."
Hadis tersebut sama
sekali tidak ada sumber aslinya. Demikian menurut Ibnu Taimiyah.
Tawassul bid'ah ini
boleh menyebabkan pada kemusyrikan. Iaitu jika ia mempercayai bahawa Allah
memperlukan perantara. Sebagaimana seorang pemimpin atau penguasa. Sebab dengan
demikian ia menyamakan Tuhan dengan makhlukNya.
Abu Hanifah berkata,
"Aku benci memohon kepada Allah, dengan selain Allah." Demikian
seperti disebutkan dalam kitab Ad-Durrul Mukhtaar.
3. Meminta agar
Rasulullah SAW mendoakan dirinya setelah beliau wafat, seperti ucapan mereka,
"Ya Rasulullah SAW doakanlah aku", ini tidak diperbolehkan. Sebab
para sahabat tidak pernah melakukannya. Juga kerana Rasulullah SAW bersabda
yang bermaksud,
"Jika seorang
manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara:
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakan kepada
(orang tua)-nya." (HR. Muslim).
Kiriman aku punya
karkunku@yahoo.com - 31.01.2004
karkunku@yahoo.com - 31.01.2004